x

Iklan

Victor Rembeth

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Surat Prihatin Rakyat Lemah untuk Pak Beye

Perihal Cuitan Pak SBY di Twitter dalam konteks kekinian dan saat beliau berkuasa

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Adalah kisah sebuah cuitan diTwitter perihal lemahnya rakyat membuat saya sebagai rakyat harus menulis ini. Ketika presiden RI ke 6 menulis," “Ya Allah, Tuhan YME. Negara kok jadi begini. Juru fitnah & penyebar “hoax” berkuasa & merajalela. Kapan rakyat & yg lemah menang? *SBY*”", maka ketika itulah saya kagum kepada sang mantan yang luar biasa memperhatikan rakyatnya pada kondisi saat ini. Ia prihatin terhadap rakyat yang asumsinya selalu kalah dan mereka pada posisi lemah.

Sungguh mengagumkan kerendahan hati bapak sebagai seorang mantan pemimpin negara yang bisa mengakui kondisi rakyat yang pernah dipimpin selama 10 tahun. Pak Presiden mampu menunjukkan bahwa saat ini anda sangat memperhatikan rakyat. Anda juga begitu ingin sang rakyat untuk bisa jadi pemenang, ketika mereka hanya menjadi penonton bahkan korban salah urus negara. Dengan cuitan ini bapak juga nampaknya ingin rakyat saat ini menjadi tidak lemah, ketika bagi kebanyakan atau seluruh rakyat pada posisi yang rentan tanpa kapasitas apa apa melawan para pemimpin negara dan politisi busuk untuk mendapatkan hak hak mereka. Bagi bapak, kelemahan rakyat sudah sedemikian rupa sehingga ada pada posisi menyerah dan hampir mustahil diperbaiki.

Pak SBY yang baik, kendati saya tidak pernah memilih bapak dalam dua kali pilpres, saya menjadi prihatin atas keprihatinan bapak ini. Rakyat yang demikian pada saat ini pastilah pernah jadi rakyat anda juga. Mereka adalah ratusan juta penduduk Nusantara yang paling tidak "menikmati" 10 tahun berbagai kebijakan yang bapak bagi mereka secara langsung maupun tidak. Langgam birokrasi pusat dan daerah yang bapak pimpin selama kurun waktu itu membuat dampak.yang tidak sedikit bagi keberadaan rakyat saat ini. Kami rakyat Indonesia baik ataupun buruk, sudah mayoritas manut terhadap apapun yang ditelorkan dari istana, eh maaf Cikeas, dengan sedikit riak riak penolakan yang tidak pernah sampai kepada inisiatif makar rakyat. Kami setia menunggu selama 10 tahun menantikan harapan perbaikan dengan bersifat khusnudzon.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Namun, apakah bapak tidak berpikir panjang ketika setelah 3650 hari kekuasaan bapak kemudian menganggap kami pada posisi yang kalah? Maaf pak, kondisi ini bukanlah situasi yang "stand alone" tanpa ada konteks rentang waktu yang menghasilkan "outcome" seperti sinyalemen bapak ini. Wah maaf saya ikutan menggunakan istilah bahasa Inggris seperti bapak, bukan untuk keren- kerenan, tapi memang sudah terbiasa dengan gaya kepemimpinan bapak yang selama 10 tahun memenuhi ruang publik. Nah ketidak sendirian dalam konteks waktu inilah yang menjadikan rakyat seperti bapak katakan adalah produk keluaran yang tidak terpisah dari berbagai kebijakan sebelumnya bukan?

Rakyat memang sulit untuk menang pak. Ketika korupsi merajalela memiskinkan rakyat, pasti.sangatlah membuat rakyat tidak bisa memiliki apa apa ketika dengan gagahnya para tikus tikus yang adalah politisi dan birokrat busuk menggerus semua kapasitas rakyat untuk kekuasaan pribadi atau kelompok. Dan sudah tentu bantuan langsung tunai bukanlah solusi untuk memperbaiki, karena dalam konsep keberlanjutan pembangunan, rakyat bukanlah obyek karitatif pemerintah, tetapi mitra aktif pemberdayaan partisipatoris berbagai program pembangunan. Selain korupsi yang membuat kami susah menang adalah juga berbagai tindakan kolusi dan nepotisme yang walapun sulit dibuktikan secara hukum namun dirasakan di hampir semua lini pelayanan publik. Karena KKN inilah rakyat harus menanggung ekonomi biaya tinggi dan susah untuk menang.

Oh iya pak, ada kisah kekalahan rakyat yang membuat kami melongo tak berdaya dengan drama mega korupsi Century dan Hambalang. Dua hal itu yang ada di "top of mind" kebanyakan dari kami perihal korupsi yang bukan hanya membuat rakyat kalah, tapi sengsara yang melengkapinya sebagai pecundang. Di lain pihak juga banyak teman teman baik bapak di partai dan menteri pilihan yang tersandung korupsi korupsi lain. Ironis memang ketika petinggi partai berlambang Mercy harus memakai jaket oranye dan masuk hotel prodeo. Padahal komitmen eh maaf janji manis LANJUTKAN bapak adalh anti korupsi. Sungguh sebuah pertunjukkan yang memberikan "fait acompli" bahwa rakyat harus kalah dan para pemenang adalah mereka yang memiliki kuasa dan uang, kalaupun itu dari uang rakyat yang haram.

 
Kami memang kembali lemah dan kalah ketika terjadi kekerasan terhadap mereka yang berbeda dan negara tidak hadir. Perihal perbedaan keyakinan yang sangat hakiki pada jaman bapak, tidak diselesaikan dengan baik dan menjadi bibit intoleransi yang terus membesar sampai saat ini. Ketika pak Beye berkuasa dan bisa menyelesaikan pelemahan dan penyengsaraan sebagian rakyat, yang terjadi justru adalah pembiaran. Sebagai rohaniwan Kristen saya memang bisa baper melihat bagaimana gedung gereja GKI Yasmin dan HKBP Filadelfia yang dibiarkan terkatung serta banyak yang lain mengalami hal yang sama. Tapi hal yang sama terjadi juga dengan Warga Negara Indonesia lain seperti Ahmadiyah, Syiah dan aliran aliran kepercayaan. Bukannya ditindak secara hukum, pengrusakan yang terjadi malah didiamkan tanpa pernah tahu kapan akan ada penyelesaian. Lagi lagi rakyat kalah dan lemah di masa masa itu pak. Lemah sekali dan tidak lagi memiliki pengayom yang harusnya bisa didapat dari kepemimpinan bapak.

Nah, waktu membaca cuitan bapak saya tersentak dan otomatis terulang kembali gambar hidup peristiwa peristiwa pelemahan rakyat yang pernah ada. Aneh memang, kalau keprihatinan itu bapak sampaikan saat ini setelah berbagai klaim keberhasilan sudah bapak paparkan kepada kami. Juga sangat menyedihkan bila kemudian hal itu dihubungkan dengan pertanyaan "Negara kok jadi begini." Wah, apakah memang saat ini sudah semikian buruk, seandainya fundamental kebangsaan yang kuat sudah bapak investasikan selama masa masa indah kekuasaan bapak. Apalagi bila dihubungkan dengan pedihnya hati anda menghadapi juru fitnah dan penyebar hoax. Pak, kendati medsos belum semarak sekarang, ada kerap terjadi pembunuhan karakter ketika ada pribadi pribadi yang merasa terancam. Bukan saja peristiwa CICAK BUAYA, tetapi KPK sering jadi sasaran tembak selain pribadi pribadi berintegritas baik di negara ini yang harus tersingkir karena fitnah dan hoax. Saya jadi tambah prihatin pak.

Oleh karenanya cuitan bapak kendati ada kebenaran untuk produk kepemimpinan bapak pada masanya, juga diharap bisa menolong untuk evaluasi diri siapapun tidak terkecuali. Namun kalau itu dilakukan untuk kepentingan politik pemenangan ananda tercinta maka akan salah arah dan malah akan jadi bumerang. Tetiba rakyat Jakarta akan diingatkan akan sentimen sentimen kelemahan dan kekalahan rakyat di masa pemerintahan anda yang sangat mungkin akan kotra-produktif untuk paslon dukungan bapak. Rasanya tidak perlu kuatir berlebih pak, saat ini rakyat sudah semakin menguat dan sudah tidak akan lagi mau dikalahkan oleh pemerintahan apapun yang melemahkan kami. Biarkan pilihan pilihan cerdas memberi warna dalam pilihan politik rakyat tanpa ikutan memperkeruh suasana. Kami sudah mulai bisa tahu siapa yang baik dan tidak korup, kendati ada hoax dan fitnah yang mengepung. Sayangi Indonesia kita bersama pak Mantan Presiden, jadikan rakyat kuat dan berani memilih untuk kebenaran. Itu harapan yang masih tersisa kendati masa anda sudah lewat, tapi yakinilah masih bisa anda lakukan dengan apik dan elegan.

Satu hal yang pasti pak, Rakyat bukan hanya semakin kuat sekarang ini, tetapi juga rakyat sudah menjadi pemenang. Dalam Pilpres lalu, rakyat sudah 100% memilih tokoh tokoh di luar apa yang anda inginkan. Pastinya figur Prabowo dan Jokowi adalah putra putri terbaik bangsa yang bisa mengalahkan jago jago dari Partai anda ataupun pilihan anda. Sangat disayangkan memang selama dua periode berkuasa, kaderisasi anda tidak berbekas dan tidak laku jual untuk melanjutkan kejayaan anda. Maaf, kami tidak kalah, kami sudah menang. Kemenangan inilah yang kami harap dan perjuangkan sehingga ke depan tidak ada lagi pemimpin negeri ini yang menang karena melemahkan rakyatnya bagi sebuah kekuasaan. Untuk Indonesia yang baik, mari pak kita LANJUTKAN optimisme dan perilaku politik santun dan bermartabat, supaya bisa hadir nilai nilai NASIONALIS dan RELIJIUS yang sesungguhnya.

Saya yang masih berharap baik dan sabar menantikan kenegarawanan sejati bapak,

Victor Rembeth/ Rohaniwan Kristen

Ikuti tulisan menarik Victor Rembeth lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler