x

Iklan

Nhany Rachman Khan

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Komitmen Dinkes Cegah Kanker Serviks dan Payudara di Pangkep

Kanker Serviks dan Kanker Payudara merupakan pembunuh pertama dan kedua bagi kaum perempuan di Seluruh Dunia termasuk Indonesia

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Salah satu issu dari Program MAMPU yang dilaksanakan oleh Organisasi Perempuan Islam ‘Aisyiyah di 14 Kabupaten sasaran yang tersebar di 4 Provinsi yakni Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi-Selatan dan Kalimatan adalah Kesehatan Reproduksi. 5 issu yang menjadi focus program yang telah dijalankan sejak tahun 2014 adalah Kanker Serviks, JKN, Kanker Payudara, Asi Ekslusif dan Keluarga Berencana.

Salah satu issu yang saat ini sangat mendesak harus mendapatkan penanganan serius adalah upaya sistematis mencegah dua jenis kanker yakni kanker serviks dan kanker payudara sebagai penyebab utama pembunuh pertama dan kedua bagi kaum perempuan di dunia termasuk di Indonesia yang sangat rentang bagi kaum perempuan baik yang telah menikah maupun yang belum menikah namun telah memasuki usia produktif secara seksual.

Kabupaten Pangkep sendiri sebagai pelaksana program dari 2 Desa dan 4 kelurahan sasaran MAMPU telah melakukan berbagai kegiatan yang sifatnya upaya mencegah sejak dini kedua jenis kanker ini bagi kaum perempuan melalui kegiatan edukasi pada puluhan komunitas binaan Balai Sakinah ‘Aisyiyah (BSA).

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Mengapa Kanker Serviks dan Payudara ? Kanker serviks adalah kanker yang muncul pada leher rahim wanita. Leher rahim sendiri berfungsi sebagai pintu masuk menuju rahim dari vagina. Semua wanita dari berbagai usia berisiko menderita kanker serviks. Tapi, penyakit ini cenderung menghinggapi wanita yang aktif secara seksual. Sedangkan Kanker Payudara adalah kaner yang terbentuk dari lemak, jaringan kuat, dan ribuan lobulus (kelenjar kecil penghasil air susu). Saat seorang wanita melahirkan, Air Susu Ibu (ASI) akan dikirim ke puting melalui saluran kecil saat menyusui. Namun, sel-sel dalam tubuh perempuan biasanya tumbuh dan berkembang biak secara teratur. Sel-sel baru hanya terbentuk saat dibutuhkan, tetapi proses dalam tubuh pengidap kanker akan berbeda karena proses tersebut akan berjalan secara tidak wajar sehingga pertumbuhan dan perkembangbiakan sel-sel menjadi tidak terkendali. Gejala awal kanker payudara adalah benjolan atau penebalan pada jaringan kulit payudara, meski sebahagian besar benjolan belum tentu kanker payudara sehingga penting bagi perempuan usia produktif ini melakukan pemeriksaan dini sendiri.

Data WHO menunjukkan bahwa untuk penderita kanker serviks jumlahnya sangat tinggi. Setiap tahun tidak kurang dari 15.000 kasus kanker serviks terjadi di Indonesia. Label itu tidak berlebihan karena tiap hari di Indonesia dari 40 wanita yang terdiagnosa menderita kanker serviks, 20 wanita diantaranya meninggal karena kanker serviks. Tingginya kasus kanker serviks di Indonesia membuat WHO menempatkan Indonesia sebagai negara dengan jumlah penderita kanker serviks terbanyak di dunia.

Sementara kanker payudara merupakan penyakit dengan kasus terbanyak kedua setelah kanker serviks. Penderita kanker payudara di Indonesia pada tahun 2004 (sebagaimana dikutip dari Profil Kesehatan Indonesia tahun 2008) sebanyak 5.207 kasus. Setahun kemudian pada 2005, jumlah penderita kanker payudara meningkat menjadi 7.850 kasus. Tahun 2006, penderita kanker payudara meningkat menjadi 8.328 kasus dan pada tahun 2007 jumlah tersebut tidak jauh berbeda meski sedikit mengalami penurunan yakni 8.277 kasus. Insiden kanker di Indonesia masih belum diketahui secara pasti karena belum ada registrasi kanker berbasis populasi yang dilaksanakan.

Berdasarkan data Kemenkes RI tahun 2015 melalui estimasi Globocan, International Agency for Research on Cancer (IARC) tahun 2012, kanker payudara adalah kanker dengan presentase kasus baru tertinggi (43,3%) dan presentase kematian tertinggi (12,9%) pada perempuan di dunia. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, prevalensi kanker payudara di Indonesia mencapai 0,5 per 1000 perempuan. Data lain datang pula dari Sistem Informasi Rumah Sakit tahun 2010, kanker payudara adalah jenis kanker tertinggi pada pasien rawat jalan maupun rawat inap mencapai 12.014 orang (28,7%). 

Berdasarkan data Subdit Kanker Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular (PPTM) Kemenkes RI, jumlah perempuan seluruh Indonesia umur 30-50 tahun adalah 36.761.000. Sejak tahun 2007-2013 deteksi dini yang telah dilakukan oleh perempuan sebanyak 644.951 orang (1,75%) dengan penemuan suspek benjolan (tumor) payudara 1.682 orang (2,6 per 1000 penduduk).

Kenyataan tentang data kanker serviks dan payudara inilah ‘Aisyiyah menggandeng Dinas Kesehatan Kabupaten Pangkep, mendorong seluruh Pusat Kesehatan Masyarakat (PKM) melalui bidan terlatihnya untuk turun langsung ke komunitas melakukan penyuluhan, sosialisasi dan promosi preventif kepada puluhan ibu-ibu usia produktif yang kemudian di kenal dengan Pasangan Usia Subur (PUS) dan juga Wanita Usia Subur (WUS) akan pentingnya menjaga kesehatan reproduksi sebagai asset berharga bagi kaum perempuan.

Tujuan kegiatan ini tentunya untuk mendekatkan informasi seputar pentingnya kesehatan reproduksi bagi kaum perempuan agar dapat terhindar dari bahaya kanker serviks melalui tes IVA atau papsmear serta mencegah kanker payudara melalui pemeriksaan payudara secara klinis (Sadarnis). Selama ini informasi seputar kesehatan perempuan dapat ditemukan di berbagai Unit Layanan Kesehatan seperti Polindes, Poskesdes, Pustu, Puskesmas hingga Rumah Sakit Umum Daerah di Kabupaten baik masalah kehamilan, melahirkan, serta menyusui namun masalah kanker serviks dan payudara masih sangat minim edukasi.

Namun dengan hadirnya Program MAMPU ini, layanan serta akses informasi seputar kesehatan reproduksi tentang bahaya kanker ini dapat dengan mudah didapatkan dengan menghadirkan para bidan langsung di desa atau kelurahan sasaran program sekaligus menjadi kesempatan bagi puluhan ibu-ibu yang tergabung di komunitas ini dengan para bidan yang ingin menanyakan seputar kesehatannya dengan berkonsultasi secara intens tanpa rasa malu atau sungkang lagi.

Salah satu Bidan Puskemas Minasatene yang selama ini aktif turun ke komunitas adalah Hendryani Syam yang didaulat sebagai Bidan Motivator membina 5 komunitas Balai Sakinah ‘Aisyiyah di Kelurahan Biraeng tepatnya di 5 titik perkampungan seperti Griya Citra Mas, Penas, Kampung Botto Tajjoro, Kampung Bonto Puca, dan Kampung Belae mengaku bahwa sejak bergabung melalui kegiatan pemberdayaan perempuan yang dijalankan oleh ‘Aisyiyah Pangkep mendapatkan banyak pengalaman yang membuatnya semakin mengenal banyak karakter perempuan binaannya dengan mendengar serta memahami lebih dekat masalah kesehatan yang sering dialami oleh para ibu-ibu di komunitas khususnya masalag kesehatan reproduksi baik itu bagaimana memberikan ASI Ekslusif, menggunakan alkon KB yang baik, penyebab kanker serviks dan payudara serta JKN atau BPJS yang masih begitu sulit untuk diakses bagi sebahagian anggota BSA.

Tes IVA, Papsmear dan Sadarnis adalah upaya untuk mencegah kanker serviks dan payudara menjadi sesuatu yang baru bagi sebahagian besar anggota komunitas saat memberikan materi tersebut terlebih saat mengkampanyekan pentingnya pemeriksaan ini dilakukan agar terhindar sejak dini dari kedua jenis kanker ini, tahun pertama program berjalan bukan tanpa tantangan hingga mereka sadar dan tergerak sendiri untuk melakukan pemeriksaan IVA melalui Subsidi Program MAMPU kala itu, hingga melihat animo para anggota komunitas ini yang cukup tinggi maka pihak Puskesmas Minasatene pun mulai menyisihkan anggaran tetap untuk pengadaan alkes pemeriksaan IVA dan Papsmear ini dan memberlakukan pelayanan reguler untuk pemeriksaan ini di Puskesmas dan masih berjalan hingga saat ini.

Pengalaman lainnya yang sekaligus menjadi pengalaman menyedihkan bagi Bidan yang sering di sapa Bidan Indri ini adalah ketika 2 orang anggota di komunitas binaan Program MAMPU di Kelurahan Biraeng ini terdeteksi melalui tes IVA mengidap Kanker Serviks, bersama sejumlah pengurus ‘Aisyiyah di Kabupaten menindaklanjuti pengobatan kedua pasien ini ke RSUD Pangkep hingga Rumah Sakit di Kota Makassar, mengingat keterbatasan sarana yang ada tak memungkinkan untuk melakukan pemeriksaan hasil papsmear di Pangkep, sehingga keputusan untuk melanjutkan pengobatan di Makassar adalah pilihan terbaik. Proses pengobatan yang di suport oleh penanganan dokter ahli ini akhirnya dinyatakan sembuh oleh pihak dokter. Kenyataan lain bahwa di kelurahan lain yang merupakan sasaran MAMPU yakni Bonto Langkasa, salah satu anggota komunitas BSA meninggal karena kanker ovarium yang telah memasuki stadium akhir karena keterlambatan pemeriksaan dini.

Sejumlah kasus terkait kedua jenis kanker ini pun di Kabupaten Pangkep melalui Forum Group Discution dan dialog rutin dengan sejumlah bidan, kader dan anggota komunitas binaan memberikan informasi bahwa kedua kanker ini telah menggerogoti nyawa perempuan di kampung mereka namun terkendala berbagai faktor dalam penanganannya diantaranya sebahagian penderitanya telah terlambat melakukan pemeriksaan hingga merasa ketakutan untuk melakukan pengobatan lanjutan, ketidakmampuan biaya dan faktor tak adanya pendampingan yang membuat mereka pada akhirnya pasrah pada keadaannya.

Melihat kenyataan ini pulalah, sehingga sangat penting upaya pencegahan kanker serviks dan payudara ini menjadi prioritas pendampingan, maka melalui advokasi yang tak mengenal lelah ‘Aisyiyah terus bergerak mendorong pemangku kepentingan agar issu ini menjadi perhatian khususnya bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Pangkep agar mengeluarkan kebijakan berupa pemeriksaan secara reguler di Unit Layanan Kesehatan terdekat yang telah direalisasikan sejak tahun 2015 yang lalu hingga mendorong Dinkes mengeluarkan Surat Edaran untuk berkomitmen melakukan upaya peningkatan layanan kesehatan reproduksi bagi kaum perempuan khususnya upaya pencegahan kedua jenis kanker paling mematikan bagi kaum perempuan ini pada tahun 2016.

Tak hanya di 3 Kecamatan sasaran Program MAMPU seperti Pangkajene, Bungoro dan Minasatene melainkan seluruh Pusat  Kesehatan Masyarakat guna mempermudah akses informasi dan pemeriksaan IVA  atau Papsmear bagi yang membutuhkan penanganan. Selain itu, pemeriksaan payudara secara klinis atau Sadarnis pun sudah harus mulai disosialisasikan dan dilakukan secara aktif di seluruh unit layanan kesehatan agar jumlah perempuan yang mengidap kanker serviks maupun kanker payudara tidak bertambah lagi di Kabupaten Pangkep.

Melalui forum dialog dan koordinasi secara intens selama program MAMPU ini berjalan serta serangkaian kegiatan kolektif antara ‘Aisyiyah Pangkep dan Dinas Kesehatan Kabupaten Pangkep seperti peringatan hari Kanker payudara sedunia yang dilakukan secara akbar bulan oktober tahun 2015 yang lalu serta mengjangkau ribuan peserta dari berbagai kalangan dalam kegiatan kampanye cegah kanker serviks dan payudara ini menjadi bukti dukungan serta perhatian Dinkes akan issu Kesehatan Reproduksi ini yang terus digalakkan bersama ‘Aisyiyah dengan sambutan positif. Komitmen ini akhirnya diwujudkan melalui penerbitan Surat Edaran yang ditandatangani oleh Kepala Dinas Kesehatan guna terus mendorong seluruh Unit layanan Kesehatan meningkatkan pelayanan kesehatan reproduksi khususnya pencegahan dini Kanker Serviks dan Kanker Payudara bagi kaum perempuan.

Ikuti tulisan menarik Nhany Rachman Khan lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler