x

Iklan

Kurnia

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Jangan Sembunyikan Kankermu!

Sebagai penyintas kanker, (insyaAllah) saya akan menurunkan dua tulisan mengenai kewaspadaan kanker.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 
Oktober adalah bulan yang penting. Pada hari pertama kita memperingati Hari Kesaktian Pancasila, besok kita memperingati Hari Batik. Tanggal 5 kita memperingati Hari TNI, dan pada 28 Hari Sumpah Pemuda. Oktober juga ditetapkan sebagai bulan kewaspadaan kanker payudara serta bulan Bahasa Indonesia. Sebagai penyintas kanker, (insyaAllah) saya akan menurunkan dua tulisan mengenai kewaspadaan kanker sembari memasang foto kebaya dan sarung untuk merayakan keanggunan pakaian tradisional kita. Tulisan ini yang pertama.
=====================
 
Selesai acara bedah buku Kehidupan Kedua pada Dies Natalis Sosiologi Fisip Unair, Desember 2015, seorang ibu, peserta bedah buku, mendatangi saya. Ibu lewat tengah baya itu memperkenalkan diri sebagai penyandang kanker payudara, seperti saya. Secara singkat, ia menceritakan efek kemo terhadap tubuhnya.
Ia sangat menderita akibat kemo. Beberapa giginya tanggal dengan mudah pada saat kemoterapi. Meski saya juga mengalami efek samping kemo yang tidak ringan, saya bergidik membayangkannya dan ingin memeluknya saat itu. Tapi saya jaim, he-he-he… Sehingga berusaha tampak tenang dan mendengarkan penuturannya sambil teringat penjelasan dokter Iskandar Ali yang melakukan kemoterapi terhadap saya.
 
Efek kemoterapi memang bermacam-macam. “Sangat personal,” kata dokter Iskandar. Yang terjadi pada ibu itu, tidak sama dengan efek kemoterapi yang dirasakan orang lain. Banyak yang terasa lebih ringan, banyak pula yang terasa lebih berat.
Menjelang akhir perbincangan yang sebentar saat itu, ibu itu bertanya, “Apa Mbak enggak malu setelah operasi? Bagaimana tanggapan teman-teman?”
“Tidak, saya enggak malu. Teman-teman menyayangi saya dan mereka memperlakukan saya dengan sangat baik.”
Ibu itu terdiam.
 
Saya melanjutkan, “Teman-teman datang dari mana-mana untuk menengok saya. Bahkan yang bertahun-tahun tidak bertemu.”
“Tidak ada yang perlu disembunyikan. Sakit, memilih pengobatan dan mengetahui risiko dari pengobatan itu bukan hal yang tabu. Jadi, tak perlu malu.” Saya bicara sangat cerewet.
 
Jawaban ini mungkin membuat perbincangan jadi membosankan. Saya jadi seperti sedang ceramah, sehingga ngobrol ringan itu tak lama.
***
 
selanjutnya sila baca di Jangan Sembunyikan Kankermu!

Ikuti tulisan menarik Kurnia lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu