x

Gedung percetakan PT. Temprint Jalan Pal Merah, Jakarta Barat. TEMPO/Subekti

Iklan

Etin Ibrahim

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Mereka, Kita, dan Hari Sabtu

Kunjungan ke Percetakan Tempo

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Suara gemuruh menyambut kami, sesaat setelah memasuki pabrik cetak yang ada dibagian bawah gedung Tempo. Bisingnya membuat telinga yang awam ini harus bersusah payah untuk menyesuaikan diri. Mesin-mesin besar  berwarna biru yang menghaslkan suara gaduh itu, berdiri kokoh ditengah ruang. Deretan kertas-kertas cetakan berputar cepat membentuk rantai yang tampak tidak putus-putus. Di bagian lain ruangan, gelondongan kertas putih hampir sebesar drum minyak, bersusun menanti giliran untuk masuk ke mesin. Tumpukan hasil cetakan yang sudah selesai, tertumpuk pada sisi lain dekat pintu.

Sementara beberapa pekerja menjalankan tugasnya masing-masing, Pak Ilham, sang penanggungjawab percetakan, berdiri disamping mesin dan memberi arahan kepada salah seorang pegawainya. Suaranya timbul tenggelam diantara deru mesin-mesin. Hari ini, mereka harus mengerjakan cetakan katalog dari salah satu perusahaan waralaba ritel besar di Indonesia. Beliau sudah berkarir selama 23 tahun di percetakan Tempo. Sebagai kepala produksi, pak Ilham harus bekerja hingga ke hari Sabtu.

Ruang kontrol berada di bagian tengah pabrik. Pegawai bagian kontrol meneliti dengan cermat setiap cetakan yang akan keluar. Membuka lembaran contoh acak yang diambil dari mesin, dan memeriksa hasilnya dengan teliti. Menoleh ke layar monitor berisi angka-angka, dan menekan tombol-tombol yang asing buat saya. Pada bagian ini, akurasi warna, juga dicek dengan seksama. Tidak boleh melenceng. Mereka juga memastikan apakah cetakan sudah sesuai dengan yang inginkan. Rupanya, cetakan mereka hari ini berbeda dengan yang dikerjakan pak Ilham dan timnya. Mereka sedang mencetak halaman untuk majalah Tempo yang akan keluar pekan depan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Di hulu mesin, Maulana dan seorang rekannya,  bertanggungjawab untuk memasok gelondongan kertas untuk dicetak.  Mereka memastikan bahan baku cetak masuk tepat waktu, hingga mesin tidak berhenti.

Tentu saja bukan hanya pak Ilham, pegawai bagian kontrol dan Maulana dan rekannya, yang hari ini bekerja di percetakan. Ada banyak orang yang sibuk menjalankan pekerjaannya masing-masing dalam kondisi yang berisik itu. Meski untuk sebagian orang, Sabtu adalah hari libur, namun buat para pekerja di pecetakan Tempo di daerah Palmerah Jakarta Barat, ini hari kerja. Koran harus terbit, majalah harus beredar pekan depan, dan beberapa pekerjaan lain sudah antri untuk diselesaikan. Produksi percetakan ini, berlangsung setiap hari dalam tiga shift. Tidak ada libur di hari Sabtu. Mesin-mesin itu tetap beroperasi selama 24 jam sehari.

Untuk sebagian orang Jakarta, bekerja dihari Sabtu mungkin dianggap tabu. Sabtu menjadi begitu mewah untuk dikonsumsi. Akhir pekan, menjadi waktu untuk bersuka ria, jalan-jalan, atau hanya sekedar leyeh-leyeh menikmati  bacaan seperti koran dan majalah diberanda rumah. Namun tanpa disadari, berkat pak Ilham dan kawan-kawan yang rela bekerja di akhir pekan inilah, kita bisa bersantai sambil menikmati bacaan itu. Betul?  

Ikuti tulisan menarik Etin Ibrahim lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler