x

Juru bicara Teman Ahok, Amalia Ayuningtyas, bersama calon Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, dan Wakil Sekjen Partai Solidaritas Indonesia Danik Eka, meluncurkan aplikasi Go Ahok 2, di kantor DPP PSI, Jakarta Pusat, 28 November 2

Iklan

Kang Nasir Rosyid

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Surat untuk Pak Ahok, Bapak Ngga Salah?.

Tentang status tersangka ahok.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Dear Pak Ahok.

Hari ini saya yang lagi galau memikirkan kegaduhan negeriku yang seolah mau perang bratayuda, tak sengaja membaca sebuah surat yang ditujukan ke Bapak, Surat itu ditulis oleh -entah nyonya atau nona --, tapi yang jelas parasnya kelihatan ayu kinyis kinyis, pakai hijab, engga tahu apakah hijabnya itu panggilan dari sebuah kewajiban seorang muslimah atau bukan, yang jelas lagi ia adalah kandidat doctor di negeri kanguru sana, namanya kalau diucapkan serasa asing ditelinga saya, dan menyebutnya juga agak agak ‘’susah’’ dilidah saya. Coba dengar ya Pak, orang ini namanya Meilanie Buitenzorgy, sebuah nama yang entah diambil dari mana, saya tidak tahu.

Maaf pak Ahok, saya ini orang timur, rasanya masih punya etika untuk memanggil seseorang, saya memanggil Bapak dengan panggilan Pak Ahok karena bapak adalah pemimpin, saya tidak sanggup menyebut bapak dengan kata ‘’lo’’ sebagaimana yang ditulis oleh penulis surat.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pak Ahok harus bangga punya orang yang peduli dengan Bapak atas musibah yang menimpa Bapak ahir ahir ini. Saya panggil Mei saja ya Pak, sebab kalau saya panggil nama panjangnya sudah saya katakan lidah saya agak susah. Mei ini sudah bikin surat yang ditujukan ke Bapak, judul surat keren bingit, mau tau ya pak, ini judulnya “Bukti Nyata Ahok Tak Salah: Surat Ungu untuk Ahok’’.

Mei ini menyapa Bapak dengan sapaan akrab gaya ‘’pertokoan sawah besar’’ sebagimana juga pernah saya alami ketika belanja onderdil mobil ,‘’ Dear Ahok, apa kabar lo hari ini?”, demikian sapaan Mei. Mungkin sapaan ini terasa akrab buat bapak, karena mungkin Bapak juga sehari hari memakai bahasa itu, tapi bagi saya yang membaca, ah rasanya amat janggal, karena jauh dari rasa sopan santun, seolah Bapak adalah teman akrab. Sungguhpun demikian, tetap saja Bapak harus bangga karena pada dasarnya isi surat Mei 100% bela belain Bapak  dengan mengatakan Bapak tidak bersalah.

Mei ini berargumen bahwa ucapan Bapak di pulau seribu itu hanya menyampaikan Fakta , Fakta bahwa Surat Almidah 51 memang hanya digunakan sebagai alat kepentingan politik oleh Parpol-parpol Islam. Fakta bahwa di berbagai daerah di pelosok Indonesia, bahkan di daerah mayoritas muslim, parpol-parpol Islam malah mengusung, bahkan memenangkan calon-calon kepala daerah non-Muslim melawan kandidat-kandidat Muslim.

Pak Ahok, saya kasih tau ya, apa yang dilakukan oleh jutaan ummat muslim terkait dengan ucapan Bapak itu, dengan protes dan demo besar besar itu, tak ada kaitan dengan apa yang ditulis oleh Mei, tidak ada kaitan dengan urusan politik, tidak ada urusan dengan Pilkada DKI, tetapi murni ketersinggungan, ummat Islam tersinggung keagamaannya akibat ucapan bapak itu.  Bapak tau kan, yang datang pada 411 itu bukan hanya warga Jakarta, tetapi datang dari berbagai penjuru tanah Air.

Makanya pak, bapak kalau bicara harus hati hati, harusnya bapak sadar bahwa bapak sedang bermain politik, yang namanya politik itu ada yang suka dan ada yang tidak suka, ketika bapak kesleo ngomong yang bisa menyinggung perasaan orang banyak, apalagi berkaitan dengan ajaran agama, maka akan muncul reaksi. Reaksi itu  bukan hanya muncul dari orang yang tidak sealur dengan Bapak, tetapi muncul dari berbagai lapisan jika perasaan keagaamaannya dilecehkan. Apa yang terjadi dengan Bapak, bisa jadi awalnya hanya menyinggung orang Islam yang tidak sealur dengan Bapak, tetapi ketika sudah menyebar keseluruh penjuru, maka perasaan atau solidaritas keagmaan muncul.Jadilah seperti sekarang ini, Bapak ahirnya terpojok sendiri. 

Pak Ahok, Mei juga bilang bahwa tidak ada satu pun pasal UU yang bisa menghukum seseorang yang menyampaikan FAKTA.

Saya tanya ke Pak Ahok, barangkali mungkin sudah tau walaupun belum pernah ngobrol, sebetulnya Mei ini kandidat doctor bidang  apa?, Hukum?, Aih ini kandidat doctor kok berpikirnya kebolak balik. Saya kasih tau ya Pak, bahwa apa yang diucapkan Bapak itu, meski oleh Mei dianggap Fakta, tapi justru menjadi pemicu ketersinggungan ummat, Undang Undang dijadikan sebagi rujukan untuk menetapkan sesuatu perbuatan, Fakta itulah yang menjadi dasar seseorang melanggar undang undang atau tidak, Dalam kasus Bapak, ada fakta bahwa bapak telah mengucapkan kata kata yang dianggap menista agama, dan itu sudah ditetapkan oleh Kepolisian bahwa Bapak jadi “tersangka”” penistaan Agama, bukan Fakta Almaidah 51 dijdikan kepentingan politik ummat Islam.

Saya yakin seyakin yakinnya, bahwa penetapan Bapak sebagai tersangka, bukan karena tekanan atau intervensi dari pihak manapun. Ahok jadi tersangka bukan karena ada demo, coba tanya ke Pak Pilisi, apakah Ahok jadi tersangka itu atas pertimbangan adanya demo?, Tidak mungkin pak, Pak Polisi menetapkan Bapak sebagai tersangka, semata mata karena ada fakta yang disimpulkan oleh penyidik bahwa Bapak dianggap melanggar ketentuan undang undang, jadi polisi bekerja berdasakan Undang Undang termasuk Fakta hukum didalamnya.

Soal maraknya demo ummat Islam, harus Bapak maklumi, sebab dalam sejarah penegakan hukum terkait dengan soal tindak pidana penistaan agama, tidak ada yang tidak diawali dengan pelaporan dan protes yang diejewantahkan melalui aksi massa, kenapa demikian, ya karena ada perasaan keagamaan yang dianggap diinjak-injak. Kalau sudah demikian mak muncul solidaritas yang dimunculkan oleh perasaan keagamaan dan akidah.

Pak Ahok…

Mungkin Bapak atau paling tidak teman teman Bapak, Apakah Teman Ahok atau Tim Sukses Bapak atau orang yang dekat dengan Bapak atau orang yang simpati dengan Bapak, sudah membaca isi surat dari Mei secara menyeluruh. Pada bagian lain Mei menulis  sperti ini ‘’ Saat elo minta maaf secara tulus kepada umat Islam, berkali-kali dalam berbagai kesempatan baik melalui media cetak dan elektronik, maka seharusnya masalah sudah selesai. Setidaknya buat gw dan banyak saudara-saudara gw sesama Muslim. Masalahnya, saudara-saudara Muslim gw yang lain punya sifat lebay tingkat dewa’’.

Lha sebagai calon doctor, seharus bisa dong membedakan, mana perbuatan yang sifatnya personal dan mana yang bukan. Iya ngga Pak Ahok.  Perbuatan Bapak sebagaimana yang sudah terjadi saat ini bukan antara person per person, bukan antara individu dengan individu atau antara Bapak dengan saya. Iya kan Pak Ahok. Kalau perbuatan itu antar individu mudah saja saling memaafkan, karena itu ada dalam ajaran agama,.Meskipun buya Syafi’I Ma’arif  yang katanya hanya kenal biasa saja dengan Ahok, bisa mema’afkan, atau Mei yang katanya bisa  memaafkan juga, tapi ini persoalannya antara individu dengan ummat yang berjuta juta. Apalagi ini menyangkut masalah penistaan Agama yang ranahnya bukan hanya kesalahan biasa, tetapi sudah masuk ranah hukum, maka sulit untuk mengukurnya, kalaupun kemudian BAPAK Ahok minta maaf,  bisa saja dilakukan, tetapi bukan berarti menghilangkan hukum, permintaan maaf itu, nanti sampaikan saja dipersidangan yang bisa dijadikan hal hal yang meringankan sebagai alasan pemaaf.

Kalau soal Mei mengatakan  bahwa “saudara-saudara Muslim gw yang lain punya sifat lebay tingkat dewa’’. Bagi saya sih ngga saya masalahkan walaupun memang disitu juga ada masalah. Apa masalahnya, mau tau,,?, ya masalahnya karena Mei ini adalah orang yang sampai kapanpun, kalau perlu mengorbankan segalanya demi Bapak. Coba saja bapak perhatikan keseluruhan isi suratnya. Masalah yang lain kalau menurut saya, mungkin —sekali lagi mungkin—  pengamalan keagamaan Mei ini yang justru lebay.

Namun apapun yang ditulis Mei untuk Pak Ahok, dengan adanya penetapan Bapak sebagai “Tersangka”, lantas masih saja ada dalih bapak ngga salah?.  Bukankah dengan status bapak sebagai tersangka, maka untuk sementara Bapak terbukti sebagai orang yang  dianggap telah bersalah, apa salahnya?, Menistakan Agama.  Begitu dulu ya.

Ikuti tulisan menarik Kang Nasir Rosyid lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu