x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Melihat dengan Mata Baru

Cobalah melihat dengan ‘mata baru’ dan temukanlah pemandangan yang sama tapi terasa lebih menyegarkan.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Nama hidangan itu sudah sangat akrab di telinga saya, niscaya juga Anda: rendang. Di tangan seorang chef, hidangan ini disajikan dengan cara yang amat berbeda meskipun dengan cita rasa serupa dan nama yang tetap rendang. Hidangan lama tapi baru ini menjadi terkesan modern berkat tafsir seorang chef.

Transformasi wajah rendang ini mengingatkan saya kepada kata-kata novelis Prancis Marcel Proust: “Perjalanan penemuan yang sesungguhnya bukanlah untuk mencari lanskap baru, melainkan melihatnya dengan mata baru.” Sesuatu yang sama, bila dilihat dengan cara berbeda, berpotensi melahirkan sesuatu yang lain sama sekali.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Beberapa ratus tahun, orang banyak mengiukuti pikiran Isaac Newton mengenai gravitasi. Ilmuwan setelah Newton melihat fenomena gravitasi sebagaimana Newton melihatnya, hingga kemudian Albert Einstein melihat fenomena yang sama dengan mata yang berbeda. Einstein menggunakan ’mata baru’ untuk melihat fenomena yang sama.  

Menulis tangan sudah jadi kegiatan manusia selama ratusan tahun hingga orang menemukan mesin ketik. Perubahan-perubahan memang terjadi berkat kontribusi sejumlah orang, tapi wujud dan fungsinya tetap seperti mesin ketik mekanik sampai kemudian orang menciptakan komputer yang dilengkapi papan ketik (keyboard). Orang tetap dapat mengetik, tapi kini tak perlu memakai karbon untuk menggandakan dan menyimpan hasil ketikannya di dalam hardisk.

Itulah inovasi yang berbekal ‘mata baru’ dalam melihat aktivitas yang sama: mengetik. Seorang ‘penemu’ melihat sesuatu yang sudah berulang kali dilihat oleh orang lain dengan cara berbeda. Ia ‘mengenali’ masa depan yang sudah tersingkap di depan matanya. Mata yang melihat secara berbeda mengubah apa yang mungkin diubah.

Cara baru dalam memandang sesuatu juga mampu mengubah sikap kita. Suatu ketika, kita mungkin diserahi tanggungjawab untuk menyelesaikan persoalan yang pelik. Demikian pelik, sehingga kita ingin kabur—“Mustahil saya dapat menuntaskan masalah ini.” Situasinya akan berubah bila kita memandang apa yang disebut ‘persoalan’ itu  sebagai ‘tantangan’ yang harus dijawab. “Ini peluang untuk mengasah kemampuan, ini peluang untuk memimpin, ini peluang untuk naik jenjang karir.”

Ketika memerhatikan pembuatan mobil yang begitu lamban dalam memenuhi permintaan pasar, Henry Ford lantas berpikir tentang perakitan mobil secara mekanis. Lanskapnya tetap sama: pembuatan mobil; cara memandangnya yang berbeda: dirakit secara mekanis. Hasilnya, produksi mobil meningkat cepat.

Melihat dengan cara baru, mata baru, atau perspektif baru adalah kiat untuk menemukan kesegaran gagasan. Dengan mata baru, kita berpeluang dapat memperbaiki pandangan lama kita yang diwarnai oleh prasangka, seperti rasisme. Sebaliknya, jika kita enggan mencoba untuk memakai mata baru, kita berpeluang terperosok lebih dalam pada kubangan pikiran yang usang ataupun picik laiknya rasisme. (foto: tempo.co) **

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler