x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Betapapun Kamu Sibuk, Sempatkanlah Membaca

Membawa lima buku favorit tak ubahnya membawa lima bagian tubuh yang kamu sangat tidak ingin kehilangan.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Sepanjang tahun 2016 yang belum lama berlalu, berapa buku yang sempat Anda baca? Sepuluh judul? Lebih, atau kurang? Setiap orang punya alasan masing-masing untuk tidak membaca buku: tidak punya waktu, tidak sempat membeli buku, enggan meminjam buku, buat apa membuang waktu membaca buku, hingga capek.

Begitulah, banyak alasan untuk tidak membaca buku. Saya menduga, ada lebih banyak alasan untuk membaca buku—alasan yang bahkan lebih dapat diterima akal bagi manusia yang diberkati kemampuan bernalar. Membaca buku lebih dari sekedar memberi asupan bagi otak.

Sebagai sahabat yang setia dan sabar, lagi tidak menuntut, buku membuka  diri untuk bukan hanya menyemangati pembacanya, tapi juga menyembuhkan kita dari kepedihan—penolakan, kegagalan, pengasingan, kehilangan. Kepedihan yang engkau bayangkan belum pernah ada akan engkau jumpai di dalam buku. Pengarang mungkin menawarkan jalan keluar, sehingga dari halaman-halaman itulah engkau memperoleh penyembuhan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tenggelamnya kita dalam aura yang diuarkan oleh buku membawa kita ke pengembaraan yang jauh, bahkan tempat-tempat yang belum pernah kita datangi, mempertemukan kita dengan kawan-kawan baru yang belum kita kenal, dan menjumpai beragam peristiwa tidak terduga. Jadi, apakah kamu puas dengan peristiwa yang biasa dan tidak menyukai kejutan?

Di saat seperti itu, seperti kata C.S. Lewis, penulis serial Narnia, “Kita tahu bahwa kita tidak sendiri.” Bukulah yang mempertemukan kita dengan kawan-kawan baru, juga sahabat-sahabat lama, yang masih hidup maupun yang sudah berpulang.

Seperti kata Anne Fadiman, penulis The Spirit Catches You and You Fall Down, membaca buku menawarkan kelezatan dengan begitu banyak segi. “Kelezatan sembilan belas pound buku tua sekurang-kurangnya sama dengan sembilan belas kali kelezatan satu pound caviar segar,” kata Anne. Bila tak membaca, kita seperti kehilangan beraneka kelezatan itu.

Ada sensasi yang dapat kita nikmati ketika menyusuri kata demi kata. Benar belaka apa yang dikatakan Victor Hugo, penulis Les Miserables, belajar membaca adalah belajar menyalakan api. “Setiap suku kata yang dieja akan memancarkan cahaya,” ujar Hugo.

Masing-masing orang punya kisah yang berbeda-beda perihal pengalaman membaca. Sepanjang hidup, orang niscaya telah membaca buku—setidaknya satu; mungkin mengesankan, barangkali pula membosankan dirinya hingga ia tinggalkan buku. Ralph Waldo Emerson, orang Amerika itu, tak ingat sudah berapa buku ia baca, tapi yang ia pasti “buku telah membentuk diriku”.

Itu pula yang dirasakan Neil Gaiman. “Membawa lima buku favorit tak ubahnya membawa lima bagian tubuh yang kamu sangat tidak ingin kehilangan,” tutur Gaiman. Mengayakan, menyembuhkan, menyegarkan, mengilhami, menjumpai pengalaman baru, memahami pengalaman lama dengan cara baru—siapa ingin kehilangan semua itu?

Tak mengherankan bila Jorge Luis Borges, esais dan penulis Latin itu, membayangkan Surga akan seperti perpustakaan. Dan karena itu pula, Erasmus lebih memilih untuk membeli buku sekalipun hanya punya sedikit uang, dan bila bersisa, barulah ia membeli makanan dan pakaian. “Tak peduli seberapa kamu sibuk, kamu harus mendapatkan waktu untuk membaca, atau kamu akan menyerahkan diri kepada kebodohan,” tutur orang bijak dari Timur, Konfusius. (Foto ilustrasi: tempo.co) ***

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB