x

Iklan

Samuel Edward

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Hidup Sehat dan Bahagia, Jantung Tetap Sehat

Gaya hidup sehat dan upaya menjaga kesehatan jantung itu harus menyenangkan.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Foto anatomi luar & dalam jantung (Sumber foto: http://www.medical-artist.com/Anatomy-of-the-Human-Heart-Illustrations.html)

Foto anatomi luar & dalam jantung (Sumber foto: http://www.medical-artist.com/Anatomy-of-the-Human-Heart-Illustrations.html)

 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

(Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba blog bertemakan “Gaya Hidup Sehat untuk Jantung Sehat” yang diselenggarakan Yayasan Jantung Indonesia bekerjasama dengan Indonesiana.)

Jantung adalah salah satu organ paling vital manusia. Sebab, ia satu-satunya yang bertugas memompa darah. Dan darah adalah pembawa semua zat penunjang kehidupan. Artinya, bilamana jantung kita tidak sehat, maka hidup kita pun terancam.

Sayangnya, yang paling berperan merusak jantung kita adalah pilihan gaya hidup kita sendiri! Rokok sudah bukan lagi menjadi tren, namun bagi sebagian kalangan, sudah menjadi kebutuhan. Menu keseharian kita semakin disarati glukosa, L.D.L. (low density lipoprotein, lipoprotein kurang pekat, atau banyak disebut sebagai “kolesterol jahat”), dan asam lemak jenuh.

Namun, kabar baiknya, kita juga memiliki kekuasaan penuh untuk memilih gaya hidup yang sehat!

Melalui artikel ini, saya akan membagikan segala hal tentang gaya hidup sehat yang bukan saja saya ketahui namun juga saya jalani dan buktikan sendiri efektivitasnya.

1. Jiwa, kerohanian, dan sosialitas kita saling terikat, terkait, dan mempengaruhi dengan tubuh kita. Karena itu, jika ada gangguan di salah satunya, maka yang lainnya pun akan menderita. Contohnya, saat kita flu, bukan cuma tubuh kita yang lemas dan tidak nyaman, namun pikiran kita pun serasa tersendat, perasaan kita pun jadi gampang galau dan terlalu sensitif. Demikian pula sebaliknya. Saat kita sedang marah, sedih, cemas, atau depresi, kita sering lemas, jantung kita berdebar-debar, kita merasa mulas bahkan sampai diare, dan buang air kecil pun jadi sering kita alami. Karena itu, saya tak hanya memperhatikan kesehatan fisik. Pikiran, perasaan, emosi, keinginan, spiritualitas, dan kehidupan sosial pun saya jaga agar tetap positif, sehat, dan stabil. Saya pun ingin hidup tanpa stres. Pasalnya, stres bisa memicu hipertensi, yang merupakan faktor resiko terjadinya infark (kelumpuhan) pada miokardium (otot jantung), yang terkenal dengan sebutan “penyakit jantung koroner”. Karena itu, saya pun tidak ingin mencemaskan kesehatan saya. Saya tak mau takut akan suatu penyakit pun. Karena, kalau kita terlalu kuatir pada penyakit tertentu, termasuk penyakit jantung, justru kekuatiran kita itu sangat mungkin menjadi kenyataan!

2. Masih berkenaan dengan kebebasan dari stres, saya pun berupaya konsisten menjalani hidup secara serius tetapi santai. Tidak tegang, tidak kaku, dan tidak monoton. Saya pun menjaga diri saya dari jebakan tuntutan-tuntutan hidup yang tak perlu, yang berpotensi memerangkap saya dalam keadaan kelebihan beban (overloaded) sampai kewalahan (exhausted). Kunci dari semua itu adalah rasa syukur kepada Tuhan. Namun, bukan kesantaian saja yang membuat kita sehat dan jantung kita terjaga. Keseriusan pun sama. Serius itu tidak sama dengan tegang, kaku, dan monoton. Maka, serius tidak bertentangan dengan santai. Serius itu berarti sungguh-sungguh, sepenuh hati, penuh totalitas, berdedikasi tinggi, dan berdeterminasi maksimal. Semua itu membuat tubuh dan mental kita menjadi aktif, sehingga otot-otot tubuh dan jiwa kita pun terlatih dan menjadi makin kuat, lentur, dan lincah. Dan, yang pasti, keseriusanlah yang melahirkan sukses, peningkatan, dan kemajuan. Semua itu melahirkan kepuasan lahir dan batin.

3. Serius dan santai juga merupakan sikap saya terhadap urusan kesehatan itu sendiri. Buat saya, gaya hidup sehat harus menyenangkan. Karena, seperti telah kita lihat, kalau batin tidak nyaman, fisik pun tidak akan beres. Kalau saya terpaksa mengerjakan sebuah gaya hidup yang katanya sehat, maka bukannya kesehatan yang saya peroleh melainkan justru penyakit! Jadi, dalam mengatur pola makan dan asupan nutrisi, menata ritme antara bekerja dan beristirahat, serta melakukan olah tubuh, saya tidak ingin kaku, stres, dan terpaku pada yang baku. Saya ingin menikmati semuanya. Dan, yang jelas, saya tidak akan melakukan yang tidak saya sukai. Saya penyuka jamu dan makanan yang pahit-pahit seperti sayur pare dan daun pepaya. Tetapi, itu karena saya ini penikmat segala jenis makanan dan minuman. Saya tidak berpantang makanan dan minuman apapun. Begitu juga dengan olah tubuh. Saya melakukan olah fisik yang saya sukai, yaitu berjalan kaki. Maka, bilamana waktu saya sedang senggang, kalau saya ada perlu untuk pergi ke suatu tempat, jika tempat tersebut jauhnya maksimal dua kilometer, saya akan menempuhnya dengan berjalan kaki. Kembali atau pulangnya pun sama. Namun, saya tidak mau main bulutangkis atau tenis meja biar setengah set sekalipun! Menurut saya, selain menyenangkan, gaya hidup sehat adalah soal keseimbangan dan keselarasan. Dan semuanya harus serba secukupnya, tidak kurang namun juga tidak berlebihan.

4. Terakhir, gaya hidup sehat tentu saja harus menjunjung tinggi kebersihan. Sebab, adalah keliru kalau kita menganggap penyakit jantung hanyalah infark miokardium. Banyak sekali ragam penyakit yang bisa menyerang organ vital kita tersebut. Semuanya dapat dikelompokkan menjadi tiga. Bawaan, degenerasi, dan infeksi. Penyakit jantung koroner, atau infark miokardium, termasuk yang degenerasi. Tetapi, yang tak kalah marak dan berbahaya adalah infeksi yang menyerang jantung. Bakteri Staphilococcus aureus dan Streptococcus beta-haemoliticus adalah dua spesies bakteri yang umum menyerang bagian apapun dari tubuh kita, termasuk jantung. Keduanya dapat membuat defek pada katup jantung. Masalahnya, kedua bakteri ini sangat banyak di udara, air, dan makanan. Karena, iklim tropis Indonesia memang merupakan kondisi ideal untuk mereka. Jadi, saya pun rutin menjaga kebersihan diri, makanan, barang, dan lingkungan saya.

Ikuti tulisan menarik Samuel Edward lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler