x

Iklan

Indrato Sumantoro

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Aspal Buton 'Full' Ekstraksi, Pengganti Aspal Minyak Impor

Deposit aspal alam Buton sangat melimpah, yaitu sebesar 650 juta ton.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Aspal Buton pertama kali diketemukan pada tahun 1924 oleh seorang Geolog dari Belanda yang bernama W.H. Hetzel, dan pertama kali digunakan untuk pembuatan jalan sejak tahun 1926. Aspal Buton terbentuk karena adanyadeposit minyak yang terperangkap di dalam lapisan bumi. Minyak tersebut oleh karena adanya tekanan yang tinggi dari dalam bumi, maka lama kelamaan akan mengalir naik ke permukaan dan bercampur dengan tanah dan batuan yang dilewatinya. Proses ini berlangsung ribuan tahun lamanya sehingga fase ringan dari minyak bumi ini akan menguap, dan yang tertinggal di dalam tanah dan batuan adalah fase berat dari minyak bumi saja, atau disebut juga sebagai aspal alam atau bitumen.Komposisi utama dari aspal adalah hidrokarbon yang mengandung atom C > 40. Secara umum aspal Buton terletak hanya antara 1,5 – 10 meter di bawah permukaan tanah. Lokasi aspal Buton ini terdapat pada lima daerah yang dianggap ekonomis untuk ditambang; yaitu Waisiu, Kabungka, Winto, Wariti, dan Lawele.

Seperti yang sudah kita ketahui bersama bahwa sampai sekarang Indonesia masih mengimpor aspal minyak sejumlah kurang lebih 1 juta ton per tahun atau senilai Rp.10,8 trilun per tahun. Padahal di Pulau Buton deposit aspal alam sangat melimpah; yaitu sebesar 650 juta ton. Mengapa kita tidak memanfaat deposit aspal Buton yang sangat melimpah ini ? Sekarang sudah ada teknologi “Hydrocarbon Recovery” dari Eco Logic Environmental Engineering Inc. yang dapat mengekstraksi batuan aspal Buton menjadi aspal Buton “full” ekstraksi untuk menggantikn aspal minyak impor dengan harga yang lebih murah.

Aspal Buton disebut juga sebagai aspal alam atau bitumen. Kandungan bitumen di dalam batuan sekitar 15-40%. Kandungan bitumen di dalam batuan ini sangat bervariasi dan bergantung dari keadaan lokasi dan kedalaman proses penambangannya. Untuk memperoleh kandungan bitumen 100%, maka batuan aspal Buton ini harus terlebih dahuludilakukan proses ekstraksi; yaitu cara untuk dapat mengeluarkan kandungan bitumen dari dalam pori-pori batuan pengikatnya tersebut. Proses ekstraksi ini menggunakan prinsip kerja “Solvent Extraction”; yaitu melakukan proses pemisahan dengan menggunakan pelarut. Sebagai contoh untuk memisahkan antara gula pasir dan pasir digunakan pelarut air. Campuran antara gula pasir dan pasir diberi air, lalu diaduk-aduk agar semua gula pasir dapat larut dalam air. Setelah itu campuran larutan gula pasir dan pasir disaring, dan akan terpisah menjadi larutan gula pasir dan pasir. Larutan gula pasir ini kemudian dipanaskan, sehingga seluruh airnya menguap. Dan sisa yang tertinggal setelah semua airnya menguap adalah gula pasir. Demikian juga akan dilakukan halnya yang samadalam proses ekstraksi batuan aspal Buton. Kalau untuk memisahkan gula pasir dan pasir harus menggunakan pelarut air, maka untuk memisahkan antara bitumen dari batuannya harus mengunakan pelarut khusus yang bernama pelarut “D-Solv”. Pelarut ini merupakan hak paten dari Eco Logic Environmental Engineering Inc. dan merupakan kekayaan intelektual yang sangat dirahasiakan komposisinya.

Proses ekstraksi batuan aspal Buton untuk menjadi aspal Buton “full” ekstraksi adalah sebagai berikut:

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

1. Batuan aspal Buton dihaluskan dan dimasukkan ke dalam Reaktor. Di dalam Reaktor dicampur dengan pelarut “D-Solv”, dan diaduk sampai semua kandungan bitumen yang tersimpan di dalam pori-pori batuan larut secara sempurna.

2. Apabila ada kandungan air, maka secara otomatis air akan terpisah, karena air dan pelarut “D-Solv” tidak dapat bercampur.

3. Kemudian antara larutan bitumen (bitumen yang sudah larut dalam pelarut “D-Solv”) dan batuan dipisahkan secara gravitasi.

4. Larutan bitumen dipanaskan untuk menguapkan pelarut “D-Solv”, dan kemudian pelarut “”D-Solv” ini dikondensasikan untuk dapat digunakan kembali (daur ulang) di dalam Reaktor. Sisa yang didapat setelah semua pelarut “D-Solv” menguap adalah bitumen murni atau aspal Buton “full” ekstraksi.

5. Batuan yang sudah dipisahkan dari larutan bitumen, dilakukan pencucian beberapa kali untuk memastikan semua kandungan bitumen yang masih tersisa di dalam pori-pori batuan sudah larut semuanya. Kemudian batuan dipanaskan untuk menguapkan pelarut “D-Solv”, dan setelah itu pelarut “D-Solv” dikondensasikan untuk dapat digunakan kembali (daur ulang) di dalam Reaktor. Sisa yang didapat setelah semua pelarut “D-Solv” menguap adalah batuan yang sudah bebas bitumen.

Proses dari ekstraksi batuan aspal Buton ini adalah sederhana, tetapi yang menjadi faktor utama keberhasilan dari proses ekstraksi batuan aspal Buton adalah kecanggihan dari jenis pelarutnya; yaitu pelarut “D-Solv”.

Kelebihan teknologi Eco Logic dibandingkan dengan teknologi - teknologi lain yang sejenis adalah :

1. Pelarut “D-Solv” yang digunakan tidak terbakar, tidak beracun, dan bukan merupakan turunan dari minyak bumi, sehingga dengan demikian ramah lingkungan dan tidak ada ketergantungan sama sekali terhadap harga minyak bumi.

2. Pelarut “D-Solv” yang hilang dalam proses ekstraksi hanya sekitar 2 - 3%. Ini berarti 97% pelarut dapat digunakan kembali (recycle), sehingga proses ekstraksi ini dinilai sangat efisien dan ekonomis.

3. Pelarut “D-Solv” menguap pada temperatur rendah sekitar 75 derajat Celcius, sehingga proses ekstraksi akan menggunakan konsumsi energi yang rendah. Disamping itu, hal ini bertujuan juga agar tidak akan merusak komponen fase ringan dari hidrokarbon yang terkandung di dalam bitumen aslinya.

4. Pelarut “D-Solv” tidak bereaksi dengan bitumen yang dilarutkan, sehingga akan diperoleh hasil bitumen yang murni sesuai dengan kandungan asli dari bitumen tersebut di dalam batuan aspal Buton.

5. Pelarut “D-Solv” dapat mengekstraksi bitumen 99%, sehingga sangat efektif dan efisien untuk memperoleh hasil ekstraksi bitumen yang maksimal.

6. Pelarut “D-Solv” dapat dibuat di Indonesia. Bahan bakunya tersedia di toko-toko bahan kimia di Indonesia.

Aspal Buton cocok untuk jalan – jalan dengan lalu lintas padat karena aspal hasil ekstraksi dari aspal Buton tidak mengandung parafin dan sedikit kadar sulfur sehingga kualitasnya lebih tinggi.

 

Aspal Buton memiliki beberapa kelebihan dari aspal minyak seperti:

1. Ketahanan deformasi yang lebih baik, sehingga perkerasanakan menjadi lebihtahan terhadap deformasi akibat beban lalu lintas yang tinggi.

2. Ketahanan terhadap temperatur tinggi, sehingga akan lebih tahan terhadap temperatur daerah tropis yang tinggi.

Proses ekstraksi batuan aspalButon akan menghasilkan aspal Buton “full” ekstraksi dan juga batuan yang merupakan batu gamping (CaCO3). Dari hasil analisa yang sudah dilakukan,batuan mengandung batu gamping (CaCO3) rata-rata sebesar 52,23% dan MgO rata-rata sebesar 1,49%. Hal ini menunjukkan bahwa batu gamping tersebut memenuhi syarat untukbahan baku semen portland. Oleh karena itu perlu pertimbangan pemanfaatan yang optimal yang sesuai dengan spesifikasi bahan galian agar memiliki nilai tambah yang tepat.

Dari hasil analisa sampel di lapangan Kabungka dan Lawele menunjukkan besarnya kandungan rata-rata minyak yaitu 59,06 liter/ton. Jadi apabila dikalikan besarnya cadangan aspal Buton yang sebanyak 650 juta ton, maka sumber daya cadangan minyak dalam aspal Buton adalah sebanyak 38.389 juta liter.Adanya kandungan minyak di dalam batuan aspal Buton ini merupakan alternatif pemanfaatan bahan galian tersebut selain untuk bahan pembuatan jalan. Dengan harapan harga minyak yang lebih tinggi di masa depan, maka penggunaan aspal Buton “full” ekstraksidengan mengolahnya menjadi minyak merupakan alternatif pemanfaatan yang semakin prospektif untuk mendapatkannilai tambah yang lebih optimal.

Potensi aspal Buton “full” ekstraksi untuk menggantikan aspal minyak impor dengan harga lebih murah sangat menjanjikan. Disamping itu masih ada potensi-potensi nilai tambah yang lainnya; yaitu batu gamping hasil proses ekstraksi dapat digunakan sebagai bahan baku pabrik semen. Dan masih ada potensi kandungan minyak dari batuan aspal Buton yang masih bisa diperoleh. Lalu bagaimana dengan implementasi potensi-potensi dari aspal Buton “full” ekstraksiini ? Apakah kita harus tinggal diam saja ? Atau kita wajib bersatu dalam cita-cita dan karya untuk kebangitan industri aspal Buton ? Tahun 2024 aspal Buton akan genap 1 abad. Saat ini adalah Momentum yang paling tepat untuk kebangkitan industri aspal Buton. Semoga Indonesia kita tercinta ini peduli.

 

Ikuti tulisan menarik Indrato Sumantoro lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terkini

Sengketa?

Oleh: sucahyo adi swasono

3 jam lalu

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB