x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Buku Genetika Si Mati

Dari jejak genetika yang ditinggalkan, ada potensi habitat tempat moyang makhluk tertentu hidup dapat diungkap.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Diskusi tentang pengaruh warisan genetik dan lingkungan terhadap makhluk hidup telah berujung pada kesimpulan bahwa keduanya memberi kontribusi yang tak bisa diabaikan. Tak mudah menentukan mana yang lebih dominan. Pemahaman mengenai hal ini bahkan meluas hingga lapangan manajemen tatkala pembicaraan sampai ke isu kepemimpinan: apakah pemimpin itu dibentuk atau dilahirkan?

Melalui jejak-jejak genetik yang diturunkan, para ahli biologi evolusioner dapat melacak moyang atau leluhur makhluk tertentu. Bagaimana dengan lingkungannya, yang sangat mungkin berkontribusi terhadap perkembangan makhluk ini? Richard Dawkins, guru besar biologi evolusioner, mengeksplorasi gagasan tentang ‘the genetic book of the dead’ atau buku genetika si mati—bahwa habitat tempat makhluk ini hidup dapat dilacak dari jejak genetika yang tertinggal setelah ia mati.

Menurut Dawkins, yang oleh sementara orang dijuluki sebagai ‘tukang pukul Darwin’, gagasan ‘the genetic book of the dead’ bertumpu pada seleksi alam. Seleksi alam memperlengkapi setiap makhluk hidup dengan gen-gen yang memungkinkan moyangnya untuk bertahan hidup dalam lingkungan mereka.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sejauh lingkungan ini mirip dengan lingkungan leluhurnya, sejauh itu pula hewan modern dilengkapi dengan kemampuan untuk bertahan hidup dan meloloskan gen-gen yang sama. Rincian anatomi, nalurin, serta susunan biokimia internal hewan modern ini merupakan serangkaian kunci yang sesuai dengan lingkungan leluhurnya dengan adaptasi tertentu.

Bila Anda punya ‘kunci’, Anda dapat merekonstruksi ‘lubang kunci’ yang sesuai untuk ‘kunci’ tersebut. Inilah cara berpikir terbalik yang dibangun oleh Dawkins. Ketika diterapkan dalam konteks jejak genetik (DNA) yang ditinggalkan oleh makhluk tertentu, maka Anda dapat merekonstruksi pula seperti apa habitat atau lingkungan tempat moyang makhluk hidup. Seorang zoolog, yang di tangannya tersedia hewan tak dikenal, dapat merekonstruksi habitat hewan tersebut. Jejak DNA itu sebagai kunci dan habitat sebagai lubang kunci.

Dawkins memberi contoh kaki berselaput yang mengindikasikan cara hidup akuatik. Begitu pula, hewan-hewan yang mampu berkamuflase dapat memberi gambaran mengenai habitat leluhur mereka sehingga leluhur ini dapat menghindari serangan.

Tapi, kata Dawkins pula, sebagian besar kunci yang dimiliki hewan itu tidak terlihat jelas di permukaan. Banyak yang terkubur dalam sel-sel. Seluruhnya terkubur dalam genome, sehingga tidak mudah menguraikannya hanya dengan melihat tanda-tanda permukaan. “Hanya jika kita dapat membaca genome dengan cara yang tepat,” ujar Dawkins, “akan ditemukan jejak-jejak dunia kuno, suatu diskripsi tentang lingkungan para leluhur spesies-spesies.” Inilah yang diistilahkan sebagai the genetic book of the dead.

Buku genetika si mati merupakan metafora penuh warna yang merujuk kepada seluruh gen tua, yang tidak lagi berfungsi dan kadang-kadang rusak—yang dibawa oleh genome kita bersama gen-gen yang berfungsi. Bagaimana kita dapat membaca buku genetika si mati ini? Inilah tantangannya, dan Dawkins memakai frasa menarik tersebut sebagai cara menstimulasi orang untuk menelitinya. Di samping menyediakan informasi tentang lingkungan hidup leluhur, buku genetika ini dapat menyingkapkan aspek-aspek lain dari sejarah. Demografi, misalnya.

Buku genetika si mati, menurut Dawkins, merupakan cara baru dalam memahami kehidupan masa lampau dengan memadukan pendekatan gen dan meme. Gen diwariskan kepada keturunan, sedangkan meme (istilah yang dipopulerkan oleh Dawkins dalam biologi dan kemudian menjalar ke wacana budaya) dipahami sebagai ‘gagasan, perilaku, atau gaya yang menyebar dari satu orang ke orang lain dalam suatu budaya’. Buku genetika si mati, kata Dawkins, mencakup kedua unsur itu: genetik dan budaya.

Sejauh mana ide ini akan dibicarakan komunitas ilmiah, Dawkins percaya bahwa hal itu dapat dilihat dari potensi popularitas istilah ‘the genetic book of the dead’ pada tahun ini. (Sumber ilustrasi: gmo-awareness.com) ***

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler