x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Kebajikan Kecil Pun tak Kalah Bernilai

Kebaikan orang lain seringkali tidak mengendap lama dalam ingatan kita—mudah menguap bagai gelembung yang mengudara.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

“Gagasan kecil dan kebaikan kecil seringkali lebih bernilai ketimbang uang yang sangat banyak.”
--John Ruskin (Penulis, 1819-1900)

 

Tidak mudah menahan godaan bersikap tidak adil kepada seseorang ketika kita sedang kesal kepadanya (Padahal kita sudah diingatkan, “Janganlah kebencian membuatmu jauh dari bersikap adil”). Di kepala, yang terbayang hanyalah keburukannya semata: pelit, egois, bersiasat melulu, enggan berkorban, tidak menepati janji, dan seterusnya. Kebaikan yang pernah ia lakukan seakan menguap seketika.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Di saat kita kesal, kita lupa bahwa ia pernah membuatkan secangkir kopi ketika udara dingin menyergap. Kita pun tidak ingat bahwa ia menuliskan ulang satu halaman catatan ketika ngantuk sudah menggayut. Kita tidak peduli bahwa ia pernah berbagi setangkup roti ketika perut mulai bernyanyi.

Kebaikan kecil itu bukanlah membuatkan rumah mewah, melainkan membukakan pagar ketika kita kesulitan memasuki halaman rumah. Kebaikan kecil itu bukanlah membelikan perhiasan yang menyilaukan mata, tapi menawarkan tempat berteduh ketika hujan deras turun. Kebaikan kecil itu adalah menyingkirkan batu dan ranting yang menghalangi jalan agar siapapun tidak tersandung dan jatuh.

Begitu banyak kebaikan kecil dibuat oleh orang-orang yang kita kenal maupun yang tidak, yang hidup bersama kita, yang bekerja di sekeliling kita. Sayangnya, kebaikan itu seringkali tidak mengendap lama dalam ingatan kita—mudah menguap bagai gelembung yang mengudara. Sayangnya pula, rasa sakit hati karena satu kekeliruan—yang bahkan mungkin tidak disengaja—lebih kuat melekat dalam memori kita.

“Manusia itu pada dasarnya baik,” begitu kita sering diingatkan. Tatkala seorang pramugari menolong penumpang pesawat yang kesulitan memasang sabuk pengaman, motifnya bukanlah sekedar untuk memenuhi standar pelayanan yang ditetapkan maskapai tempat ia bekerja. Tindakanya juga didorong oleh keinginan untuk membantu orang lain.

Ketika kita naik bis kota yang padat penumpang, menyerahkan kursi kepada ibu hamil atau difabel adalah kebaikan kecil yang amat berarti. Percayalah, kebaikan kecil ini sudah menciptakan perbedaan besar. Lihatlah komentar di media sosial manakala beredar foto seorang penumpang yang cuek duduk di kursi, sementara di sebelahnya seorang ibu tua berdiri dengan beban berat. Ketika kursi itu diserahkan kepada ibu tua, respons netizen berbalik. Ini pertanda, kebaikan kecil seperti itu sangat diapresiasi oleh warga di kehidupan yang semakin individualistis ini. Kebaikan kecil telah menciptakan perbedaan besar.

“Jika kamu tidak sanggup membangun sebuah gedung, maka mengantar seorang anak yang nyaris terlambat datang ke sekolah sungguh kebajikan yang tak ternilai,” ujar kawan saya. “Banyak kebaikan kecil yang bisa kita lakukan: membersihkan piring seusai makan ketika semua orang malas bergerak karena kekenyangan; menyeduhkan teh hangat yang manis ketika sore tiba; atau memberikan senyum di saat semua orang nyaris kehilangan harapan.”

Tidak usah menunggu bertahun-tahun demi terwujudnya impian besar dan kebaikan besar lainnya. Engkau bisa mulai menabung dengan berbagi kebaikan-kebaikan kecil hingga impian besar itu jadi nyata. (Foto ilustrasi: tempo.co) ***

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB