x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Kapital Altruistik, Memulihkan Kemanusiaan Kita

Naluri membantu dan menolong orang lain berpotensi mendorong motivasi dalam melakukan aktivitas bisnis maupun sosial.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Setiap orang pada dasarnya punya naluri untuk membantu, menolong, maupun melayani orang lain. Kadarnya memang beragam, namun keinginan yang bersifat sosial ini tampaknya sudah dituliskan di DNA manusia. Sebagian manusia punya kepekaan rasa untuk segera menolong orang lain yang tengah diterpa kesukaran hidup. Sebagian lainnya baru tergerak setelah dipaksa atau diminta. Sebagian lainnya jelas-jelas meyakini bahwa tidak ada pertolongan atau bantuan yang ‘bebas bea’ alias gratis.

Namun manusia pada dasarnya menyimpan segi-segi baik dalam dirinya; selalu saja ada orang yang mau menolong orang lain bukan karena alasan-alasan atau motif ekonomi—mengutip atau mengambil profit. Betul-betul ingin membantu; bahkan tangan kirinya tak ingin tahu bila tangan kanannya menolong.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Di tengah masyarakat yang semakin condong kepada kekayaan sebagai ukuran keberhasilan, menyodorkan kembali ‘naluri menolong sebagai kebaikan’ mungkin terasa melawan arus. Barangkali memang iya, namun bila ‘kekayaan hati’ ini—yang oleh Prof. Nava Ashraf dari Harvard Business School disebut sebagai altruistic capital—digelorakan kembali, banyak masyarakat yang dapat menikmati kehidupan yang lebih manusiawi.

Dalam ekonomi-bisnis, selama ini kita mengenal kapital dalam rupa-rupa bentuk, seperti bangunan, mesin, finansial, pengetahuan, maupun manusia (human capital). Untuk mendorong karyawan agar mau memberi kontribusi terbaiknya, perusahaan menyediakan insentif kenaikan gaji, bonus, promosi kepangkatan, hingga pemberian fasilitas. Jarang perusahaan yang menyentuh kapital yang lebih dalam ada dalam hati manusia: kapital altruistik—keinginan untuk menolong, membantu, melayani, memberi kemudahan ketimbang mempersulit orang lain dengan cara yang baik.

Ketika seorang polisi (kalau tidak keliru di Sumatra Utara) mengajak pengemudi berdoa sebelum ia memberi surat tindakannya membahayakan dirinya sendiri maupun orang lain. Polisi itu menilang, sebab ia memang punya tugas menegakkan aturan lalu lintas. Namun, sebagai manusia, ia mengingatkan dan mengajak pengemudi agar mengikuti aturan demi kebaikan dirinya sendiri. Polisi itu juga mendoakan agar  tilang, sesungguhnya ia telah mengingatkan pengemudi itu tentang apa yang seharus ia lakukan dan tak boleh ia lakukan karenapengemudi itu tak mengulangi kesalahan serta memperoleh rezeki dalam pekerjaannya.

Secara historis, ekonom dan perusahaan memegang teori bahwa pekerja termotivasi untuk memperoleh insentif finansial dan pendapatan—hal yang sama dianggap berlaku di lapangan hidup lainnya. Konsep kapital altruistik berusaha ‘menantang’ pandangan tersebut dengan mengemukakan pendapat bahwa berbuat baik dan memberi kemanfaatan bagi orang lain maupun masyarakat dapat menjadi motivasi kuat seseorang untuk jadi produktif.

Perusahaan tertentu di Indonesia berusaha mengadopsi pengertian kapital altruistik ini, walaupun belum sepenuhnya berhasil. Misalnya dengan menjadikan rumusan ‘memberi kemanfaatan kepada seluruh masyarakat Indonesia’ sebagai ultimate goal perusahaan. Keuntungan, pertumbuhan bisnis, maupun bertambahnya pangsa pasar hanyalah ‘efek samping’ dari upaya meraih ultimate goal tadi. Ketika seluruh karyawan berlomba-lomba untuk memberi kontribusi terbaik agar bisa melayani masyarakat Indonesia dengan lebih baik, maka peningkatan jumlah pelanggan, bertambah luasnya wilayah bisnis, hingga laba yang meningkat adalah buah dari upaya tersebut.

Ikhtiar ini memang tidak mudah, tapi jika mampu diwujudkan, maka kapital altruistik akan memulihkan unsur kemanusiaan yang kian terkikis pada diri kita. (Foto: tempo.co) **

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler