x

Sejumlah surat kabar dari berbagai media di Inggris menampilkan sosok Presiden baru Amerika Serikat, Donald Trump usai memenangkan pemilu Amerika di London, Inggris, 10 November, 2016. AP Photo

Iklan

Teguh Henry Prayitno, SIAN

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Trump Berkuasa, Muslim Hadapi Dilema

Nasib Muslim sekarang dipertaruhkan ketika Trump menjadi Presiden AS.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Sikap Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) telah menciderai umat muslim, terutama warga muslim yang tinggal di negara tersebut. Sebagai Presiden yang menganut sistem demokrasi, tidak sepatutnya Trump mendiskreditkan salah satu etnis dan mengembargo umat muslim yang ingin migrasi ke negara adidaya tersebut. Padahal, sistem demokrasi sesungguhnya mengamanatkan bahwa setiap warga berhak menganut agama dan kepercayaan, bebas berpendapat dan berpolitik. Kampanye yang selama ini dilakukan menuju kursi presiden AS sungguh bertentangan dengan azas demokrasi.

Rangkaian sikap Trump dalam menebar himbauan agar muslim dilarang memasuki wilayah AS, menuai kecaman. Indikasi ini tersirat ketika Trump melakukan kampanye di media massa. Dalam suatu pemilihan berskala Pilpres, selayaknya ketegasan diperlukan dan terdapat badan pengawasan yang melarang setiap upaya penghinaan terhadap salah satu agama. Setiap tindakan yang dilakukan oleh negara AS, yang dalam hal ini adalah seorang presiden, akan selalu disorot oleh dunia internasional. Alangkah indahya, jika negara AS bisa memberikan contoh kepada semua negara bahwa mereka mampu mengayomi seluruh penduduknya. Tetapi kenyataannya, Presiden terpilih mereka saat ini malah membuat kontroversi dengan terang-terangan menunjukkan kebencian terhadap umat muslim.

Perdebatan terhadap Donald Trump tidak berhenti sampai pada tahap ketika masa pemilihan. Imbas yang sebenarnya terjadi seminggu setelah Donald Trump resmi terpilih sebagai Presiden dalam proses electoral vote. Di negara AS mempunyai perbedaan dalam pemilihan Presiden dibandingkan negara Indonesia. Mereka menggunakan sistem perwakilan suara di setiap negara bagian yang dinamakan dengan electoral vote. Efek terpilihnya Donald Trump di negara AS sendiri adalah adanya berbagai unjuk rasa yang menentang kebijakan yang akan dikeluarkan Donald Trump, menyangkut kewenangannya sebagai Presiden AS. Kekhawatiran demo akan terus meluas jika Pemerintah AS tidak mengambil tindakan dalam menyikapinya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Setiap langkah Presiden tentunya merupakan sebuah representasi dari sikap seluruh warga negaranya. Akan tetapi, sikap yang ditunjukkan Trump tidak mencerminkan sama sekali realita penduduk di negara itu. Kebijakan Donald Trump yang melarang umat Islam untuk bermukim di AS justru berkebalikan dengan aksi yang ditunjukkan oleh warga AS. Dalam suatu pemandangan, terdapat sekelompok orang non muslim yang berdiri memutari umat islam yang sedang khusyuk melakukan ibadah. Tindakan semacam itu semata-mata hanya menunjukkan bahwa rakyat AS masih toleran dengan keberadaan umat muslim. Alangkah ironisnya, seorang Presiden yang tidak mampu mewakili sikap warga negaranya sendiri.

Ketakutan mulai dirasakan umat muslim di AS pasca terpilihnya Donald Trump. Mereka terbayang-bayang mengenai keadaan serupa yang pernah terjadi sebelumnya, yaitu pada era Presiden George W. Bush. Pada era tersebut, umat muslim dihujat dan tidak leluasa bergerak di negaranya karena mereka dikaitkan dengan peristiwa pengeboman WTC 11 September. Bayang-bayang ini mungkin akan menjadi nyata, mengingat awal terpilihnya Donald Trump telah menyulut kemarahan umat muslim karena mereka telah dilarang untuk tinggal di negeri Pamansam.

Pernyataan Donald Trump yang jelas-jelas melakukan kebencian pada umat muslim merupkan sebuah ketidakpatutan etika sebagai seorang Presiden. Sebagai sebuah kepala negara, hendaknya Donald Trump memberikan kenyamanan terhadap bangsanya.  Sebuah kedewasaan sikap harus ditunjukkan Donald Trump sebagai Presiden AS. Pada saat ini, setiap tindakan Trump akan diindikasikan sebagai sikap seluruh penduduk AS, tidak lagi mewakili kepentingan golongannya.

Ikuti tulisan menarik Teguh Henry Prayitno, SIAN lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler