x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Masihkah Kita Bermanfaat?

Kebutuhan akan perasaan bermanfaat bagi orang lain selalu melekat pada diri manusia, betapapun ia berusaha menyangkalnya.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 
“Menolak untuk meminta pertolongan ketika engkau memerlukannya sama saja dengan menolak seseorang untuk memperoleh kesempatan membantumu.”
--Ric Ocasek (Musisi, 1949-...)

 

“Apabila kita ingin menghancurkan seseorang, merusak dia sepenuhnya, atau memberi hukuman yang paling menyakitkan sehingga pembunuh yang paling kejam pun gentar dan takut untuk menghadapinya,” tulis Fyodor Dostoevsky, “yang perlu kita lakukan hanyalah memberinya pekerjaan yang tak berguna, sia-sia, dan irasional.”

Kata-kata penulis Rusia yang melahirkan karya mashur The Brothers Karamazov itu memberi gambaran gamblang bahwa seseorang akan hancur bila ia diperlakukan sebagai orang yang tidak berguna. Ketika menganggur karena dipecat dari pekerjaan atau organisasi, seseorang akan merasa dicampakkan, dilempar ke dalam kelompok orang-orang yang tidak bermanfaat, dan ia akan merasa berada di pnggiran masyarakatnya—menjadi kaum marjinal yang orang enggan berpaling kepadanya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tatkala orang merasa tidak dibutuhkan lagi, ia akan merasa tidak lagi berharga, ia merasa tidak lagi bisa memberi sumbangan kebaikan bagi lingkungannya. Manakala rasa tidak berharga itu mencapai puncaknya, ia mungkin berpikir untuk mengakhiri hidup. “Tak ada lagi yang bisa kuperbuat untuk orang lain,” pikirnya, “aku bukan lagi orang yang layak hidup bersama mereka.”

Kehilangan serupa itu adalah tantangan yang amat berat. Orang-orang yang pernah mengenal akan melihat kita dengan tatapan asing. Orang-orang memandang kita bagai pengidap virus yang harus dihindari. Hingga suatu hari ada orang berkomentar: “Enak ya, pagi-pagi begini bisa duduk-duduk sambil minum kopi.” Orang itu tidak memahami betapa merasa tidak lagi berguna sangatlah menyiksa.

Berdiam diri terlampau lama menjadikan kita kehilangan arah, tak tahu lagi kemana harus melangkah: “Apakah orang masih mau menerimaku, bahkan sekedar sebagai teman, tanpa syarat apapun?” Mereka yang pernah tersingkir akan merasakan betapa ngilu menghadapi aneka pertanyaan dari berbagai arah. Sendiri di sudut. Termangu. Disorientasi. Nyaris linglung.

Manusia pada akhirnya menyadari punya kebutuhan di luar material—sesuatu yang dalam, yang berarti, yang menyentuh, yang membuat kita merasa punya manfaat bagi orang lain. Ini bukan semata soal penghasilan dan uang, tapi juga tentang bagaimana hidup kita bukan hanya untuk diri sendiri. Manusia ingin menemukan makna melalui kerja, relasi, sosial—inilah yang lenyap ketika manusia dianggap tidak lagi berguna. Dan bila nasihat Dostoevsky diikuti (“Ketika engkau memberinya pekerjaan tak berguna, sia-sia, irasional”), kehancuran bagi manusia ini sudah di ambang pintu. Tinggal kini, apakah kita akan melawannya atau membiarkan kehancuran itu meringkus kita di sudut rumah.

Kebutuhan akan perasaan bermanfaat bagi orang lain adalah kekuatan besar yang menyemangati hidup manusia. Inilah salah satu kebutuhan spiritual yang tidak mungkin disangkal. Ketika perasaan ini luluh lantak, saat itulah kita bagaikan terbuang.

Apakah perasaan itu akan datang kepada kita tanpa perjuangan? Narapidana di penjara negara bagian Texas di Huntsville akan menjawab tidak. Bagi mereka, perasaan yang tidak pernah sirna itu mesti diperjuangkan. Di saat hukuman mati sudah di depan mata, para napi ini begitu bersemangat membuat pakaian seragam bagi para penjaga penjara—orang-orang yang selama ini mengekang mereka untuk menghirup kebebasan. Menjelang kematian pun, mereka masih memendam perasaan bahwa “hidup saya harus bisa memberi manfaat bagi orang lain—betapapun teramat kecil, betapapun tidak berharga di mata orang lain.”

Pada akhirnya, perasaan-masih-bermanfaat mesti terus diperjuangkan, tidak bisa menanti hingga orang lain berkata: “Saya memerlukan bantuanmu.” Sebab, mungkin saja tidak akan pernah ada lagi orang yang mendatangi kita. Kitalah yang mesti menemukan mereka. (sumber ilustrasi: psytreasure.com) ***

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler