x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Mengambil Positivitas dari Berpikir Negatif

Bagaimana mengambil mutiara dari pikiran negatif?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

“Jangan berpikir negatif!” nasihat ini barangkali pernah didengar oleh siapa saja, sekaligus sebagai ajakan untuk berpikir sebaliknya. Berpikir negatif memang sering dianggap buruk, sebab diidentikkan dengan prasangka, curiga, ataupun ketidaksukaan. Jadi apa gunanya membicarakan manfaat dari berpikir negatif? Memangnya ada?

Sepertinya memang ada, dan ini berpulang bagaimana kita menggunakan cara berpikir negatif. Contoh sederhana berpikir negatif ialah “Waduh, tim saya bakal kalah nih melawan tim juara.” Barangkali ini terdengar sebagai sikap pasrah atau kalah sebelum bertanding. Bila Anda mampu menjadikan pikiran negatif ini sebagai pemantik untuk berlatih keras, memikirkan siasat bertanding yang jitu, memotivasi anggota tim untuk tidak menyerah sebelum peluit tanda pertandingan usai sudah ditiup, maka Anda sudah berhasil mengambil mutiara dari berpikir negatif.

Dengan berpikir negatif, takut kalah—walaupun kalah dari tim juara bisa jadi wajar-wajar saja, seseorang sangat mungkin akan bersikap waspada. Ia mengubah negativitas berupa rasa takut, merasa kecil, tidak punya pemain bintang, menjadi positivitas. Dalam banyak situasi, mereka yang berpikir negatif punya banyak peluang untuk memetik keuntungan dibandingkan mereka yang berpikir positif sejak awal.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Para pemain yang tahun lalu meraih tropi kejuaraan mungkin akan teledor saat menghadapi tim pendatang baru. Sudah jamak juara menganggap remeh tim yang tampak lemah, baru ‘naik kelas’, atau tanpa pemain bintang. Pemain juara jadi cenderung bermain longgar, tidak mau mengenal lebih dekat calon lawan bermainnya, atau menganggap pelatih tim lawan tidak punya strategi jitu.

Banyak orang mengajak berpikir optimistis dalam menghadapi apapun. Kenyataannya, bersikap terlampau optimistis membuat kita teledor, kurang mempersiapkan diri, enggan berlatih, tidak memperhitungkan risiko dengan baik. Kenyataannya lagi, kita tetap punya rasa takut yang tersembunyi bahwa sesuatu yang buruk mungkin saja terjadi di depan, namun sayangnya hal ini tidak menjadi alarm yang cukup untuk membuat kita waspada.

Pikiran negatif memang punya potensi buruk, tapi jika kita dapat melihat bahwa di dalamnya ada mutiara, maka kita akan bersikap waspada. Inilah nilai positif dari berpikir negatif. Perasaan lemah berpotensi membuat kita bangkit dan berusaha menunjukkan bahwa kita mampu. Kita akan berusaha keras, sementara mereka yang terlampau optimistis menganggap jalannya sudah pasti benar.

Ada sejenis kerendah-hatian dalam berpikir negatif, yakni melihat setiap langkah kita sebagai mengandung kemungkinan untuk salah. Tidak ada yang sempurna. Namun kita akan dua kali gagal bila tidak mampu melihat potensi kesalahan yang akan mendatangkan kegagalan. Kegagalan pertama: tidak mampu melihat kemungkinan untuk salah. Kegagalan kedua: gagal dalam eksekusi.

Sudut pandang negatif ini sebenarnya sudah diajarkan di masa Yunani kuno. Menurut sebagian filsuf masa itu, kadang-kadang cara terbaik untuk menghadapi masa depan yang tidak pasti ialah fokus bukan pada skenario terbaik, tetapi pada skenario terburuk. Pandangan ini mendesak kita untuk mempersiapkan diri dengan lebih baik, sementara mereka yang optimistis berpikir semua tindakan telah direncanakan secara matang, tak perlu cemas.

Ketakutan akan kalah membuat seorang pelatih sepak bola tidak berpikir ataupun berharap anak asuhnya akan meraih kemenangan. Tapi, ketakutan ini memicunya untuk mempersiapkan pemainnya agar bermain dengan disiplin tinggi. Di ruang ganti pakaian, ia memasang tulisan berukuran besar: “Kemenangan menyukai tim dengan kesalahan paling sedikit.”

Pendeknya, bila dipakai secara tepat, ‘berpikir negatif’ berpotensi mendatangkan hasil yang amat positif. (Sumber ilustrasi: oxcoll.com) **

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB