x

Iklan

Rita Haryanti

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Pengaruh Bahasa Slang Terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia

Tidak bisa dipungkiri penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar di SMP Pax Ecclesia kelas IX masih jauh dari harapan kita.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

PENGARUH BAHASA SLANG TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI

SMP PAX ECCLESIA KELAS IX

 

Pendahuluan

 Tidak bisa dipungkiri penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar di SMP Pax Ecclesia kelas IX masih jauh dari harapan kita. Siswa lebih sering menggunakan bahasa slang dalam berkomunikasi sehari-hari daripada menggunakan bahasa yang baik dan benar. Kriteria penggunaan bahasa yang baik adalah ketepatan memilih ragam bahasa yang sesuai dengan kebutuhan komunikasi. Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dapat diartikan sebagai pemakaian ragam bahasa yang serasi dengan sasarannya dan yang mengikuti kaidah bahasa yang berlaku. Dengan tercapainya bahasa Indonesia yang baik dan benar, siswa dapat berkomunikasi secara baik pula.

Saat ini kendala yang dihadapi siswa SMP Pax Ecclesia kelas IX untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah timbulnya gejala bahasa, seperti bahasa slang, yang tanpa disadari sering digunakan dalam komunikasi resmi. Mereka lebih lancar menggunakan bahasa slang daripada menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Bisa dibayangkan apabila siswa cenderung menggunakan bahasa slang, maka pembelajaran bahasa Indonesia di kelas tidak bisa berhasil dengan maksimal. Dalam makalah ini, penulis hanya memfokuskan pembahasan pada bahasa slang. Bahasa slang mengambil peran yang sangat penting dalam kehidupan suatu kebudayaan sekaligus menentukan atau menunjukkan nilai-nilai dalam hidup bersama. Senada dengan pembatasan penulisan di atas, makalah ini pun mau menelusuri pengaruh bahasa slangterhadap pembelajaran bahasa Indonesia siswa SMP Pax Ecclesia kelas IX. Apakah bahasa slang ini membawa pengaruh yang positif dan efektif pada kemampuan berbahasa baku sesuai Ejaan Yang Disempurnakan. Apakah yang ditimbulkan oleh keduanya?

 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pembahasan

1. Siswa

Siswa adalah murid (terutama pada tingkat sekolah dasar dan menengah) ; pelajar (KBBI

 2.  Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar

            Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMP Kelompok Kompetensi Profesional B (2016: 9-10) Slogan “Gunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar” pada kain rentang dapat kita temukan di mana-mana. Namun, memasyarakatkannya ungkapan tersebut belum tentu diikuti pemahaman yang benar tentang maknanya. Oleh karena itu, pada bagian ini akan dijelaskan makna serta kriteria bahasa yang baik dan bahasa yang benar tersebut.

Kriteria yang dipakai untuk menentukan bahasa Indonesia yang benar adalah kaidah bahasa. Kaidah-kaidah bahasa yang dimaksudkan tersebut meliputi aspek (1) tata bunyi, (2) tata kata dan tata kalimat, (3) tata istilah, (4) tata ejaan, dan (5) tata makna. Benar tidaknya bahasa Indonesia yang kita gunakan tergantung pada benar tidaknya pemakaian kaidah bahasa. Dengan kata lain, bahasa Indonesia yang baik dan benar atau betul adalah pemakaian bahasa yang mengikuti kaidah bahasa Indonesia.

Kriteria pemakaian bahasa yang baik adalah ketepatan memilih ragam bahasa dengan konteks, peristiwa, atau keadaan yang dihadapi. Orang yang mahir memilih ragam bahasa dianggap berbahasa dengan baik. Bahasanya membuahkan efek atau hasil karena sesuai dengan tuntutan situasi. Pemilihan ragam yang cocok merupakan tuntutan komunikasi yang tak bisa diabakan begitu saja. Pemanfaatan ragam bahasa yang tepat dan serasi menurut golongan penutur dan jenis pemakaian bahasa itulah yang disebut bahasa yang baik atau tepat.

 3.  Masalah Bahasa Slang

         Gorys Keraf (1991: 108-109) Kata - kata slang adalah semacam kata percakapan yang tinggi atau murni. Kata slang adalah kata-kata nonstandard yang informal, yang disusun secara khas; atau kata-kata biasa yang diubah secara arbitrer; atau kata-kata kiasan yang khas, bertenaga dan jenaka yang dipakai dalam percakapan. Kadangkala kata slang dihasilkan dari salah ucap yang disengaja, atau kadangkala berupa pengrusakan sebuah kata biasa untuk mengisi suatu bidang makna yang lain.

         Kata-kata slang sebenarnya bukan saja terdapat pada golongan tepelajar, tetapi juga pada semua lapisan masyarakat. Tiap lapisan atau kelompok masyarakat dapat menciptakan istilah yang khusus, atau mempergunakan kata-kata yang umum dan pengertian-pengertian yang khusus, yang hanya berlaku untuk kelompoknya.

         Seperti juga kata-kata lainnya, kata-kata slang bertolak dari keinginan agar bahasa itu lebih hidup dan asli.  Semua orang, terutama siswa, selalu mencoba mempergunakan bahasa atau kata-kata lama dengan cara-cara baru atau dengan arti baru. Kata-kata slang sering dipinjam dari kosa kata yang khusus dalam jabatan-jabatan tertentu, kemudian diberi arti umum.  Sebab itu, kata-kata slang juga mempunyai iuran pada perkembangan bahasa. Banyak kata slang bergerak dari slang menuju ke kata umum, bila dirasakan bahwa kata itu berguna dalam kehidupan bahasa umum. Kata-kata slang mengandung dua kekurangan. Pertama, hanya sedikit yang dapat hidup terus, kedua, pada umumnya kata-kata slang yang suatu waktu selalu menimbulkan ketidaksesuaian.

         Pengaruh bahasa slang ini akan jelas terlihat dalam pendidikan di sekolah sebagai proses lanjut dari pendidikan di rumah. Masalah kedekatan atau kekentalan bahasa slang siswa di atas akan membawa kesulitan tersendiri pada kemampuan berbahasa siswa terutama dalam kemampuan berbahasa secara baku yakni sesuai Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Kesulitan itu meliputi:

  1. Kemampuan menulis secara tepat.

Kekuatan dan kemampuan bahasa slang memengaruhi siswa begitu kuat hingga siswa terus saja membawanya dalam bahasa baku. Penulisan beberapa kata akan terlihat janggal karena faktor pembiasaan dari rumah dan lingkungan sekitar.

Contoh, menuliskan kata rapi. Siswa cenderung menuliskan kata rapih.  Begitu juga kata “mengapa”. Siswa cenderung menuliskan kata “kenapa”. Dan masih banyak lagi kata-kata yang dituliskan atau diucapkan secara tidak baku.

  1. Selain itu, kelekatan pada bahasa slang akan menyulitkan anak dalam bahasa pengucapan yang tepat. Anak cenderung mengucapkankan secara lurus apa yang dipikirkan termasuk kata-kata yang diadopsi dalam bahasa slang tanpa suatu proses pengolahan yang tepat. Siswa cenderung mengucapkan kata “kagak”, “ampe”, “entar”, dan lain-lain.
  2. Memakai tanda baca. Siswa yang sudah sangat kental bahasa slang, akan sulit juga untuk menempatkan tanda baca yang tepat terutama tanda baca koma. Proses pembiasaan bahasa pergaulan secara lisan sejak dini akan sangat sulit bagi para siswa ketika menerjemahkan bahasa lisan ke dalam bahasa tulisan secara tepat.

Dari beberapa tantangan berbahasa di atas, saya sebagai pengajar Bahasa Indonesia berusaha semampu mungkin untuk membiasakan anak berbahasa secara tepat yaitu sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan. Ada beberapa jalan keluar yang saya tawarkan antara lain:

  1. Memberi keteladanan untuk selalu memakai bahasa baik dan benar agar siswa membiasakan diri untuk memraktikkan berbahasa Indonesia yang baik dan benar.
  2. Menyadarkan siswa akan perbedaan dan fungsi dari bahasa slang dan bahasa yang baku. Upaya pembedaan ini dimaksud untuk mengajak anak menyadari situasi dan tempat yang tepat bagi penggunaan kedua bahasa tersebut. Kapan mereka harus menggunakan bahasa slang dan kapan memakai bahasa baku.
  3. Sebagaimana bahasa slang, proses berbahasa secara tepat yang sesuai dengan EYD pun membutuhkan suatu upaya pembiasaan. Artinya, anak dilatih untuk berbahasa secara tepat baik secara lisan maupun tulisan setiap saat setidaknya selama berada di sekolah. Pembiasaan ini akan sangat memengaruhi perkembangan kemampuan berbahasa pada siswa.
  4. Menyadarkan dan membiasakan diri berbahasa Indonesia yang baik dan benar membutuhkan suatu kerja keras atau sanksi yang mengikat misalnya hukuman menuliskan suatu alinea atau paragraf dengan bahasa yang baku atau jenis sanksi yang lain bagi mereka yang menggunakan bahasa slang tidak pada waktu dan tempatnya. Sanksi inipun mesti disepakati bersama agar tidak menimbulkan masalah baru dan sejauh tidak memberatkan para siswa.

Hal ini akan membawa pengaruh positif bagi siswa untuk mecoba memperbaiki kesalahan penggunaan bahasa slang sebagai bekal melanjutkan studi di masa mendatang dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar.

 

Penutup

 Siswa menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar di sekolah adalah harapan setiap guru di sekolah. Bahasa merupakan unsur yang sangat penting dalam berkomunikasi, yaitu sebagai alat komunikasi yang paling utama. Untuk itu, sangat dianjurkan supaya siswa menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Berbahasa yang baik dan benar dapat diartikan sebagai pemakaian ragam bahasa yang serasi dengan sasarannya dan yang mengikuti kaidah bahasa yang berlaku.

Bahasa slang merupakan bentuk ragam bahasa yang digunakan oleh siswa. Dalam konteks modern, bahasa slang merupakan dialek bahasa Indonesia nonformal yang  digunakan sebagai bentuk percakapan sehari-hari dalam pergaulan di lingkungan masyarakat.

Bahasa slang semakin lekat dengan siswa karena diperkuat dengan pengaruh dunia hiburan televisi seperti film dan sinetron yang juga memakai bahasa slang. Jalaan keluar yang dapat meningkatkan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar pada siswa SMP Pax Ecclesia kelas IX yaitu, memberi teladan atau contoh dan memotivasi siswa akan fungsi dan pentingnya bahasa yang baku.

Menggunakan bahasa slang boleh saja, akan tetapi jangan sampai menghilangkan budaya berbahasa Indonesia, terutama di lingkungan sekolah baik lisan atau tulisan.

  

 

Daftar Pustaka

 

- Indriati, Etty.2006. Menulis Karya Ilmiah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

- Departemen Pendidikan Nasional.2002.Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta: Balai Pustaka.

- Keraf, Gorys.1991.Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

- Mudini, Drs.2016. Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMP Kelompok Kompetensi           Profesional B. Jakarta: Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

- Pengalaman Selama Mengajar Mata Pelajaran Bahasa Indonesia pada siswa-siswi SMP Pax           Ecclesia pada tahun  sampai 2016.

Ikuti tulisan menarik Rita Haryanti lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler