x

Iklan

Phesi Ester Julikawati

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Ketika Denyut Jantung Itu Berhenti

Bertahun-tahun aku marah dan patah hati, pikiran anak-anak ku menganggap papa bukanlah ayah yang baik. Papa sosok ayah yang egois.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Father is a daughter's first love.., iya papa adalah cinta pertama ku. Sayangnya hubungan kami tidak semulus percintaan ayah dan anak lainnya. Aku jatuh cinta kemudian patah hati. Papa meninggalkan ku.

Kepergiannya membawa semua cinta itu, aku nelangsa dan berjuang sendiri mempertahankan cinta itu. Padahal saat itu aku masih sangat butuh dia selalu hadir disampingku.  Berharap setiap minggu ia masih bisa selalu membelikan Majalah Bobo untuk ku, menandatangani raport sekolah ku setiap semester, ikut menentukan jurusan dan dimana aku akan kuliah dan menikahkan ku.

Sayang sekali, dia tidak bisa melakukan itu semua, setidaknya selama yang kita berdua inginkan. Hingga aku berkata maaf pa.., aku harus membagi cinta ini untuk pria lain. Pria yang ku harap bisa menjaga dan menyayangiku seperti papa.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Bertahun-tahun aku marah dan patah hati, pikiran anak-anak ku menganggap papa bukanlah ayah yang baik. Papa sosok ayah yang egois, karena seenaknya saja pergi siang itu, tanpa pernah sempat mengucapkan sepatah kata perpisahan. 

Belakangan baru aku tahu, jika papa pergi karena jantungnya berhenti berdenyut. Serangan maut itu terpaksa memisahkan dia dengan semua cerita yang ada di dunia ini. Sejak hari itu, aku tidak hanya kehilangan dirinya, tapi kehilangan semua kehidupan nyamanku sebagai anakmu, setidaknya seperti itulah yang aku rasakan semasa kecil hingga remajaku.

Perubahan drastis keadaan keluarga kami, terutama kehidupan ekonomi dan sosial membuat aku tidak hanya kehilangan ayah tapi juga ibu. Mama yang dulu selalu ada menemani kami, kemudian tersita semua waktunya karena harus bekerja agar dapat menghidupkan keluarga yang engkau tinggalkan. Kebahagian masa kecil itu hilang berganti dengan perjuangan panjang.

Aku selalu selalu mengutuk penyakit jantung yang menyerangmu. Mengapa kau tidak pernah menjaga jantung itu? Mengapa kau tidak menyadari jika mengidap penyakit jantung koroner yang menjadi penyebab kau mengalami serangan jantung?.

Jika saja, papa menjaga dengan baik jantungnya, jika saja papa tidak merokok, mungkin saat ini aku seperti juga anak yang lain memiliki lebih banyak kenangan tentang ayahnya, mungkin saja saat ini aku tidak jadi jurnalis tapi dokter seperti yang papa cita-cita kan. Ahh..pa..seandainya saja jika engkau tidak pernah mendapatkan serangan jantung itu.

Pengalaman itu mengajarkan ku, bahwa kesehatan tidak hanya bicara tentang diri kita sendiri tapi juga orang-orang di sekitar kita. Anak-anak kita, suami kita, orang tua kita hingga pembantu rumah tangga kita dan orang-orang yang bergantung hidup dengan kita. Tega sekali jika kita bilang, “aku kan sudah mati, yang hidup yah.. terusin hidup, bagaimana caranya, terserah kamu,”. Itu namanya egois.

Saya bilang egois, karena hanya memikirkan diri kita sendiri. Setidaknya pikirkan anak-anak kita, jika kita pergi di saat mereka masih membutuhkan semua dukungan kita terutama dukungan moril dan materi. Bisa saja kan, anak kita terpaksa menjadi pembantu rumah tangga, terus putus sekolah karena harus kerja dan kemudian hidup sengsara karena miskin. 

Ingin mengubah nasib tidak bisa karena tidak punya pendidikan tinggi karena sang ayah mati kena serangan jantung. Kalo aku sih tidak tega, aku tidak ingin apa yang terjadi kepadaku menimpa anak-anak ku dan anak-anak yang lain.

Berhentilah egois, berhentilah berpikir jika hidup kita hanya milik kita sendiri. Mulailah melihat di sekeliling kita, lihat kecerian anak-anak saat kita pulang kerja, apakah rela jika keceriaan itu hilang hanya karena kita tidak mau berdamai dengan segala kebiasaan buruk kita.

Saya tidak bermaksud menakut-nakuti kalian semua, tapi terkadang orang sulit percaya jika tidak mengalami penderitaan itu sendiri. Setidaknya berpikir cerdas saja, karena kesadaran akan menjadi sia-sia jika terlambat, yakinlah dampaknya sangat buruk, buruk sekali dan tidak perlu saya ceritakan semuanya disini. Maka cerdas dan sadarlah.

Mari sama-sama kita mengubah gaya hidup kita, aku tahu dan ikut merasakannya dimana tekanan dan tuntutan hidup terkadang sulit untuk kita melakukannya. Beban kerja yang banyak salah satu yang membuat kita tidak memikirkan apa saja yang kita makan, yang penting kenyang. Belum lagi tekanan itu memicu stress, padahal stres dan perasaan gelisah dapat meningkatkan tekanan darah. Tekanan darah yang kemudian menggangu metabolisme dan berujung pada berbagai penyakit.

Memiliki gaya hidup sehat adalah bentuk nyata menyayangi keluarga kita. Setidaknya mulai dengan Diet Jantung Sehat yakni mengurangi dan membatasi makanan yang mengandung lemak trans dan hydrogenated oils yang dapat ditemukan pada mentega, fast food, serta makanan yang di goreng.

Kemudian dapat dilanjutkan dengan berolah raga secara teratur. Berolah raga yang stabil dan teratur dapat mengurangi resiko terkena penyakit jantung. Tubuh yang terbiasa berolah raga pun mampu dengan cepat mengembalikan energi dan meningkatkan ketahanan tubuh dari berbagai penyakit lainnya.

 Terakhir, Putus cinta dengan rokok (bagi para ahli hisap) itu suatu hal yang wajib, termasuk putus berhubungan atau dekat dengan orang yang merokok karena menjadi perokok pasif, sama bahayanya dan sama-sama meningkatkan resiko terjangkit penyakit jantung. Nah loh..masih mau berhubungan dengan perokok?.

Kalau saya tidak, karena saya mencintai diri saya dan anak-anak saya, saya ingin mereka mendapatkan apa yang harusnya mereka dapatkan dari saya yakni kasih sayang dan masa depan.

(sumber Foto : Gejalapenyakitjantung.com)

Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba blog gaya hidup sehat untuk jantung sehat yang diselengarakan Yayasan Jantung Indonesia dan Indonesiana

Ikuti tulisan menarik Phesi Ester Julikawati lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terkini

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB