x

Iklan

L Murbandono Hs

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Air Mata Ahok Menuju Kebenaran Pasti Menang

Ada orang bilang, air mata Ahok adalah air mata buaya, pembuat kegaduhan baru. Bodoh sekali! Bagaimana mungkin air mata mampu membuat kegaduhan?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

(Ilustrasi: quickscience2.wordpress.com)

 

Ada dua tanggapan penting tapi goblok dalam sidang perdana Ahok.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 

PERTAMA,  ada orang bilang,  air mata Ahok adalah air mata buaya, pembuat kegaduhan baru. Bodoh sekali! Bagaimana mungkin air mata mampu membuat kegaduhan? Ini justru menyejukkan, hanya itu yang mampu dilakukan oleh Ahok. Mudah-mudahan hati nurani Hakim yang terdalam dan terhalus akan terbuka sebagai Sang Pengadil.

 

Bagaimana Ahok tidak menangis sebab dia tahu pasti, bahwa mengajak orang untuk memilih hanya yang seiman, hanya yang sesuku dan hanya yang sedaerah itu bukan jaminan mendapatkan pemimpin yang baik dan benar. Pilih mana, orang seiman tetapi orangnya salah dan buruk, atau pilih orang tidak seiman tetapi orangnya benar dan baik? Mengapa azas universal manusiawi terpenting yang masuk akal dan beradab ini tidak bisa dipahami para pembenci? Ahok hanya mengatakan yang baik dan yang benar secara terus terang. Apa yang salah dan jelek dengan itu?

 

Ahok menangis berurai air mata adalah tanda puncak “keputus-asaan” peradaban menghadapi barbarisme  yang tidak bisa membedakan baik dari buruk dan benar dari salah.  Apalagi, Ahok sebagai seorang terdakwa sudah beberapa kali meminta maaf dan menyadari kesalahannya. Tapi itu semua tidak ditanggapi dengan peradaban berkat pencerahan ilmu pengetahuan tetapi dengan kecurigaan apriori  barbarisme dungu purba berdasar irasionalitas konyol.

 

KEDUA, ada dikatakan, ungkapan Ahok saat pembelaan cenderung menciptakan kegaduhan baru.  Apa yang disampaikan itu analisa dan cara pandang Ahok saja.  Ahok  tetap mengatakan banyak orang  berbohong.  Pada dasarnya Ahok  tidak mengaku salah, maaf yang dia utarakan tidak ikhlas, dan tidak menempatkan kata maaf itu dari lubuk hatinya yang paling dalam. Bermanuver kembali, bahwa dia begini bukan salah dia. Bahkan dia menyalahkan banyak orang.

 

Nah, itulah irasionalitas konyol  yang saya maksudkan. Irasionalitasnya? Sang penanggap melecehkan “analisa dan cara pandang Ahok” manakala ia sendiri menggunakan analisa dan cara pandangnya sendiri. Wake up, sir!

 

Pula, perlu diketahui dan disebarluaskan pada seluruh bangsa Indonesia, bahwa, adalah benar dan baik  seorang manusia menyampaikan pendapat berdasar analisa dan sudut pandang pribadinya atau individualnya sebagai insan yang berdaulat. Memang, manusia itu makhluk individual dan sosial sekaligus. Tapi dengan korelasi dinamis yang seimbang antara dua unsur itu, individu tetap di tempat pertama dan segala sesuatu di luar individu baru menyusul menjadi nomor kesekian.

 

Tanpa individu-individu, segala sesuatu lenyap!

 

Kalimat terakhir itu hanya akan bisa dipahami oleh semua orang yang mampu dan sanggup mempunyai semangat belajar selama hidup.

 

Gunung Merbabu, Desember 2016

 

 

Ikuti tulisan menarik L Murbandono Hs lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler