x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Yang Baru Bukan Lanskapnya, tapi Cara Melihatnya

Cara melihat yang baru akan menelurkan ide-ide kreatif baru.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

“Untuk menyerap pengetahuan, seseorang harus belajar; tapi, untuk memperoleh kebijaksanaan, seseorang harus mengamati.”

--Marylin vos Savant (1946-...)

 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Suatu ketika, Hal Gregersen—guru besar di sekolah manajemen INSEAD, Prancis—mewawancarai Scott Cook, pendiri Intuit—perusahaan AS yang bergerak dalam pembuatan peranti lunak. Gregersen bertanya, bagaimana Cook memperoleh gagasan awal untuk peranti lunak Quicken.

Gagasan Quicken, kata Cook, bermula dari pengamatannya terhadap kerepotan isterinya dalam menyusun data keuangan. Beberapa peranti lunak yang ia belikan belum juga membuat isterinya tersenyum. Cook mengamati benar apa yang dikerjakan isterinya dan apa kesukaran yang ia hadapi.

Dari situlah, Cook mendapat ide untuk membuat peranti lunak yang dapat membantu isterinya ‘memecahkan masalah lebih efektif’. Setelah beberapa waktu bekerja dengan komputer, Cook memperoleh wawasan yang kaya mengenai user interface yang tepat untuk peranti lunak ini. Cook ingin isterinya mampu bekerja lebih cepat, dari sinilah lahir Quicken.

Cook bersikap layaknya pengamat intensif yang senang mengamati secara cermat dunia sekeliling mereka, mulai dari perilaku pelanggan, produk yang laku dan yang tidak, jasa yang banyak diminati, teknologi, hingga kondisi perusahaan. Observasi yang intensif membantu mereka dalam memperoleh wawasan tentang cara-cara baru dalam mengerjakan sesuatu.

Mengamati, menurut Gregersen, merupakan salah satu kemampuan yang banyak dikuasai oleh entrepreneur kreatif. Nyatanya, kekuatan pengamatan juga berlaku di medan lainnya. Richard Feynman, fisikawan peraih Nobel, mengisahkan asal-usul ide yang mengantarkannya kepada penghargaan bergengsi itu.

“Ketika piring itu melambung di udara, aku melihatnya terhuyung-huyung, dan aku sadar bahwa medali merah Cornell di pusat piring itu berputar,” begitu tulis Feynman dalam bukunya yang laris manis, Surely You’re Joking, Mr. Feynman, “Tampak jelas bahwa medali itu berputar lebih cepat dari gerak piring.” Dari hasil pengamatannya inilah, Feynman memikirkan gerak partikel yang kemudian mengantarkannya kepada Hadiah Nobel.

Sudah banyak orang yang melihat partikel atau melihat piring terbang di taman-taman, tapi Feynman melihat sesuatu yang berbeda. Seringkali, sesuatu yang dianggap baru itu sudah ada sangat lama di sekeliling kita. Sayangnya kita tidak menyadarinya. Seperti kata Michael Proust, “Perjalanan penemuan yang sesungguhnya bukanlah mengenai pencarian area-area baru, melainkan tentang memiliki mata yang baru.” Mata yang baru ialah cara mengamati, intensitas mengamati, yang lebih dari biasanya.

Pengamatan yang melebihi biasa berarti keluar dari rutinitas. Untuk menemukan sesuatu pada apa yang sudah biasa kita lihat, kita memerlukan pengamatan yang lebih intensif. Pengamatan yang ‘sadar’, bukan pengamatan yang ‘sambil lalu’. Dengan keluar dari rutinitas, kekuatan pengamatan kita meningkat.

Sebagai contoh, Kafe Kolong lahir dari pengamatan yang tidak biasa terhadap kolong Jembatan Mastrip di kota Jember. Setiap hari orang berlalu-lalang di jembatan tersebut maupun kolongnya, tapi baru di mata Johanes Kris Astono kolong jembatan itu terlihat berbeda. Kolong yang sepi di malam hari itu kemudian terkoneksi dengan keinginannya punya kedai kopi. Astono melihat kolong jembatan itu sebagai lokasi yang tepat untuk mewujudkan idenya. Lahirlah Kafe Kolong.

Mengamati secara intensif membantu Anda fokus pada yang sedang Anda amati, bukan pada diri Anda. Yang sedang Anda amati bisa jadi klien, pelanggan, sejawat, teman, bos, orang yang bekerja untuk kita, maupun publik. Dengan mengamati orang-orang di sekeliling kita, kita mampu mendengar dengan lebih baik apa yang mereka katakan. Bila kita mampu mendengar lebih baik, kita pun niscaya mampu menyampaikan apa yang mereka perlukan dengan lebih baik pula.

Jadi, mengamati dengan cermat sekeliling Anda berpeluang menjadi modal keunggulan Anda dalam memberi kontribusi terbaik, menjadi orang yang berwawasan luas dan dalam, dan orang yang mampu menawarkan ide-ide kreatif.Cara melihat yang baru akan menelurkan ide-ide kreatif baru. **

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler