x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Tiga Sosok Peletak Kimia Eksperimental

Kegiatan eksperimental jadi pembeda sains kimia yang dipraktikkan sarjana Muslim dari spekulasi para filosof Yunani yang mendahuluinya.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Di tangan Jabir ibn Hayyan (722-815), ilmu kimia bukan lagi wacana spekulatif seperti di zaman Aristoteles. Jabir ibn Hayyan tergolong ilmuwan Muslim awal yang melakukan berbagai ragam kegiatan eksperimen, seperti kristalisasi, kalsinasi, sublimasi, membuat larutan, dan melakukan percobaan lain.  

Dalam sejarah sains Muslim, eksperimen merupakan aktivitas yang paling menonjol. Fakta ini, menurut sejarawan Barat Eric John Holmyard  (1891–1959), telah mengalami distorsi di tangan sarjana-sarjana sebelumnya. Padahal, sisi praktis eksperimental ini, kata Holmyard, memberi landasan bagi perkembangan sains pada umumnya, dan ilmu kimia khususnya.

Jabir ibn Hayyan, dan kemudian juga Zakaria ar-Razi dan Maslamah al-Majriti, menorehkan perubahan mendasar dalam cara ilmuwan memandang ilmu kimia. Ketiga ilmuwan ini, juga ilmuwan Muslim di bidang lain, menempatkan eksperimen sebagai langkah penting dalam ilmu kimia, bahkan mendahului Robert Grosseteste yang selama ini dianggap oleh sarjana sains Barat sebagai orang yang berhak mendapat atribusi perintis eksperimen dalam sains.

Bagaimana Jabir in Hayyan meletakkan fungsi eksperimen, ia berkata: “Hal pertama yang penting dalam kimia ialah engkau melakukan pekerjaan dan perilaku praktis eksperimen, karena ia yang tidak pernah membuat eksperimen ia tidak akan pernah mencapai tingkat penguasaan yang tertinggi. Tapi engkau, anakku, lakukanlah percoabaan agar engkau memperoleh pengetahuan. Para ilmuwan senang bukan karena berkelimpahan materi, mereka bersuka cita hanya dalam keunggulan metode eksperimental mereka.”

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sekitar sepuluh abad sebelum ahli kimia John Dalton, Jabir mendefinisikan campuran kimia sebagai kesatuan unsur-unsur tanpa kehilangan karakter. Jabir mencatatkan pencapaian penting di antaranya memperbaiki proses-proses pemurnian material, oksidasi, kristalisai, distilasi, evaporasi, hingga filtrasi. Ia juga mengidentifikasi produk-produk baru, termasuk alkalin, garam, asam sitrat, hingga pencelupan kain dan kulit. Jabir juga menemukan resep untuk membuat tinta.

Hampir satu abad setelah Jabir, Zakaria ar-Razi memberi kontribusi penting bagi perkembagan ilmu kimia. Dalam karyanya, Rahasia dari Rahasia, ar-Razi menyusun klasifikasi yang sangat berguna tentang zat-zat alami. Ia membagi bahan-bahan alami ini ke dalam zat duniawi, nabati, dan hewani. Ia juga menambahkan zat-zat artifisial yang dibuat manusia, seperti oksida timbal, soda kaustik, dan berbagai senyawa. Ia membuat katalog dan uraian mengenai eksperimennya, mula-mula menjelaskan material yang ia gunakan, lalu peralatannya, serta metode dan kondisi pelaksanaan eksperimen. Bahkan, ar-Razi mendirikan laboratorium, merancang, menguraikan, dan memakai lebih dari 20 instrumen.

Ar-Razi bukan saja memberi daftar instrumen yang ia gunakan, tapi juga menguraikan lebih detail cara membuat peralatan dan menyediakan informasi seperti yang di hari ini kita temukan dalam manual laboratorium. “Klasifikasi sistematik Jabir yang didasarkan pada fakta yang diamat dan diverifikasi secara hati-hati berkaitan zat-zat kimia, maupun reaksi dan peralatan, semua dalam bahasa yang sangat jelas, semakin menunjukkan nilai penting kontribusi ar-Razi dalam sejarah kimia,” kata Holmyard. Ilmu kimia, sejak dirintis oleh Jabir ibn Hayyan, menurut Holmyard, telah meninggalkan praktik-praktik yang berbau magis maupun wacana yang spekulatif.

Tak kalah penting ialah kontribusi Maslamah al-Majriti (950-1007 M)—nama ini menunjukkan tempat asalnya, Majriti atau Madrid di Spanyol sekarang. Salah satu karyanya yang banyak menarik minat para sarjana ialah Rutbat al-Hakim atau The Rank of  the Wise (Peringkat Kearifan). Dalam karya ini, al-Majriti menguraikan formula dan instruksi untuk pemurnian logam berharga. Apa yang raib dalam catatan sarjana Barat selama ini ialah kontribusi al-Majriti dalam membuktikan prinsip konservasi massa. Seperti kita tahu lewat pelajaran di sekolah, selama ini kita mengena Lavoisier sebagai penemu prinsip tersebut, padahal ilmuwan Prancis ini hidup delapan abad setelah al-Majriti.

Tiga sosok yang menekuni kimia eksperimental ini telah memberi kontribusi yang melapangkan jalan bagi perkembangan ilmu dan teknik kimia modern. **

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler