x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Sejumlah Buku Favorit 2016: Dari The Sympathizer hingga The Glass Universe

Banyak buku menarik yang terbit pada 2016, beberapa judul ini begitu mengesankan.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

The Sympathizer, Viet Thanh Nguyen (Novel)

Kisah dalam novel The Sympathizer, yang memenangi Hadiah Pulitzer dan Edgar Awards 2016, bermula pada April 1975 ketika Saigon dilanda kekacauan saat Amerika Serikat di ambang kekalahan dan Vietnam Selatan mulai runtuh. Tentara Vietnam Utara yang komunis terus menekan Vietnam Selatan hingga akhirnya memberikan kekalahan memalukan kepada AS yang mendukung Selatan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Novel pertama karya Viet Thanh Nguyen ini, ia lahir di negara Vietnam Selatan yang kini tinggal sejarah, berkisah tentang manusia dengan dua pikiran yang berlawanan—keyakinan politiknya dan loyalitas individualnya. (“I am a spy, a sleeper, a spook, a man of two faces. Perhaps not surprisingly, I am also a man of two minds,” tulis Nguyen membuka novelnya di halaman 9.)

Tumbuh dewasa dalam komunitas (kecil) Vietnam dan komunitas (besar) Amerika, Nguyen terpengaruh oleh bagaimana sejarah pengungsi Vietnam didefinisikan oleh hilangnya sebuah negeri dan perasaan sebagai korban. Sementara itu, kata Nguyen, orang Amerika melihat diri mereka sebagai korban sebab mereka mengenang 50 ribu warga Amerika yang tewas sembari melupakan bahwa tiga juta warga sipil Vietnam terbunuh.

Perang Vietnam yang berakhir dengan kejatuhan Saigon (ibukota Vietnam Selatan) pada 30 April 1975—41 tahun yang lampau—itu telah menghancurkan banyak hal, terutama kemanusiaan. Perang lama ini telah mencabik-cabik kehidupan keluarga dan memisahkannya karena alasan ideologi. Perang ini juga telah memakan banyak korban, di Utara maupun Selatan.

Nguyen, kendati kini menetap di Amerika, mengritik sikap orang-orang Amerika dalam memandang Perang Vietnam. “Orang memang punya hak untuk merasa dikorbankan, tapi mereka tidak punya hak untuk merasa seakan-akan viktimisasi dan penderitaan mereka adalah satu-satunya hal yang penting,” kata Nguyen. Batin penuh konflik inilah yang dikisahkan Nguyen dalam novel pertamanya yang mengesankan.

 

When Breath Becomes Air, Paul Kalanithi (Memoir)

Memainkan dua peran yang sama sekali berbeda tidaklah mudah, terlebih lagi ketika peran itu adalah sebagai dokter dan sebagai pasien. Buku ini merupakan memoir tentang hidup dan mati yang dialami oleh Paul Kalanithi, seorang ahli bedah berbakat yang berjuang mengatasi kanker paru-paru di pertengahan usia 30. Buku ini cara yang dilakukan Kalanithi untuk menyampaikan pesan bahwa kita harus berjuang untuk hidup selagi kita bisa. Menulis bukku dan membesarkan seorang anak ketika kematian sudah mengintipmu bukanlah tugas yang mudah—tapi karya ini menegaskan kecintaan Kalanithi kepada hidup dan kepada anaknya.

Di ujung memoir, Lucy—istri Kalanithi—menulis epilog yang penuh cinta dan kesedihan. Ia melukiskan jam-jam terakhir mereka bersama sebagai sebuah keluarga, hari-hari setelah kematian Kalanithi, dan kehidupan Lucy sesudahnya. “Untuk sebagian besar hidupnya,” tulis Lucy, “ Paul bertanya-tanya perihal kematian—dan apakah ia mampu menghadapinya dengan integritas. Pada akhirnya, jawabannya adalah ya.”

 

Time Travel, James Gleick (Sains)

Sejak zaman purba, waktu senantiasa mengusik pikiran manusia hingga kini dan entah sampai kapan. Waktu disebut-sebut berjalan terus ke depan dan tak mau berpaling ke masa lalu. Kita hanya dapat mengingat apa yang terjadi di masa lampau, sementara nyaris tidak punya pengetahuan apapun mengenai masa depan. Kita berjalan menuju ke masa depan yang membentang di hadapan kita bagaikan menyusuri gua yang gelap dengan jarak pandang yang amat pendek.

Namun justru karakternya yang misterius itulah yang membuat manusia penasaran: apakah waktu itu memang benar ada ataukah hanya ada dalam pikiran kita? Ini adalah pertanyaan sukar yang disukai oleh James Gleick, yang sejak lama menjelajahi isu-isu sains yang menantang dan mengajak banyak ilmuwan dan pemikir untuk mendiskusikan topik-topik yang tidak lumrah. Melalui buku barunya ini, Time Travel: A History (diterbitkan oleh Pantheon Books, 2016, 336 hlm.), apakah Gleick mampu menjawab pertanyaan ihwal waktu?

Time Travel bukanlah sekedar buku sains, meskipun Gleick menyusuri sejarah sains abad 20, khususnya fisika kuantum, dan berusaha menjelaskan ide-ide yang mewarnai diskusi tentang waktu. Gleick mengajak kita untuk menjelajahi imajinasi temporal kita: mengapa kita memikirkan waktu, mengapa waktu membuat kita resah, dan apakah mengajukan pertanyaan-pertanyaan ini akan menyingkapkan misteri terdalam kesadaran kita?

Gleick melacak evolusi time travel sebagai gagasan yang menjadi bagian dari budaya kontemporer—mulai dari Marcel Proust hingga Doctor Who, dari Jorge Luis Borges sampai Woody Allen. Jalinan antara fiksi sains dan fisika modern menjadi suguhan yang membuat kita merasa asyik dalam mendiskusikan topik yang kompleks ini.

 

Grit: The Power of Passion and Perseverance (Psikologi dan Karir)

Angela Duckworth, guru besar psikologi di School of Arts and Sciences, University of Pennsylvania, mendefinisikan bakat (talent) sebagai laju/kecepatan seseorang dalam memelajari sesuatu. Ada anak muda yang lebih cepat menguasai teknik menggiring bola dibandingkan teman-temannya. Sangat mungkin anak muda ini punya bakat atau kecerdasan gerak/kinestetik.

Meski begitu, kata Duckworth, fokus pada bakat dapat mengalihkan kita dari sesuatu yang tidak kalah penting, yaitu upaya atau ikhtiar. Di samping, tentu saja, penting untuk membangun kekuatan karakter lainnya, seperti kecerdasan sosial, keramahan, maupun kerendahan hati. Dalam buku terbarunya, Grit: The Power of Passion and Perseverance, Duckworth mendiskusikan satu topik menarik: grit.

Grit, dalam kamus Merriam-Webster, dalam konteks perilaku didefinisikan sebagai ‘keteguhan karakter; semangat pantang menyerah’. Berbekal hasil kajiannya, Duckworth melenturkan definisi ini menjadi ‘perpaduan ketekunan (preseverance) dan hasrat atau daya dorong (passion) untuk mencapai tujuan jangka panjang’. Grit adalah kapasitas untuk bekerja keras dan tetap fokus. Grit diperlukan sebagai tambahan bagi bakat dan menjadi alasan mengapa bakat memerlukan kekuatan pendorong agar membuahkan hasil. Maknanya, diperlukan komitmen dan daya tahan (endurance) jangka panjang.

 

The Glass Universe, Dava Sobel (Sejarah Sains)

Setelah menulis karyanya yang mengharukan tentang hubungan Galileo Galilei dengan putrinya (Galileo’s Daughter, 1999), Dava Sobel mengajak kita menyusuri kisah lain yang tak kalah simpatik. Dalam bukunya yang baru saja terbit, The Glass Universe, Sobel—yang tekun menyusuri jejak-jejak historis dalam sains—menceritakan tentang perjuangan sejumlah perempuan di dunia astronomi menjelang akhir abad 19 dan awal 20.

Pada tahun 1870an, di AS kaum perempuan belum lagi memperoleh hak untuk memilih atau mendirikan perusahaan. Sejumlah kecil perempuan ‘beruntung’ memperoleh pekerjaan di tempat yang barangkali asing bagi masyarakat masa itu: Harvard College Observatory. Sebagai asisten, mereka seolah dilahirkan untuk bekerja di sana—sebagai isteri, anak perempuan, atau saudara perempuan astronom yang bekerja di observatorium ini.

Mereka, sebenarnya, berperan lebih dari asisten. Tugas mereka adalah memelajari, membandingkan, membuat klasifikasi, serta mengkatalogkan data tentang bintang-bintang yang dipotret para pria pada ribuan plat kaca. Bukan pekerjaan ringan. Seperti dikatakan Sobel, “Pekerjaan ini menuntut perhatian yang cermat pada detail serta kapasitas besar untuk menampung kejenuhan.”

Para perempuan ini dikenal pintar matematika, menekuni fisika dan astronomi, bahkan ada yang kemudian meraih gelar doktor. Mereka memang tidak bekerja di bawah teleskop dan mengintai langit malam yang terang oleh bintang-bintang, yang dikerjakan oleh astronom lelaki. Para perempuan ilmuwan ini terus berjuang agar memperoleh penghargaan yang layak di tengah dominasi ilmuwan pria. (Foto ilustrasi: prajurit AS di Perang Vietnam, sumber: AP)

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler