x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Ketimbang Memaki, Telolet Lebih Keren

Fenomena ‘om telolet om’ adalah wujud kebahagiaan sederhana dan kegembiraan kecil yang dirasakan masyarakat bawah di tengah keriuhan di panggung politik.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

‘Om telolet om’ jadi trending topic, bukan hanya di Indonesia, tapi juga dunia. Pemusik, pemain film, pesepakbola, hingga pesohor lain ikut terbawa oleh demam ‘Om telolet om’. Anak-anak, remaja, bahkan ibu-ibu berdiri di pinggir jalan dan mengacungkan poster ‘Om telolet om’ bila ada bus lewat. Yang lain berombongan datang ke terminal atau pangkalan bus.

Betul-betul heboh, sehingga sempat mau dilarang, tapi memancing reaksi balik sehingga pula ada yang memrakarsai pembuatan petisi menolak rencana pelarangan. Risiko kecelakaan lalu lintas memang mungkin terjadi. Bayangkan, ada ‘bocah-bocah gede’ berdiri di tengah jalan untuk menyetop sebuah bus dan meminta sopir membunyikan klakson bersuara khas itu, lalu merekamnya dengan hape dan mengunggah suara ‘telolet’ ke media sosial. Senang. Tertawa.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Telolet dengan cepat berkembang bak wabah virus. Ada yang membikin klip pendek: Seorang anak muda berdiri di daerah bandara, menunggu pesawat terbang lewat di atasnya. Ketika pesawat lewat, ia mengacungkan poster “Om telolet om’. Entah pilot melihatnya atau tidak, dan entah pilot membunyikan klakson di udara atau tidak, anak muda itu berjingkrak-jingkrak: “Terima kasih om, terima kasih.”

Inilah yang dapat disebut kegembiraan kecil, kebahagiaan sederhana. Bila melihat sisi baiknya, media sosial berjasa dalam menyebarluaskan kegembiraan kecil ini. Di tengah tekanan hidup, gembira bersama tentu menyenangkan. Begitu sederhana, hanya bunyi klakson ‘telolet’, bukan permintaan yang muluk-muluk, berlebihan, atau mewah. Dan, kebahagiaan sederhana ini dibagi bersama, bukan hanya di antara sahabat dan kerabat, tapi juga orang-orang tak dikenal, bahkan menembus batasan waktu dan geografis.

Kegembiraan kecil ini juga memicu lahirnya kreativitas baru, seperti anak muda yang mengacungkan poster ke pesawat terbang dengan harapan pilot membunyikan klaksonnya-- Memangnya pesawat punya klakson?. Politikus pun terinpirasi untuk membuat klip ‘telolet’, musikus membuat musik terilhami oleh ‘telolet’, pengembang peranti lunak merancang aplikasi ‘telolet’ yang bisa diunduh di hape.

Daripada menyebarluaskan kabar bohong, berita palsu, menghujat, bergunjing, mengeluarkan kata-kata kasar, menghasut, mengajak ngebom, memanipulasi persepsi, atau menyesatkan orang di media sosial maupun media online lainnya, masih lebih keren berbagi kebahagiaan sederhana semacam ini. Kegembiraan kecil ini dapat dinikmati bersama melewati batas-batas (jangan disebut namanya) SARA. Semua orang bisa dan boleh menikmati kegembiraan kecil ini bersama-sama. Tak perlu bertengkar, sakit hati, atau kesal. Telolet juga lebih bagus ketimbang tulalit.

Asal saja jangan sampai menggelembung alias berlebihan dengan menyetop bis di tengah jalan atau menanti di pool hingga malam hari untuk menunggu bis malam berangkat. Sungguh, kegembiraan kecil ini sesuatu yang serius sebab menandakan masyarakat haus akan kegembiraan besar setelah hiruk pikuk di panggung politik yang menyita energi. Biarkan masyarakat menikmati kebahagiaan sederhana dari hal-hal kecil, termasuk bunyi klakson bis. “Om, telolet, om!” (Foto: tempo.co) ***

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu