x

Iklan

akhlis purnomo

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Saat Penulis Teraniaya

Para penulis sering dianiaya oleh pemilik modal besar tetapi yang lebih sering lagi malah oleh sesama penulis. Buktinya sudah banyak.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

“Mereka selalu ingin penulis bekerja tanpa bayaran sepeserpun!!!” pria berambut putih itu memekik, seolah melampiaskan endapan amarah yang sudah berakumulasi selama bertahun-tahun. Ia mengkritik pihak-pihak yang selalu menggoda para penulis untuk bekerja keras demi publisitas tanpa imbalan yang pantas.

Amarahnya meletup setelah ia mengingat pengalamannya ditelepon oleh seorang staf dari rumah produksi film besar di Hollywood. Ia dihubungi saat staf itu ingin mendapatkan persetujuan penggunaan video wawancara yang dilakukan terhadap penulis kawakan itu.

Alih-alih dengan lembut berkata setuju, ia menyembur kembali,”Anda mesti membayar saya untuk itu.”

Tentu si staf keheranan. “Kan kami akan membuat Anda lebih terkenal, pak,” tuturnya berusaha meyakinkan bahwa ia tidak sepatutnya mematok tarif dalam kasus ini.

Penulis pria itu bersikeras bahwa ia tidak akan akan sepakat atas pemuatan video itu jika ia tidak dibayar dengan pantas.

Saat si staf mendesak bahwa penulis lain saja mau dimuat tanpa bayaran, pria itu tidak tahan lagi untuk bertarung kata, “Mungkin yang lain itu penulis bodoh. Saya tidak dungu!”

“Atas dasar apa Anda bisa menuntut saya bekerja tanpa dibayar?!! Apakah Anda punya tanggungan pengeluaran?” tanya pria itu.

“Iya…,” jawab si staf lemah, tahu bahwa orang yang ia ajak bicara itu sedang murka semurka-murkanya.

“Apakah atasan Anda punya tanggungan dan tagihan??!!” tanyanya dengan nada lebih tinggi. “Apakah Anda membayar sutradara, juru kamera, penyunting?? Apakah Anda bisa mengatakan pada mereka,’Bagaimana kalau Anda bekerja tanpa upah bagi rumah produksi ini?’”

“Dan payahnya,” ia belum berhenti meluapkan kesalnya,”ada banyak penulis goblok yang tidak tahu bahwa mereka seharusnya dibayar tetapi mereka relakan dirinya tidak dibayar hanya karena mereka berharap akan dilihat dan diperhatikan karyanya oleh masyarakat luas. Omong kosong!!!”

Harla Ellison, nama pria itu, adalah seorang penulis profesional di Amerika Serikat. Ia dikenal sebagai penulis di industri perfilman Hollywood. Tentang fenomena penulis gratisan itu, nyalinya tidak ciut karena takut kekurangan pesanan. Ia bersikukuh dengan profesionalisme dan martabat sebagai pekerja intelektual. Ia tidak terima jika dianggap sebagai cuma tukang ketik.

“Saya tidak takut memasang tarif tinggi. Persetan jika mereka tidak mau menerima tarif penulisan saya!” ia menunjukkan kegeramannya lagi.

Ia menyalahkan para penulis amatir yang membanting harga kerja keras mereka hingga gratis atau hampir gratis. “Para penulis amatir inilah yang menjadi biang keladi kesulitan para penulis profesional,” tuduhnya secara blak-blakan. Bagaimanapun, logikanya benar. Saya mengakui itu.

Ellison bahkan mengatakan para penulis amatir itu begitu murahan dan bodohnya sampai mereka pun tidak marah atau malah malu untuk menuntut jika mereka tidak diberikan salinan karya yang sudah diterbitkan atau produk yang sudah mencantumkan hasil tulisan mereka yang sudah mereka berikan secara cuma-cuma itu. Sungguh kenyataan yang menyayat dan ironis! Sudah jatuh, bersedia diinjak-injak, lalu meminta maaf pula pada si penginjak. (*)

 

Sumber gambar: Wikipedia

Ikuti tulisan menarik akhlis purnomo lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler