x

Iklan

Rika

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Kandidat Ini Berpeluang Menang Satu Putaran di DKI?

pilkada DKI ada kemungkinan berlangsung satu putaran

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Memang tidak salah orang menyebut Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017-2022 seperti Pilkada rasa Pilpres. Pertarungan antar kandidat benar-benar terasa, mulai dari pertarungan sosok kandidat itu sendiri sampai ke partai dan para pendukungnya. Pokoknya seru jika sudah membahas Pilkada DKI, sudah seperti pengamat politik semua orang dibuatnya.

Sebagai orang yang tergolong awam dengan dunia politik, saya juga mencoba membuat analisa seperti para pengamat dari Perguruan Tinggi dan lembaga Survei. Soal hasil tentu akan berbeda, tapi soal logika mungkin bisa diterima banyak orang. Saya akan mencoba menghitung kemungkinan dengan nilai rata-rata 5 lembaga survei seperti LSI Denny JA, LSI, Poltracking, Charta Politika dan Indikator.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Diantara ketiga pasangan calon, Ahok-Djarot merupakan pasangan yang sebenarnya paling beruntung, karena mereka pasangan petahana yang sudah “berkampanye” sejak mulai menjabat. Boleh dibilang mereka sudah mempersiapkan diri semaksimal mungkin untuk pertarungan kali ini. Tapi hasil survei menunjukkan hal yang berbeda, tingkat keterpilihan Ahok malah semakin menurun. Dan pada bulan November rata-rata hasil dari beberapa lembaga survei menempatkan Ahok dengan persentase 27 persen.

Selanjutnya pasangan Anies-Sandi. Kandidat nomor urut tiga ini juga dibilang beruntung, karena sudah sejak lama berkampanye. Anies berkampanye secara tidak langsung saat menjadi Menteri Pendidikan, sedangkan Sandi sudah lebih dari setahun yang lalu blusukan masuk kampung keluar kampung untuk menarik simpati warga. Malahan dirinya sudah menghabiskan biaya puluhan miliar rupiah selama proses sosialisasi. Tapi hasil yang mereka raih dari rata-rata lembaga survei masih berada pada posisi terakhir yaitu 23 persen.

Lalu pasangan yang paling bikin kejutan, AHY-Sylvi. Secara tiba-tba pasangan nomor urut satu ini merusak analisa banyak politisi, pengamat dan lembaga survei. AHY hampir tidak pernah masuk dalam catatan hasil survei, dan boleh dibilang tidak diprediksi bakal maju. Kalau Sylvi memang sudah ada namanya beredar, tapi sebatas Cawagub. Dengan sisa waktu hanya empat bulan, banyak yang pesimis pasangan prajurit dan birokrat ini bakal mampu jadi pemenang. Tapi hasilnya sungguh mengejutkan, karena dari hasil rata-rata lembaga survei, pasangan ini bercokol dipuncak dengan persentase 29,58 persen atau sudah masuk 30 persen.

Melihat data tersebut, adakah kemungkinan salah satu pasangan menang dalam satu putaran?. Kalau mengacu kepada analisa para pengamat, maka hampir semuanya berpandangan itu tidak mungkin dan akan terjadi dua putaran.

Tapi jika dipermudah dengan memperhatikan kenaikan angka-angka dalam survei, kemungkinan itu ada dan terletak pada pasangan AHY-Sylvi. Kita coba liat pada bulan September, pasangan ini boleh dibilang mulai bergerak dari angka 0, persen. Pada bulan Oktober, AHY telah meraup hasil rata-rata belasan persen. Dan pada bulan November sudah menyentuh angka 29 an persen, bahkan boleh dibilanga sudah 30 persen. Melihat tren tersebut, besar kemungkinan AHY akan terus naik pada bulan Desember dan Januari. Kenaikan berada pada angka 30 dan 40 persen.

Karena dari angka-angka yang dikeluarkan lembaga survei, kenaikan AHY hampir menyentuh angka 10 persen setiap bulannya. Artinya pada bulan Februari nanti, tepatnya pada hari pemungutan suara, AHY akan meraup hasil diangka 50 persen lebih. Satu putaran untuk kemenangan “Anak Ingusan” dalam dunia politik ini.

 

AHY Diserang habis-habisan dan dikeroyok

 

Jika dilihat dari kemungkinan tersebut, sangat cocok dan berkaitan dengan tingkat serangan kepada AHY. Makin hari serangan kepada AHY semakin meningkat, tidak saja serangan melalui media sosial tapi juga sudah melibatkan media massas yang seharusnya netral dan adil.

Fenomena kenaikan elektabilitas AHY ini membuat para pesaing ketakutan dan memakai segala cara untuk menyerang. Tidak peduli serangan itu substansial atau hanya bertujuan untuk membunuh karakter AHY. Entah kenapa, lembaga resmi penyelenggara dan pengawas pemilu seakan menutup mata.

Contohnya saja serangan terkait dengan acara debat. Entah kenapa KPU dan Bawaslu seperti membiarkan acara yang dilabeli talkshow menjadi ajang debat, padahal kan ajang resmi nya sudah ditentukan oleh KPU. KPU dan Bawaslu bisa menonton sendiri acara tersebut, sangat jelas kalau itu bukan sekedar talkshow tapi sudah debat kandidat.

Muncul dugaan kalau acara tersebut sudah dipersiapkan untuk menghabisi AHY yang memang sedang gencar melakukan gerilya lapangan. Mereka ingin membuat AHY terjebak dengan kata-kata dan janji. Karena sejak awal AHY sudah mengatakan akan hadir dalam debat resmi, jadi mereka memanfaatkan kata-kata itu. Begitu juga dengan janji AHY yang telah dibuat kepada warga, besar kemungkinan pihak-pihak tertentu ingin membuat AHY berbohong diawal kepada rakyat demi citra tidak takut debat.

Bisa jadi serangan itu dipersiapkan sedemikian rupa setelah melihat pergerakan AHY yang begitu luarbiasa. Sosok baru didunia politik ini mampu meraih simpati masyarakat dengan begitu cepat, ini mungkin yang mengharuskan pesaing untuk melakukan segala cara untuk menyerang AHY.

Tapi jika masyarakat tidak terpengaruh dengan serangan bertubi-tubi tersebut ditambah lagi AHY mampu menyakinkan orang pada debat resmi nanti. Maka Pilkada DKI Jakarta besar kemungkinan bakal terjadi satu putaran.

 

Ikuti tulisan menarik Rika lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler