x

Sejumlah pelajar dan mahasiswa mengantri pembagian beasiswa yang diberikan oleh BAZIS DKI Jakarta. TEMPO/Yosep Arkian

Iklan

ibnu Burdah

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

LPDP Mengerek Harga Diri dan Prestasi Anak Negeri

Secara psikologis, anak-anak berprestasi itu merasa memiliki “hutang” jasa pada lembaga donor.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

            Metro TV tahun lalu menyebut angka 11.000 pemburu beasiswa membludak dalam acara Edufair internasional LPDP di Universitas Airlangga Surabaya (4/1). Penulis yang hadir di lokasi itu membenarkan perkiraan angka itu. Penulis merasakan benar betapa tinggi antusiasme anak-anak negeri itu untuk memperoleh pendanaan pendidikan S2 atau S3 baik di dalam ataupun luar negeri.

            Antusiasme terhadap lembaga pendanaan ini juga datang dari lembaga-lembaga pendidikan di luar negeri. “Beasiswa LPDP kah?”. Pertanyaan itu adalah respon spontan seorang guru besar di universitas ternama dunia atas pernyataan calon mahasiswa asal Indonesia. Calon mahasiswa itu mengatakan pada sang profesor bahwa dirinya sudah memperoleh beasiswa studi dari Indonesia.

            Respon semacam itu kerap terdengar dari cerita mahasiswa-mahasiswa saya  yang melanjutkan studi di luar negeri. Intinya ada kesan ahlan wa sahlan untuk para calon mahasiswa dengan beasiswa LPDP.

Penulis yang juga pembimbing (promotor/supervisor) disertasi mahasiswa LPDP di salah satu perguruan tinggi ternama di Belanda juga merasakan respek guru besar-guru besar perguruan tinggi di sana terhadap program beasiswa ini. Reputasi ini sungguh menggembirakan. Kendati lembaga pendanaan pendidikan yang akan berulang tahun ke-5ini tentu belum bisa disejajarkan dengan program beasiswa yang legendaris kelas dunia seperti Fulbright (AS), Chivening (Inggris), Eiffel (Perancis),  DAAD (Jerman), dan lain-lain.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

            Selama ini, mahasiswa-mahasiswa Indonesia adalah pemburu beasiswa-beasiswa yang disediakan oleh pemerintah atau instansi lain di luar negeri. Mereka yang memeroleh beasiswa S2 atau S3 dari lembaga-lembaga bonafit biasanya adalah anak-anak dengan prestasi tinggi.

            Itu tentu adalah capaian penting dan kebanggaan buat mereka sekaligus memberi manfaat untuk bangsa ini. Tapi, secara psikologis, anak-anak berprestasi gemilang itu sedikit banyak merasa memiliki utang jasa terhadap lembaga-lembaga itu.Patut disesalkan dulu negara tak segera hadir dalam hal ini. Bahkan negara seolah absen dalam waktu cukup lama.

            Yang mengherankan, negara-negara yang lebih miskin daripada Indonesia justru memberikan beasiswa untuk anak-anak bangsa ini. Hebat sekali negara-negara itu. Tengoklah negara-negara di Timur Tengah seperti Mesir, Sudan, Yaman, dan Suriah justru memberikan beasiswa untuk banyak sekali anak negeri ini. Sementara kita tidak memberikan beasiswa untuk anak-anak mereka kecuali beberapa gelintir orang saja.

            Kehadiran program-program LPDP sejak 2012dengan pengelolaan yang profesional adalah lompatan yang cukup jauh dalam mengerek reputasi bangsa ini di bidang pendanaan pendidikan. Tak hanya di Asia tapi juga di negara-negara Eropa, Amerika, dan Australia. Bagi pendidik seperti penulis maupun bagi mahasiswa Indonesia di luar negeri, kehadiran program-program LPDP sungguh membuat kepala tak lagi harus tertunduk. Kepala kita bisa lebih tegak di hadapan para pendidik atau mahasiswa negara lain. Kita bukan hanya bangsa pemburu beasiswa asing  tapi kita juga pemberi beasiswa setidaknya untuk anak-anak negeri sendiri.

            Hanya saja, di Timur Tengah program-program LPDP kurang begitu dikenal. Ada masalah yang sifatnya administratif dan egoisme yang sebenarnya tidak sulit diselesaikan. Mahasiswa-mahasiswa saya yang telah dinyatakan berhak memperoleh beasiswa LPDP akhirnya tak mendapatkan status mahasiswa di Timur Tengah. Kasus serupa itu kerap terjadi.

Persoalannya adalah masalah pernyataan diterima (Letter of Acceptance/LOA) yang baru bisa didapat jika mahasiswa hadir secara fisik dan mengikuti tes di negara-negara tersebut.LOA dari universitas tujuan semula harus diberikan sebelum dinyatakan sebagai penerima beasiswa LPDP. Padahal datang ke negara tersebut dan tinggal di sana beberapa waktu memerlukan biaya yang tak sedikit.

Universitas-universitas terkemuka di Timur Tengah seperti Muhammad V di Rabat, Zaituna di Tunis, dan Al-Azhar di Kairo memang masih berpegang pada aturan itu. Ketiganya adalah universitas di Timur Tengah yang recommended untuk LPDP.

 

Demi Masa Depan

            Tahun lalu (Kamis, 04/1/16), LPDP menyelenggarakan pameran pendidikan di Universitas Airlangga Surabaya. Temanya adalah LPDP Edu Fair 2016: World Class Education. Acara itu melibatkan sekitar 40 universitas besar dunia di samping universitas besar di Tanah Air, sepuluh kedutaan pemerintah asing, dan alumni LPDP.

Kegiatan serupa dilaksanakan di Jakarta dua hari sebelumnya. Acara itu dilaksanakan untuk memeringati 4 tahun usia lembaga hasil kreatifitas Menkeu yang saat itu dipimpin Sri Mulyani, salah satu putra terbaik bangsa ini. Penulis turut hadir dalam acara itu dan merasakan atmosfir dan antusiasme yang begitu besar dari peserta yang hadir.

            Kekuatan institusi LPDP adalah keunggulaan dalam manajerial keuangan dan pelaksanaannya. Sejauh ini sepengetahuan penulis, hampir tak terdengar ada mahasiswa yang ribut karena telat pembayaran biaya kuliah, biaya hidup, atau biaya yang lain.Implikasinya hal ini tentu positif bagi proses studi mereka. Hal ini sepertinya belum terjadi pada beasiswa-beasiswa lain di Tanah Air di luar LPDP.

Hal ini bisa dimengerti sebab pengelola lembaga itu sebagian adalah orang-orang yang memiliki kemampuan profesional di bidang keuangan. Mereka punya pengetahuan sehingga punya kemampuan untuk mengambil keputusan “besar” tanpa ragu dan takut.Tokoh tipe itu pula sepertinya yang mampu membuat keputusan kreatif dan berani dengan membentuk LPDP tahun 2012. Profesional dan berani mengambil keputusan besar harus jadi komitmen para pengelola negeri ini.

            Kita berharap lembaga ini semakin profesional dan berkembang. Pengelolaan yang baik dalam pendanaan pendidikan sungguh membantu upaya bangsa ini menyiapkan SDM-SDM tangguh di masa depan.Kuncinya adalah amanah dan profesional. Amanah berarti bukan hanya tidak main-main dengan dana yang jumlahnya begitu menggiurkan. Tapi juga menyadari bahwa tugas itu begitu agung dan besar untuk masa depan bangsa ini. Selamat menyambut ulang tahun ke-5, semoga program-program LPDP memberi kemanfaatan yang seluas-luasnya dan sebesar-besarnya bagi anak negeri ini.Amin.

 

Oleh Ibnu Burdah

ibnuburda@yahoo.com

Koordinator Kajian Timur Tengah Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta

 

Dr. IbnuBurdah, MA, adalahdosen UIN SunanKalijaga, guru ngaji, danpenulisbuku 1. Melejitkan Kemampuan Bahasa Arab Aktif Strategi Debat 2. Pendidikan Karakter Islami untuk anak SD/ SMP/ SMA, 2. Kristal-Kristal Cinta  Para Filsuf, Sufi, dan Nabi. 3. Metode Baca al-Qur’an ramah Anak Iqra’ Tartila. 4. Menjadi Penerjemah: MetodedanWawasanMenerjemah. 5. Islam  Kontemporer: Revolusi dan Demokratisasi. 6. Bahasa Arab (untukHubungan) Internasional. 7. SegitigaTragedi Tanah Palestina. 8. WajahBaruYahudi Orthodox vs ZionismeZionisme. 9.Puisi-PuisiNakaldariPesantren: Setengah Humor SetengahCendekia.

***

 

 

Ikuti tulisan menarik ibnu Burdah lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler