x

Iklan

Ramdha Mawaddha

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Sulitnya Menerapkan E-money

Lenggang Jakarta, Kawasan Wisata Monas, Jakarta Pusat

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Uang berpindah cepat dari tangan pelanggan ke Mirah . “Seharusnya kalau beli di sini enggak boleh tunai,” kata pedagang makanan di Lenggang Jakarta yang minta namanya disamarkan itu, Selasa, 26 Juli. “Kalau saya tolak nanti enggak ada yang beli. ”

Mirah yang menjajakan nasi goreng dan ketoprak ini  keberatan jika transaksi di Lenggang Jakarta harus menggunakan e-money. Ribet hanya salah satu alasannya. Di luar itu  perempuan 55 tahun ini takut tak dapat pembeli. “Anak saya empat, semuanya sekolah,” ujarnya.

Pembayaran nontunai ini diberlakukan oleh pengelola Lenggang Jakarta kepada seluruh pedagang kuliner sejak kawasan itu diresmikan pada Mei 2015 lalu. Dengan pembayaran menggunakan e-money, keuntungan pedagang masuk ke rekening sendiri. Manager Lenggang Jakarta, Alexander Galih mengatakan dengan pembayaran e-money transaksi mereka tercatat dengan rapi. Sehingga pedagang tahu berapa keuntungan mereka, Selasa, 27 Juli.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Alexander mengira sejauh ini seluruh pedagang sudah menggunakan uang elektronik. Nyatanya Mirah tak sendirian. Tempo bertemu Supardi, pedagang lainnya di Lenggang Jakarta,  yang masih menerima uang tunai.

Supardi yang juga pedagang kuliner ini tetap melayani pembeli yang memakai uang tunai. Lelaki yang telah berjualan selama 20 tahun di area monas ini masih kesulitan beradaptasi dengan sistem. “Kalau pembeli tidak punya e- money tetap aja dilayanin,  entar juga dimasukin di kasir,” ujarnya.

Perlahan lelaki asal Madura ini mengaku akan beradaptasi. Karena pengunjungnya juga banyak yang menggunakan cashless. Saat ditanya perihal perbedaan keuntungan sebelumnya, ia mengaku sama saja. “Sama saja sih keuntungannya, kalau sepi dapat seratus, ramai bisa lebih,” ucapnya.

Meski  kadang merasa takut, banyak pedagang tetap melayani pembeli. Pasalnya jika ia kedapatan pengelola Lenggang Jakarta, bisa mendapat teguran bahkan keanggotaannya dicabut. “Maksimal keanggotaannya akan dicabut jika ketahuan menerima uang cash,” tutur Alexander.

Ade Sumenab, pengunjung asal Bandung mengaku ribet jika menggunakan e-money. Ade yang datang bersama keluarga sebenarnya tak tahu menahu jika transaksi di Lenggang Jakarta ini nirtunai. “Ribet ya, harus pakai uang elektronik,” ucapnya, Selasa (26/7).

Lain halnya dengan Rita Puspitasari. Pengunjung asal Jakarta Timur ini merasa sebaliknya, jika menggunakan e-money justeru memudahkan pembeli dan penjual. “Bagus sih, penjual tak perlu repot mencari uang kembalian,” ucapnya.

Sejak awal penerapannya transaksi e-money ini hanya diwajibkan bagi pedagang kuliner saja. Untuk pedagang souvenir sementara menunggu aktivasi dari bank.

Kodir, pedagang souvenir merasa penggunaan e-money masih ribet. Meski telah diberi pelatihan, lelaki 48 tahun ini mengaku belum sepenuhnya bisa melakukan transaksi ini. “Semestinya harus, tapi saya merasa masih ribet,” keluhnya.

Sejak awal penerapan sistem nirtunai ini memang diniatkan untuk memudahkan para pedagang dan pembeli. Diharapkan dengan berjalannya sistem ini pedagang dapat mengetahui alur transaksi dengan jelas. Juga untuk menghindari pemerasan yang sering kali dilakukan preman. Diakui Supardi, sejak penertiban kawasan kuliner ini tak ada lagi preman yang masuk. Selain itu e-money bisa juga digunakan untuk tiket TransJakarta dan Kereta Rel Listrik.

Untuk memudahkan pengunjung, juga disediakan tempat pembuatan e-money di area Lenggang Jakarta. Cukup mengeluarkan uang Rp 20 ribu sudah bisa membuat kartu. Tempat pembuatan ini juga bisa digunakan untuk  top-up untuk saldo yang hamper habis.

Sampai saat ini masih ada kesulitan yang dialami pedagang. Tapi masih bisa diatasi. Seperti ada pedagang yang belum bias baca tulis. “Jadi pengenalannya lewat visual saja,” lanjutnya. Tak hanya itu, sinyal yang naik turun juga masih menjadi hambatan kelancaran transaksi.

Edukasi pembayaran nirtunai ini  terus dilakukan pengelola Lenggang dengan memasang himbauan untuk tidak membayar tunai. Pengawasan ketat pun tetap dilakukan. Hanya saja  hingga saat ini masih terjadi mix payment. “Jadi kalau ada yang pedagang yang meminta tunai maka lapor ke petugas,” tegas Alexander.

 

Ikuti tulisan menarik Ramdha Mawaddha lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler