x

Iklan

issoepamoengkas

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Menunggu Tumpangan untuk Pulang

Pekerja Rumah tangga yang bekerja jauh dan menunggu tumpangan kendaraan untuk pulang

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Badriyah

(Cerita Ibu Badriyah Kelompok PRT “Mandiri Sejahtera” wilayah Desa Ngenep Kec.Karang Ploso Kab.Malang, Jawa Timur)

Setiap hari aku harus bangun pagi,berangkat kerja dari rumah jam 06.00 pagi sampai rumah majikan jam 07.00.Mengingat rumah saya jauh dan berjarak 10 km dari rumah. Jaraknya jauh tapi pekerjaan ini terpaksa aku terima. Dulu aku pernah kerja di pabrik kosmetik namun aku kurang betah bekerja disana.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Perjalanan ke rumah majikan saya tempuh dari rumah naik ojek terus naik angkot. Ongkos ojek dan naik angkot ini sampai Rp. 26 ribu pulang pergi. Setelah itu baru jalan kaki menuju rumah majikan.

Untuk mengirit maka saya sering mencari tumpangan. Rata-rata saya menunggu tumpangan sampai 2 jam. Sering saya menghabiskan waktu menunggu duduk-duduk di depan Mushola, kadang sampai mengantuk ketiduran. Beberapa orang yang sering memberi tumpangan adalah tetangga. Mereka rata-rata bekerja sebagai kuli bangunan. Ini semua kulakukan agar bisa mengirit, bisa menabung dan menyekolahkan anak. Tidak apa-apa menunggu lama, yang penting bisa pulang dan menabung.

Pekerjaan yang saya lakukan mulai dari mencuci baju,membersihkan rumah dan halaman,menyetrika dan mengasuh anak.Saya bekerja sebagai PRT mulai dari tahun 2008 sampai sekarang. Saya bekerja di empat majikan setiap minggunya. Jadi berganti-ganti majikan dengan pekerjaan yang sama.

Waktu bekerja saya berpindah-pindah mengingat kalau berkerja hanya di satu tempat penghasilan saya tidak cukup.Dari setiap majikan saya mendapat upah perhari antara 30.00 s/d 40.000 karena setiap majikan tidak sama dalam berikan upah.

Sebenarnya saya bercita-cita ingin membuka usaha sendiri berjualan sembako. Tetapi sampai saat ini cita –cita tersebut belum kesampaian mengingat saya masih mengumpulkan modal. Uang tabungan saya hingga hari ini belum cukup untuk membuka toko kelontong.

Ini semua saya lakukan untuk menghidupi keluargaku. Anakku ada 2, yang pertama umurnya 26 tahun dan sudah menikah. Tinggal satu orang saja yang hidup bersamaku, laki-laki berumur 13 tahun masih SMP kelas 2.

Semoga dengan jerih payahku ini anakku bisa sekolah tinggi.

Ikuti tulisan menarik issoepamoengkas lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler