x

Iklan

Handoko Widagdo

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Menuju Indonesia Serba Baru

Gagasan Romo Mangunwijaya tentang Indonesia di masa depan.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Judul: Menuju Indonesia Serba Baru

Penulis: Y.B Mangunwijaya

Tahun Terbit: 1998

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Penerbit: Gramedia Putaka Utama                                                                           

Tebal: xv + 269

ISBN: 979-605-986-X

 

Membaca (ulang) buku Menuju Indonesia Serba Baru masih relevan untuk saat ini. Meski buku ini terbit pada tahun 1998, dan penulisnya sudah berpulang, namun gagasan tentang Indonesia yang serba baru masih tetap perlu kita renungkan. Apalagi kebaruan yang diimpikan mengedepan sampai tahun 2045, saat NKRI berusia genap satu abad. Melalui artikel-artikel yang ditulis oleh Romo Mangun di tahun 1997 sampai setelah turunnya Suharto sebagai Presiden di tahun 1998, Romo Mangun mengajak kita merekonstruksi Indonesia menjadi Indonesia yang serba baru.

Romo Mangun seakan tahu bahwa rejim Suharto sudah tidak akan lama lagi berkuasa. Artikel-artikelnya yang terbit di tahun 1997, saat Suharto masih berkuasa, sudah menunjukkan keberanian Romo Mangun untuk mengusik penguasan. Kegelisahan akan parahnya kondisi Republik Indonesia diibaratkan sebagai ibu yang sakit kanker dalam artikel “Kanker Parah”. Ia juga menyindir para penguasa yang menggunakan prinsip aji mumpung dalam artikelnya berjudul “Petruk Jadi Ratu”. Bahkan artikelnya yang berjudul “Para Traktor Waktu” yang terbit di Kompas pada tanggal 30 Mei 1997, atau sehari setelah PEMILU, Romo Mangun sudah menyampaikan pandangannya tentang peran generasi muda yang akan menjadi traktor baru yang membongkar kaum tua yang konservatif.

Menjelang kejatuhan Suharto, Romo Mangun semakin berani meramalkan kehancuran rejim Orde Baru. Ketika harga BBM dinaikkan, Romo Mangun sudah memastikan bahwa era Suharto sudah tamat. Namun tulisan-tulisan beliau tidak terfokus kepada tuntutan turunnya Suharta, seperti suara kencang yang saat itu berkumandang. Romo Mangun tetap konsisten dengan memikirkan apa yang harus dilakukan pasca era Orde Baru. Sebab bagai beliau, tak ada gunanya menurunkan Suharto dan menumbangkan Orde Baru jika tidak ada tatanan baru yang lebih baik.

Tujuan berdirinya Republik Indonesia adalah agar seluruh nation Indonesia (hal. 45). Lalu bagaimana pandangan Romo Mangun tentang Republik Indonesia saat ini? Indonesia telah melenceng jauh dari cita-cita awal berdirinya negara. Mula-mula beliau menggambarkan kondisi terkini, yaitu Indonesia pada tahun 1997? Meminjam istilah yang dipakai oleh Gus Dur, yaitu gejala seolah-olah, Romo Mangun mendeskripsikan Indonesia sebagai negara yang suka Damai tetapi terus-menerus berperang, anti colonial tetapi menganeksasi wilayah negara lain,Pancasila teorinya tetapi banyak mempraktikkan cara komunis, pecinta alam tetapi merusak alam (hal 41).

Bagi Romo Mangun, reformasi total berarti memperbaiki sistem tata-negara dengan cara mengamandemen UUD 1945. Mula-mula harus dilakukan pemilihan anggota Konstituante yang benar-benar bebas dari Orde Baru. Anggota Konstituante yang dipilih langsung oleh rakyat inilah yang nantinya harus mengamandemen UUD 1945 supaya menjadi lebih sesuai dengan kondisi saat itu (hal. 101). Romo Mangun berargumen bahwa UUD 1945 disusun untuk digunakan sementara. Kelemahan UUD 1945 menurut Romo Mangun adalah mudah dicurangi oleh rejim. Telah terbukti dua pemimpin negara Indonesia telah menjadi diktator berdasarkan UUD 1945. Itulah sebabnya UUD 1945 harus diamandemen supaya lebih menghargai hak asasi manusia dan tidak bisa diselewengkan oleh rejim diktator (hal. 103). UUD yang baru hendaknya menghilangkan tiga unsur pokok Republik Indonesia yang menyebabkan negara tidak maju-maju. Ketiga unsur pokok tersebut yaitu: (1) feodalisme warisan kerajaan-kerajaan lama, (2) ekonomi pengerukan warisan Hindia Belanda dan (3) pemerintahan rekayasa sosial ala dwifungsi warisan Jepang.

