x

Karangan bunga ditinggalkan sebagai tribut untuk mendiang George Michael di luar rumahnya di utara London, Inggris, 26 Desember 2016. George meninggal dunia dalam usia 53 tahun. REUTERS/Neil Hall

Iklan

Kurnia

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

George Michael, Vitamin Telinga Saya

Saya mendengar lagu-lagunya sejak George masih personel Wham!

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

“Menulislah tentang George Michael untuk Indonesiana.” Perintah itu muncul mendadak untuk saya di tengah perbincangan kami di Tempo.co Superdesk, salah satu grup perpesanan awak Tempo. Pagi ini, grup itu ramai membicarakan George Michael, penyanyi pop kelahiran London, 53 tahun, yang tutup usia.

Judul-judul lagu George yang pernah hits ditulis sahut-menyahut di grup itu, tanda sebagian dari kami adalah penggemarnya (sekaligus penanda kisaran usia kami). Sahut-menyahut judul lagu George pagi ini adalah cara kami mengekspresikan rasa kehilangan atas kepergiannya.

Saya ketiban tugas menulis karena saya yang pertama bereaksi setelah tautan berita tentang George masuk ke grup perpesanan itu. Tugas ini terus-terang bikin saya grogi. Selama saya menjadi jurnalis, saya belum pernah ditugaskan di desk seni dan hiburan. Saya diminta menulis mungkin karena saya awam yang mengaku menyukai lagu-lagunya. Saya mendengar lagu-lagunya sejak George masih personel Wham!, duo dari Inggris di era 80-an.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Begitu membaca berita kepergiannya dari tautan berita itu, saya memutar kembali videonya di Youtube entah untuk ke berapa kalinya. George banyak menghasilkan hits sejak masih bersama Andy Ridgely di Wham!. Di antaranya Wake Me Up Before You Go Go dan Freedom.

Karir Georgios Kyriacos Panayiotou, nama asli George, makin mengilap setelah Andy keluar dari Wham! pada 1986 dan bersolo karir. Albumnya, Faith, terbit setelah ia sendirian. Careless Whisper, I Can’t Make You Love Me, One More Try, Praying for Time, Father Figur, Kissing a Fool, Jesus to a Child, adalah sebagian dari sederet lagu-lagu terkenalnya.

Lagu-lagunya menemani masa pertumbuhan saya. Menemani masa-masa kenal cinta monyet dengan lagu-lagu indah dengan suara merdu yang halus, menjadi pendamping menggarap tugas sekolah hingga kuliah.

Bagi saya, suara George bening, “rapi-tertib”, lembut, namun tetap berenergi. Suaranya menjangkau nada-nada tinggi, dan nada “tengah” seperti dalam White Light atau bernada rendah saat membawakan You and I. “Rapi-tertib” karena suaranya selalu tepat berada di nada lagunya. Tidak ada nada yang melenceng sedikit pun, menandakan kontrol yang prima, bahkan ketika tampil secara live. Suaranya tetap “tertib” juga untuk lagu-lagu dance-nya seperti Amazing, Flawless, dan An Easier Affair.

Ia tau betul kapan harus membawakan suaranya dengan lembut hingga mendesah dan kapan mengeluarkan suaranya dengan kekuatan penuh. George tau pasti kapan harus menyetel suaranya hingga nyaris berbisik dan kapan harus tampil “garang” menjangkau nada-nada tinggi.

Semuanya selalu terasa pas. Meski ini bisa dibantah dengan mengatakan semua yang didengar publik hanyalah hasil rekaman yang sudah melalui proses editing ketat yang mungkin dilakukan berulang-ulang dengan bantuan teknologi canggih hingga dianggap layak edar.

George selalu membawakan lagu-lagunya dengan penghayatan maksimal. Ia menyanyi seperti benar-benar sedang mengalami cerita dalam lagu yang dibawakannya. Sesekali matanya terpejam menunjukkan penghayatan sekaligus membantunya mengendalikan dan mengelola nafas serta suaranya.

Penghayatan dan penampilan terbaiknya, menurut saya, adalah saat George membawakan Long and Winding Road dalam penampilan live. Ia membuat lagu itu lebih ngelangut, meski lagu The Beatles yang keluar pada 1970 itu memang murung, muram, dingin seperti liriknya.

Suaranya yang bening, “rapi-tertib” yang didukung penghayatan maksimal, membuat Long and Winding Road versi George terasa jauh lebih baik ketimbang penyanyi aslinya. Bahkan, tidak ada yang membawakan lagu itu sebaik George. Menurut saya, lho.

****

Duo Wham! bubar, George yang menapaki karirnya sendirian. Ia pernah berduet dengan banyak nama besar. Bersama Aretha Franklin dalam I Knew You Were Waiting, Sir Elton John dengan Don’t Let The Sun Go Down on Me, dan Whitney Houston membawakan If I Told You That.

George yang menjual lebih dari 100 juta keping rekamannya itu pernah juga membawakan Somebody to Love dalam konser mengenang vokalis The Queen, Freddie Mercury. Nama George bahkan pernah disebut-sebut menjadi pengganti Freddie. Tapi itu tak terjadi. Menurut saya, Freddie tak tergantikan dan hanya dia yang bisa dan cocok menyanyikan lagu-lagu Queen.

Suara Freddie lantang cetar membahana, tinggi, dalam di pangkal tenggorokan, garang, dan liar. Suara George berbeda karakter dengan Freddie. Suara lelaki berdarah Yunani ini lembut dibandingkan karakter suara Freddie, meski ia bisa membawakan Somebody to Love dengan baik. Tapi, lagi-lagi menurut saya, lagu itu seperti kehilangan ruhnya ketika dibawakan George. Tidak cocok, tidak liar seperti Freddie.

Syukurlah George tidak bergabung dengan Queen. Saya tidak bisa membayangkan dia harus mengubah citra dirinya. Keduanya sangat berbeda. George parlente, dandy, busananya licin, rambut rapi-jali, sedangkan Freddie urakan dan kerap bertelanjang dada saat manggung. Kalau jadi, saya membayangkan George pasti harus menyesuaikan diri dengan Queen. Entah menjadi bagaimana, mungkin akan ada tim yang memikirkannya.

Tapi, saya yang penggemarnya ini tidak tidak ingin George berubah menjadi seperti Freddie atau identitas lainnya. Biarlah George menjadi dirinya sendiri dan Freddie tak “terusik” citra kuatnya bersama The Queen. George tak harus menambah atau mengurangi sesuatu untuk memperbaiki citranya sebagai penyanyi.

Saya bahkan tak peduli soal pelanggaran hukum dengan polisi dan orientasi seksualnya. Soal hukum biarlah diurus polisi, orientasi seksnya biar jadi urusan pribadinya. Bagi saya, yang penting lagunya dan penampilannya bagus. Itu sudah cukup. Buat saya, George adalah penyanyi yang sebenarnya. Lagunya, suaranya, adalah vitamin telinga saya. Namanya juga penggemar.

Ahad lalu, tepat saat natal, George tutup usia di rumahnya di Oxfordshire, Inggris. Penyebabnya belum ketahuan. Jagat musik berduka, penggemarnya kehilangan bintang yang sangat berbakat. George pergi sebelum tua. Kepergiannya mengingatkan saya pada Last Christmas, lagunya saat masih bersama Wham!. Lagu cinta yang pedih berirama riang:

 

Last Christmas

I gave you my heart

But the very next day you gave it away.

This year

To save me from tears

I’ll give it to someone special….***

Sumber:

– theguardian.com

– youtube.com

Ikuti tulisan menarik Kurnia lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler