x

Iklan

Kang Nasir Rosyid

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Cerita di Balik PON (Bagian2): Pak Darma Ingin Kiosnya Gratis

Sisi lain dari Pelaksanaan PON di Pantai Balongan Indramayu

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Catatan; Silahkan baca Bag.1 disini ; http://indonesiana.tempo.co/read/89852/2016/09/22/nasir.kang/cerita-dibalik-pon-pantai-balongan-indramayu-bag-1

Pak Darma,        Pedagang minuman di Pantai Balongan, Setelah kiosnya di robohkan, ia lantas membangun gubug (darurat) kembali untuk tetap berjualan di bibir pantai. Namun, lagi lagi pihak pemerintah meminta agar gubugnya dibongkar kembali, tak ada daya, Pak Darmapun ‘’manut’’ merobohkan gubugnya.

‘’Nanti dibuatkan  oleh pemerintah’’,  kata Pak Darma menirukan ucapan pejabat pemerintah kala itu.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ketika pemerintah kemudian membangun 2 Los Kios, pak Darma kemudian menempati 2 petak los. Panjang Los Kios itu masing masing panjang kurang lebih 24 meter. Tiap petak kios luasnya 2,5 x7 meter.

‘’Awalnya sih cuma 2,5x3 meter’’, kata Pak Darma.

‘’Karena terlalu sempit ahirnya para pedagang masing masing menambah atap depan dengan asbes sebagai teras untuk ditempati meja kursi para pembeli ’’, tambah Pak Darma.

“Kok sekarang jadi rangka baja”, tanya saya

‘’ Ya, setelah para pejabat datang kesini, rupanya tidak berkenan, maka anak buahnya diperintahkan untuk membangun teras ini dengan rangka baja ringan’’. Jawab Pak Darma.

“Bangunan ini baru selesai tiga hari menjelang pelaksanaan lomba’’, tambah Pak Darma meyakinkan seraya menunjuk atap bangunan tambahan sebagai teras.

Para pedagangpun senang bisa menempati tempat yang representatif, tidak kumuh, walaupun lantainya masih berupa tanah. Tapi masih ada yang mengganjal pada diri Pak Darma, yakni soal biaya, apakah para pedagang bisa menempati secara gratis usai geleran PON usai.

‘’Saya sih berharap tidak dipungut biaya, ya hitung hitung sebagai pengganti kios saya yang dibongkar’’, ujar pak Darma “.

“Tapi kalau disuruh bayar bagaimana Pak”, tanya saya

“Kalau saya sih orang kecil, melawan juga tidak bisa, jadi ya ngga apa apalah, asal sesuai dengan kemampuan”, katanya.

Alasan Pak Darma masuk akal juga, sebab jikapun digratiskan, toh tanah yang dipakai ini adalah awalnya rawa atau empang tak bertuan yang kemudian diurug, bahkan lahan parkir yang sekarang dipakai untuk kegiatan PON juga adalah tanah tak bertuan. Kalaupun disuruh bayar, Pak Darma tidak keberatan, asalkan sesuai dengan kemampuannya sebagai pedagang kecil yang penghasilannya tergantung dari banyaknya pengunjung Pantai Balongan dan kemudian mampir di kedainya.

 

Ikuti tulisan menarik Kang Nasir Rosyid lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler