x

Iklan

luviana

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Mudik PRT: Tak Bisa Bertemu Bapak

Tulisan ini merupakan tulisan karya Yuni Sri, seorang Pekerja Rumah Tangga di Jakarta. Yuni Sri menulis pengalamannya yang tak mungkin pulang ke kampungnya

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Yuni Sri

(Tulisan ini merupakan tulisan karya Yuni Sri, seorang Pekerja Rumah Tangga di Jakarta. Yuni Sri menuliskan pengalamannya yang tak mungkin pulang ke kampungnya)

 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Wah ... Bulan ramadhan ini akan berakhir.. Semua orang punya rencana untuk lebaran di kampung halaman.

Namaku Yuni, aku adalah salah satu Pekerja Rumah Tangga (PRT) di Jakarta yang bekerja secara part time, juga punya rencana mudik ke kampung halaman. Terlebih bertahun-tahun aku tidak pernah lebaran lagi di kampung halaman. Karena kedua orangtuaku dan adik-adikku bekerja di Jakarta bersama aku dengan ketiga anakku: Luken , Rama , Zilda.

 

Lebaran yang Berbeda, Bapak Tiada

Tapi di tahun ini ada yang berbeda. .. Bapakku sudah tiada. Beliau meninggalkan kami di tahun lalu tanggal 2 agustus 2015 karena penyakit kankernya.. Sedih rasanya saat itu mendengar bapakku meninggal dunia.

Karena baru beberapa jam aku menjenguknya dan berkata di kupingnya.

“ Bapak, Yuni pulang dulu ya.. besok Yuni datang lagi ketemu bapak. Bapak yang nurut jangan turun dari tempat tidur,” kataku kala itu.

Bapak  cuma mendengar dan mengangguk saja karena pada saat itu sudah banyak alat yang dipakai dalam tubuh bapakku. Saat itu ia sedang menjalankan kemoterapi terakhirnya.

Sebelumnya memang dokter sudah bicara kepada ibuku. Bahwa ini kemoterapi buat bapakku yang terakhir. Kalau bapak kuat, maka bapak akan sehat . Tapi kalau bapak gak kuat, maka bapak akan meninggal.

 Ternyata  Allah lebih sayang bapakku.. Dia meninggal mungkin sekitar 3 jam setelah aku menjenguknya.. Aku dapat kabar dari adik keduaku, Mega kalau bapaku sudah tiada.. Tidak percaya seperti disambar petir..

Dengan menangis aku bangunkan ketiga anak-anakku yang baru juga tertidur.. Sambil menangis aku berkata kepada ketiga anakku.

“Embah ndut sudah gak ada.. Embah meninggal,” ujarku.

Tanpa banyak pikiran kumasukan baju  se-tas besar dan mengendarai motor  dengan ketiga anakku. Malam itu sekitar jam 22.30 WIB aku kendarai motor dari Depok ke Cipete.. Dengan air mata yg terus mengalir dan mengendarai motor dengan 3 anak. Saat itu aku sedih sekali.

Mungkin orang berpikir atau jika orang melihat aku membawa motor dengan kondisi seperti itu kabur dari rumah atau apalah . Tapi aku masa bodoh, aku mengendarai motorku secepat mungkin dengan berdoa dalam hati, ya Allah selamatkan aku dan anakku dan kuatkan aku....

 "Aku tidak percaya bapak dah gak ada. Bapak yang paling mengerti hidupku.”

 

Lebaran Tahun Ini, Tak Bisa Pulang Kampung

 Uupsst.. itu adalah cerita lebaranku tahun lalu.

Oleh karena itu lebaran tahun ini aku ingin ke kampung lebaran ini. Aku mau menjenguk bapak di kuburnya. Tapi sayang niatku ini gagal, bulan ini bertepatan anakku akan masuk sekolah baru. Rama anak keduaku. Dia lulus dari SD dan harus melanjutkan sekolah SMP, gajiku hanya cukup untuk makan bayar kontrakan dan buat sehari-hari. Jadi aku tidak bisa menyisihkan uangku. Terlebih pekerjanku yang tidak seperti tahun lalu.

Tahun ini hanya 1 majikan yang aku harap memberikuTunjangan Hari Raya (THR). Dan itu sudah kurencanakan untuk mendaftarkan Rama ke sekolah swasta kalau dia tidak dapat negeri walaupun harus mengangsur. Dan kalau rama dapat negeri alhamdulilah. Jadi uangnya bisa buat beli seragam sekolah dan perlengkapan sekolah. Apalagi mau lebaran. Double kebutuhan buat anak . Dan harus belikan baju lebaran walau hanya 1 stel saja yang penting anak ku seneng.

 Zilda anak ke-3 ku yang selalu bicara padaku.

“Mamah zilda beliin baju 2  ajah ya baju muslim sama baju lebaran. Mamah khan gak ada uang , Zilda gak minta banyak!,” kata Zilda.

 Aku hanya menjawab, “Iya sayang.. Doain saja mamah dapat uangnya banyak ya.. Nanti kita beli dipasar,” ujarku.

Kehidupan ini buatku penuh perjuangan dalam memperjuangkan hidup buat ketiga anakku. Aku hidup tanpa suami disampingku. Aku hanya selalu berdoa:

" Ya Allah kasih aku sehat dan kasih aku umur panjang, kasih aku pekerjaan yang langgeng, kasih aku rejeki yang gampang untuk menghidupi anak-anakku.” 

Dalam doaku, aku juga minta maaf pada bapakku.

“Maafkan Yuni ya bapak, lebaran ini yuni belum bisa juga menengok bapak di kubur bapak. Tapi yuni selalu berdoa semoga bapak dikasih tempat yang indah disana..”

 Ya Allah maafkan segala kesalahan bapakku.. Semoga bapak senang di alam sana. Dan bapak pasti tahu kondisi yuni yang bener-bener belum bisa pulang kampung.

 Semoga nanti kalo ada rejeki Yuni bisa ya pak jenguk kuburan bapak.

Yuni selalu sayang bapak.

Pulang kampungku tertunda, tertunda melihat kuburan bapak

 

Ikuti tulisan menarik luviana lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler