x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Nomophobia: Gelisahkah Kamu Jauh dari Ponsel?

Semakin banyak pemakai ponsel yang mengalami nomophobia: cemas ketika jauh dari ponsel, tidak ada koneksi atau sinyal buruk, maupun kehabisan isi baterai.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Apakah Anda selalu membawa ponsel kemanapun Anda pergi, entah ke toilet, pasar, kebun, atau bersepeda? Apakah mata Anda tidak sebentar-sebentar menengok layar smartphone sekalipun tengah berbincang dengan orang di depan Anda? Apakah Anda gelisah ketika ponsel Anda tertinggal di satu tempat? Apakah Anda buru-buru mengisi baterai bahkan ketika isinya belum betul-betul habis?

Bila ya jawaban Anda, boleh jadi Anda mulai terjangkit nomophobia—merasa cemas dan takut tatkala jauh dari ponsel (no-mobile-phone-phobia). Sebagian lainnya mengalami kegelisahan manakala simpanan listrik dalam ponsel mereka tinggal 20%--yang diistilahkan sebagai low-bat anxiety. Dalam satu riset yang dilakukan di Inggris oleh YouGov pada 2010 diperoleh data bahwa 53% pengguna ponsel di negeri ini gelisah saat ponsel tidak dapat digunakan, baik karena tertinggal atau baterai habis. Dalam riset yang dilakukan di AS, seperti dikutip Psychology Today, jumlah pemakai ponsel yang mengalami kegelisahan serupa mencapai 66%.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ketergantungan pada ponsel membuat sebagian orang melakukan apa saja untuk memastikan ponselnya berada di tangan, menyala, dan terkoneksi ke internet. Di awal tahun 2016, LG Electronics melakukan riset dan memperoleh bukti-bukti bahwa 32% responden rela meninggalkan aktivitasnya saat itu agar sesegera mungkin memperoleh sumber arus listrik untuk mengisi ulang baterai ponselnya. Bahkan, 22% responden akan masuk ke restoran dan memesan apa saja agar bisa menumpang mengisi baterai. Lebih dari 30% responden berani meminjam pengisi baterai dari orang yang tidak ia kenal.

Riset lain yang dilakukan oleh tim dari Iowa State University, AS, dan dikutip oleh laman Scientific American berbicara perihal dua aspek penting dari nomophobia. Pertama, perasaan gelisah, tertekan, dan bahkan panik yang dialami sebagian orang ketika mereka tidak memegang ponsel (“Waduh, hape saya di mana ya! Dari tadi saya cari gak ketemu!”) Kedua, perasaan cemas tatkala ponsel tidak mampu memenuhi kebutuhan pemakai, seperti tidak ada sinyal, koneksi terputus-putus, atau kehabisan baterai sehingga pemakai tidak terkoneksi dengan sumber informasi, teman, keluarga, atau tempat kerja.

Nomophobia jadi masalah serius manakala kita berbicara ihwal konsekuensi yang ditimbulkan oleh phobia ini. Pertama, mereka yang ‘terjangkit’ nomophobia punya kecenderungan mengalami tekanan yang relatif lebih tinggi dibandingkan pengguna ponsel yang normal. Tekanan ini memengaruhi kondisi emosional yang bersangkutan, menjadi gelisah, kesal, hingga marah. Situasi emosional yang negatif ini berpotensi berpengaruh buruk terhadap lingkungan sekitarnya, misalnya teman kerja.

Kedua, kecemasan yang timbul karena tidak memegang ponsel membuat seseorang tidak dapat fokus dalam melakukan aktivitasnya. Pikiran orang ini tertaut terus dengan ponselnya meskipun ia sedang menjalani kegiatan lain. Banyak kasus kecelakaan terjadi karena seseorang yang tengah mengemudi tergoda untuk menerima panggilan telepon atau melihat pesan yang masuk ke ponsel saat itu juga. Konsentrasi perhatiannya terpecah di antara dua kegiatan yang sama sekali berbeda.

Ketiga, sering dijumpai di tempat-tempat umum, misalnya restoran dan kafe, mereka yang duduk di sekeliling meja yang sama ternyata sibuk dengan ponsel masing-masing. Tiap-tiap orang asyik menatap layar ponsel dan berkomunikasi dengan orang yang tidak sedang ada di hadapannya atau mengakses sumber-sumber informasi. Sikap kurang-sosial atau bahkan anti-sosial berpotensi semakin buruk ketika ketagihan terhadap ponsel kian bertambah.

Keempat, para ahli sudah mengingatkan bahwa pemakaian handphone sebaiknya dihentikan sekurang-kurangnya 1 jam sebelum berangkat tidur. Mereka yang cenderung kecanduan ponsel sulit mengikuti anjuran ini. Konsekuensinya, mereka sukar untuk tidur cepat. Bahkan, ponsel diletakkan di bawah bantal agar ketika bangun mereka dapat langsung mengaksesnya.

Jelaslah, konsekuensi negatifnya begitu buruk untuk ditanggungkan. Siapapun dapat mengurangi ketergantungan kepada ponsel dimulai dari tindakan konkret seperti mematikan ponsel 1 jam sebelum tidur, mematikan ponsel ketika makan, beri perhatian penuh kepada lawan bicara saat berbincang tatap muka, dan boleh juga dicoba matikan ponsel Anda sehari penuh. Nikmati kebebasan yang Anda rasakan tanpa ponsel. (Sumber foto ilustrasi: dailymail.co.uk/tempo.co) **

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler