x

Iklan

Redaksi

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Surat Istri Dokter Indra Sugiarno, Tersangka Vaksin Palsu

Di sini sebagai keluarga saya ingin kembali menyampaikan, bahwa Dr Indra tidak pernah bermaksud untuk melukai pasien-pasiennya.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Bismilahirahmanirahim

 

Assalamualaikum wr wb.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 

Pertama-tama, sebagai istri, saya atas nama keluarga, sekali lagi, ingin mengucapkan rasa prihatin dan duka cita yang mendalam atas musibah besar yang terjadi pada kita semua. Yang menyangkut harga diri, profesi, dan yang paling utama adalah pada anak-anak, bayi, dan balita di Indonesia terutama yang terindikasi terkena vaksin palsu.

 

Terkait banyaknya pertanyaan dari pasien2 Dr Indra Sugiarno, di sini sebagai keluarga saya ingin kembali menyampaikan, bahwa Dr Indra tidak pernah bermaksud untuk melukai pasien-pasiennya. Karena sesuai dengan apa yang diyakininya dan kematangan pribadi yang sudah melewati begitu banyak gelombang hidup, Dr Indra punya komitmen dan visi bahwa uang bukanlah segalanya.

 

Sebagai dokter anak, bagi Dr Indra dan keluarganya, penghasilan dari jasa praktek dokter, jasa rawat inap, dan jasa tindakan sudah lebih dari cukup untuk membiayai hidup sehari-hari.

 

Sesuai dengan kompetensi yang dimilikinya yaitu sebagai dokter anak yang telah menjalani Fellowship Perinatologi FKUI RSCM, terkadang mengharuskannya pergi jauh ke berbagai pelosok negeri ini sebagai konsultan yang dikoordinir oleh Kementrian Kesehatan (Direktorat Kesehatan Anak) bersama UNICEF dan WHO dalam kaitannya dengan kesehatan bayi baru lahir. Concern beliau terhadap bayi dan anak-anak Indonesia, membuat beliau sampai rela kehilangan jasa praktek dokternya dikarenakan harus menjadi konsultan di daerah pelosok tersebut selama 5-7 hari.

 

Rasa cinta beliau terhadap bayi-bayi di Indonesia, semakin intens ketika beliau menjabat sebagai Sekretaris UKK Perinatologi Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) selama 2 periode. Dan 3 tahun sebelumnya, Dr Indra pernah menjabat sebagai Ketua Satgas Perlindungan Anak Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) yang sangat concern terhadap pemenuhan hak-hak anak untuk tumbuh kembang optimal anak. Dalam hubungannya dengan posisi beliau sebagai staf forensic FKUI RSCM, beliau menaruh perhatian besar terhadap perlindungan anak dari kekerasan dan kejahatan. Salah satunya menjadi saksi ahli untuk kasus pernikahan di bawah umur (kasus Syech Puji).

 

Dr Indra juga sering diundang oleh banyak forum baik nasional maupun internasional dalam kaitannya dengan pengetahuan beliau tentang ilmu kesehatan anak. Bahkan selama beberapa tahun, beliau menjadi relawan yang berpraktek dokter spesialis anak  di Layanan Kesehatan Cuma-Cuma  (LKC) Dompet Dhuafa melayani pasien-pasien yang tidak mampu.

 

Dari latar belakang yang saya sampaikan tersebut, saya sebagai istri hanya ingin menggambarkan bahwa komitmen hidup dan visi beliau adalah menggunakan segala potensi yang dimilikinya untuk menjadi seorang yang berdaya guna untuk bangsa ini. Dengan segala kiprah beliau di bidang ilmu kesehatan anak tersebut, beliau ingin anak-anak Indonesia dapat tumbuh dan berkembang menjadi generasi yang tumbuh sehat, cerdas, dan mampu menghadapi segala tantangan zaman.

 

Oleh karena itu, tuduhan terhadap keterlibatan Dr Indra di dalam kasus vaksin palsu, apalagi sebagai pengedar sangat jauh dari bayangan kami semua terutama Dr Indra pribadi dan keluarganya. Hal  itu bagi kami sekeluarganya dan Dr Indra sendiri memandangnya sebagai suatu fitnah yang keji karena jelas bertentangan dengan visi dan misi keluarga kami. Tidak pernah sedikit pun terlintas niat jahat untuk melukai pasien-pasien beliau yang amat sangat dicintainya.

 

Kriminalisasi yg sangat kental, sangat saya rasakan manakala saya melakukan literasi dan monitoring media. Pemberitaan terus menerus yang digencarkan oleh media cetak dan elektronik terutama berupa pernyataan dari aparat  yg selalu berubah2. Dari 60 buah , menjadi 130, lalu menjadi 270 botol diberitakan telah digunakan atas nama beliau.  Dan bahkan kini seluruh penggunaan vaksin dari Rumah Sakit sejak tahun 2003 diberitakan akan dilimpahkan menjadi atas nama Dr Indra semua. Jelas maksud dan tujuan dari berita tsb, aparat berwenang ingin menjerat seolah2 Dr Indra adalah gembong dari jaringan vaksin palsu. Sehingga Direktorat Tindak Pidana Ekonomi Khusus Bareskrim dapat melakukan upaya pemiskinan terhadap keluarga kami yang berujung kepada penyitaan harta benda. Namun, sama sekali bukan penyitaan harta benda yg kami khawatirkan, tapi kemampuan, pengalaman dan kompetensi beliau di bidang ilmu kesehatan anak yg amat berharga ini, sangat disayangkan jika tidak dapat termanfaatkan untuk kepentingan bangsa khususnya untuk kesehatan anak2 Indonesia.

 

Mengutip Pernyataan Resmi dari IDI bahwa memang ada grand design yg berusaha menjatuhkan profesi seorang dokter.  Namun skenario secantik apapun akan terlihat kotor terutama jika dilandasi niat jahat. Niat jahat untuk menghancurkan nama seseorang yang justru dalam senyap sudah memberikan segalanya untuk bangsa ini. Niat yg jg berdampak pada keresahan seluruh bangsa.

 

Di Rumah Sakit tempat Dr Indra berpraktik, sewaktu kerusuhan terjadi banyak sekali massa yg mengaku2 pasien beliau. Tapi saya yakin sekali mereka bukanlah pasien beliau. Memprovokasi, menggiring dengan kalimat2 dan kata2 yg kasar. Melakukan upaya2 anarkis dan pengrusakan terhadap infrastruktur Rumah Sakit.

 

Pasien2 asli Dr Indra, 90% masih banyak yg berhubungan langsung dengan saya, bahkan ada beberapa yang datang menjenguk di tahanan.  Mereka sangat santun, terpelajar dan sangat memaklumi apa yg terjadi dan menimpa kita bersama.

 

Terkait perkara kasus vaksin palsu yang kini menimpanya tersebut Dr Indra dan keluarganya meyakini bahwa beliau tidak punya itikad atau niat untuk terlibat. Lebih dikarenakan dorongan dan rasa cinta beliau untuk memenuhi kebutuhan pasien-pasiennya akan vaksin yang mengalami kelangkaan selama hampir 9 bulan sampai pertengahan Juni 2016 kemarin, beliau mengupayakan apa yang beliau rasa harus dipenuhi untuk pasien-pasiennya tersebut.

 

Dibalik tindakan beliau yang ingin mengupayakan apa yang terbaik untuk pasien-pasiennya, Dr Indra punya pengalaman. Ketika beliau berpraktek di RS Sentra Medika Cimanggis. Ada bayi yang mengalami radang paru paru berat karena pertusis sehingga harus dirawat di ruang ICU anak karena belum  mendapat imunisasi DPT. Sehingga pada saat seorang medical representatif dari PBF  yang bonafid menawarkan  beberapa vaksin DPT (Pediacel) di periode Februari 2016-Juni 2016 ketika terjadi kelangkaan, Med Rep tersebut dapat meyakinkan beliau bahwa vaksin yang dibeli itu asli. Dr Indra memilih menggunakannya.

 

Pikiran dan hati beliau saat ini masih selalu dan akan selalu untuk anak-anak Indonesia, khususnya pasien-pasien yang saat ini masih banyak mendukung dan membutuhkannya. Terutama pasien-pasien bayi baru lahir yang bermasalah seperti bayi dengan berat rendah, lahir dengan kelainan bawaan, dan bayi-bayi yang baru lahir dengan kondisi bermasalah. Hal itu masih terus menjadi beban pikirannya sampai detik ini.

 

Beban pikirannya bertambah bila mengingat pasien-pasiennya yang beliau khawatirkan terpapar vaksin yang diduga palsu, termasuk yang disuntikan kepada anak dan cucu-cucunya. Beliau merasa tidak berdaya karena tidak dapat melakukan pendampingan kepada pasien-pasien tersebut. Karena saat ini beliau sedang berada dalam tahanan Bareskrim Mabes Polri dimana beliau tidak dapat diakses oleh pasien-pasiennya yang sampai saat ini terus berusaha menghubungi beliau via telefon, sms, Whatsapp, dan Facebook karena masih membutuhkan kehadirannya.  Namun karena kondisi beliau, alat komunikasi yang dapat berhubungan dengan pasien dikelola oleh saya istrinya yang hanya dapat memberikan bantuan moril dan perasaan ingin saling menguatkan satu sama lain.

 

Sebenarnya ketika kasus vaksin palsu mencuat, Dokter Indra langsung menghubungi salah satu pengurus IDAI untuk melakukan penelitian Survey dengan metoda yang direkomendasikan WHO (30 by 7) untuk memetakan suatu persoalan di tingkat nasional. Penelitiaan tersebut bertujuan untuk memetakan imunitas atau kekebalan bayi terhadap penyakit DPT, Agar dapat diusulkan oleh IDAI kepada Kemenkes dan BPOM untuk menghindari kericuhan secara nasional seperti yang terjadi sekarang ini. Yang telah menghancurkan perasaan dan nurani kita semua sebagai bangsa. Dan kami semua jajaran keluarga merasakan bahwa ini bukanlah hanya sekedar bencana keluarga semata, tapi merupakan bencana nasional yang harus menjadi keprihatinan kita semua dan dicarikan solusinya bersama-sama.

 

Akhir kata saya sebagai istrinya dan juga keluarga besarnya masih meyakini bahwa beliau adalah aset bangsa ini. Kompetensi dan kemampuan yang dimilikinya masih sangat dibutuhkan. Regulasi, kebijakan, dan pengawasan yang menjadi tanggung jawab badan-badan terkait diharapkan mampu membuat aset-aset bangsa seperti dokter-dokter anak diseluruh Indonesia agar dapat bekerja dengan baik sesuai dengan kapasitasnya.

 

Hikmah yang didapat dari ini semua menurut Dr Indra adalah bahwa peristiwa ini merupakan suatu ujian yang memang harus dilewatinya yang dapat meningkatkan derajat beliau pribadi menjadi manusia yang lebih mulia.

 

Mohon doa agar kita semua selalu diberikan kekuatan dan perlindungan Allah SWT.

 

Dini Kusdiani, Istri Dokter Indra Sugiarno

Ikuti tulisan menarik Redaksi lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Hanya Satu

Oleh: Maesa Mae

Kamis, 25 April 2024 13:27 WIB

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Hanya Satu

Oleh: Maesa Mae

Kamis, 25 April 2024 13:27 WIB