Dalam hal bentuk negara Romo mangun mengusulkan bentuk Negara Indonesia Serikat (hal. 180) yang berbentuk federasi. Alasan mengapa Indonesia harus berbentuk  negara federal adalah karena (1) dengan penduduk yang sangat besar dan beragam (dalam buku ini ditulis lebih dari 200 juta jiwa), negara kesatuan hanya bisa didisiplinkan dengan tangan besi; (2) untuk menghindari pengerukan kekayaan ke pusat hanya bisa dilakukan jika ada desentralisasi yang senyatanya. Beliau berargumen bahwa negara federal bukan tidak bisa tetap dalam bentuk negara integralistik. Lagi pula negara kesatuan yang integralistik dibutuhkan saat itu untuk mencegak politik pecah belah oleh Belanda. Romo Mangun juga berargumen bahwa negara federal tidak bisa seenaknya. Sebab dalam hal urusan luar negeri, pertahanan dan keamanan serta hal-hal yang harus diatur secara nasional tetap harus diurus oleh pusat.

Meski telah memberikan gambaran besar tentang bagaimana sebaiknya negara dikelola pasca reformasi, Romo Mangun tetap memberikan hal-hal teknis yang perlu diperhatikan untuk mencapai apa yang dicita-citakan tersebut. Beberapa hal yang beliau soroti adalah prasyarat demokrasi (hal. 200), Kamtib efektif tanpa kekerassan (hal. 2008), Amanat dan moral (hal. 225) dan Perjuangan Generasi Muda di Abad 21 (hal. 231). Artikel-artikel di bagian akhir ini memberikan gambaran bahwa Romo Mangun bukan sekedar seorang yang mampu menelorkan gagasan besar, tetapi beliau juga peduli kepada detail tentang bagaimana cara mencapainya. Bukankah beliau adalah seorang teknik arsitektur yang memang selalu peduli kepada detail?

Buku ini merupakan kumpulan tulisan Romo Mangun pada era 1997 sampai dengan 1998. Sebagai sebuah kumpulan tulisan-tulisan lepas, dibutuhkan editor yang bisa merangkainya menjadi sebuah pemikiran utuh dari penulisnya. Ignatius Hariyanto berhasil dengan baik menyusun tulisan-tulisan Romo mangun tersebut sehingga keutuhan gagasan beliau tentang Indonesia di masa depan menjadi sangat gamblsng. Menempatkan tulisan ringan berbentuk cerpen yang membahas isu berat di setiap awal bagian. Cerpen-cerpen di awal setiap bagian ini mempermudah kita dalam memahami pandangan Romo Mangun dalam tema yang di bahas dalam bagian tersebut. Upaya editor untuk memasukkan beberapa tulisan Romo mangun yang ditolak-terbitkan oleh media masa saat itu juga patut dihargai. Sebab tulisan-tulisan yang dianggap terlalu keras atau terlalu vulgar tersebut sesungguhnya menggambarkan pandangan-pandangan Romo Mangun tentang bagaimana sebaiknya negara ini dikelola. Catatan-catatan editor di beberapa bagian awal tulisan yang mengatakan bahwa topik yang belum tuntas dalam sebuah tulisan akan dibahas lebih medalam pada tulisan-tulisan di belakang dengan memberikan bab dan halamannya sangat membantu untuk mengurangi kepenasaran pembaca.

Ikuti tulisan menarik Handoko Widagdo lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terkini

Sengketa?

Oleh: sucahyo adi swasono

30 menit lalu

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB