Komentator TV
Sebel mendengar komentator sepakbola di stasiun TV. Nyalahin pemain sendiri, coba dia yang main di lapangan. Enak saja dia bilang pemain ini kurang ini, pemain itu kurang gesit, pemain lawan luar biasa. Hah komentator macam apa pulak ini. Bukannya memberi semangat pemain tetapi malah nglecehin Boas dan kawan kawan yang sedang berjuang di lapangan.
Jadi TV ngak awak matiin cuma volume suara di hilangkan alias dikecilkan . Biarlah nonton siaran langsung bisu dari pada dengerin celoteh penyiar yang tidak karuan itu. Sebenarnya rugi juga tidak mendengar riuhnya supporter di stadion Pakansari Cibinong. Gegap gempita penonton itulah sebenarnya ruh dari pertandingan bola sepak. Tapi apa boleh buta, terpaksa korban perasaan. Belum ada teknologi yang mampu memisahkan suara komentator dengan tepok sorak sorai penonton.
Awak teringat dengan komentator olahraga TVRI : Sambas. Almarhum Sambas memang luar biasa. Mampu membawakan suasana nasionalis ketika melaporkan siaran langsung bola atau bulu tangkis. Penonton TV sangat suka dengan pola siaran Om Sambas. Walaupun pemain kita keteter namun Beliau tetap memberikan laporan objektif dengan suara baritone. Pendengar radio pun bergembira ria seperti mereka menyaksikan sendiri bagaimana serunya pertandingan All England pada masa itu.
Nah seharusnya komentator bola itu belajar ke Om Sambas, Jangan merasa pinter sendiri, mengulas taktik dan strategi. Walah apakah dikau lebih pandai dari pelatih Alfred Riedl ? Seorang komentator bola sepak seharusnya hanya bicara data, bagaimana trend satu kesebelasan, prestasi dan riwayat hidup para pemain. Boleh juga sampaikan jumlah penonton, saasana pertandingan dan kabarkan pula skor serta pergantian pemain. Sampaikan juga tentang kartu kuning dan merah dan siapa wasit yang memimpin. Itu sudah cukup, jangan bicara strategilah emangya ente siapa.
Rizky Pora
Sejujurnya komentator bola sepak yang tidak professional itu merusak suasana. Sebenarnya kami sekeluarga ingin sekali menyaksikan secara langsung ke stadion. Namun terkendala waktu dan tempat. Stadion Pekansari hanya mampu menampung 30.000 penonton, sehingga wajar saja apabila supporter mania banyak yang kecewa karena tak kebagian karcis. Mudah mudahan dilain kesempatan Gelora Bung Karno (GBK) sudah siap dipakai untuk pertandingan internasional. GBK mampu menampung 100.000 penonton lebih.
Syukurlah Indonesia unggul 2 -1 lawan Thailand. Menonton laga ini sepertinya perasaan di aduk aduk. Setiap gawang Kurnia Meiga terancam pada saat itu pula lah hati ini bergetar. Entahlah bagaiman suasana hati saudaraku penonton lainnnya. Tetapi dapat dipastikan semua rakyat Indonesia berharap Indonesia menang. Apalagi ketika di babak pertama Thailand unggul 1 bola, rasanya hampir lepas separuh jiwa ini. Seakan harapan itu kan pupus.
Namun Pemain sayap Timnas Indonesia, Rizky Pora menghidupkan harapan itu lagi. Rizki Pora pemain nomor punggung 14 berandil besar atas kemenangan Timnas Indonesia saat meladeni Thailand. Ia mencetak satu gol dan memberikan satu assist untuk gol yang dicetak, Hansamu Yama Pranata. Maka wajarlah ketika wasit meniup peluit tanda berakhirnya pertandingan sujud syukur dilakukan pemain.
Baik kita berikan apresiasi khusus untuk Rizki Pora : Rizky Rizaldi Pora (lahir di Ternate, 22 November1989; umur 27 tahun) adalah pesepak bola Indonesia yang sekarang bermain untuk Barito Putera di Liga Super Indonesia.[1] Pada awal musim 2013, Rizky Pora bergabung bersama PS Barito Putera.
Rizky pastikan tetap di Barito Putera untuk musim 2016.[2] Rizky membuat debut musim 2016 pada pertandingan melawan Bali United Pusam F.C. pada pekan pertama Indonesia Soccer Championship A 2016. Rizky membuat gol pertamanya saat melawan Persija Jakarta pada pekan kelima. Gol itu ia cetak pada menit 45 dan membuat timnya meraih 3 poin. (Wikipedia)
Selangkah lagi
Kemenangan ini membuktikan bahwa Thailand bisa di kalahkan. Awak tak hendak mengulas pertandingan dari sisi strategi dan taktik, awak hanya mampu mengulas dengan pendekatan social budaya. Lihatlah ketika Rizki Pora menangis haru sembari terlentang dilapangan hijau.
Ada rasa tidak percaya bahwa Indonesia menang. Lihat pula bagaimana penonton mendapatkan hadiah terindah malam itu. Tidak sia sia mengorbankan segala hal namun semua terbalas tunai dengan kepuasan bathin nan tiada terkira. Nasionalisme ada disini tuan.
Unggul 2-1 merupakan modal awal untuk mengapai juara. Masih ada satu perjuangan lagi yang harus di tuntaskan di kandang lawan. Jangan lengah, mari kita doakan semoga perjunagan Andik dan kawan kawan membuahkan hasil gemilang untuk Indonesia. Hanya doa yang bisa dilakukan oleh rakyat Indonesia. Sekali lagi kalau bisa komentator siaran langsung mengubah cara meliput agar awak tak megecilkan lagi volume suara televise.
Salamsalaman
TD
Ikuti tulisan menarik TD Tempino lainnya di sini.