x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Tim Anda Kurang Bertenaga, Apa yang Keliru?

Penghargaan yang tidak tepat justru akan menurunkan motivasi karyawan.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Seorang manajer senior bercerita bahwa upayanya untuk membangun sinergi antara perusahaannya dan perusahaan lain, seperti ditugaskan jajaran direksi, tidak didukung penuh oleh sebagian manajer penjualan. Sebagai orang yang tidak mau berprasangka buruk, ia berusaha mencari tahu penyebabnya.

Usut punya usut, kerjasama itu merugikan performansi para manajer penjualan di hadapan direksi. Salah satu bentuk sinergi itu ialah saling memanfaatkan sumber daya masing-masing perusahaan. Agar sinergis, tarif diberlakukan khusus alias disepakati lebih rendah dari harga pasar. Siapa sangka, di akhir tahun manajer penjualan dinilai kurang berprestasi karena nilai penjualan produk menurun.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kini, sebabnya menjadi jelas, kata manajer senior ini, bahwa sistem penilaian kinerja yang digunakan perusahaan belum terintegrasi. Seharusnya, para manajer itu juga dinilai kontribusinya terhadap realisasi sinergi, yang manfaatnya akan dirasakan perusahaan dalam jangka panjang. Jadi, penilaian prestasi seharusnya didasarkan bukan semata-mata pada penjualan tahun itu yang bila dilihat dari angkanya saja terlihat turun.

Rupanya, itulah yang membikin sebagian manajer kurang termotivasi untuk mendukung upaya sinergi. Sistem penilaian kerja justru kerap menjadi penyebab utama menurunnya motivasi karyawan. Mereka melihat ada ketidakadilan dalam sistem penilaian karena kontribusi mereka terhadap perusahaan tidak tertampung dalam sistem tersebut.

Adakah cara untuk mengatasi persoalan ini? Beberapa ahli manajemen memberi saran pada para manajer untuk melihat tiga hubungan yang saling terkait. Manakala ketiga hubungan ini seluruhnya kuat, karyawan akan cenderung termotivasi untuk memberi kontribusi terbaik. Apabila salah satu saja hubungan ini lemah, motivasi karyawan cenderung berkurang.

Pertama, apakah karyawan meyakini jika mereka berusaha secara maksimum, usaha itu akan diakui dalam penilaian kerja mereka? Bila karyawan tidak meyakini hal itu, mereka cenderung kurang termotivasi. “Untuk apa capek-capek kerja jika tidak berpengaruh pada penilaian?” kata mereka umumnya.

Situasinya menjadi lebih buruk bila penilaian lebih dipengaruhi oleh faktor-faktor non-kinerja, seperti loyalitas pada atasan dan favoritisme. Karyawan yang mempersepsikan dirinya tidak disukai oleh bos akan cenderung malas memberikan kontribusi terbaiknya kepada perusahaan.

Kedua, apakah karyawan meyakini jika mereka memperoleh penilaian kinerja yang bagus, hal itu akan mendatangkan penghargaan dari perusahaan? Bonus, misalnya, atau kenaikan jenjang kepangkatan, yang berarti gaji naik? Atau penunjukan menjadi pimpinan proyek tertentu, yang berarti peluang belajar memimpin tim lintas bidang.

Bila mereka melihat senioritas lebih berperan ketimbang prestasi kerja, karyawan akan cenderung kurang termotivasi. Bila penghargaan lebih didasarkan atas pertimbangan lain, karyawan akan ter-demotivasi.

Ketiga, jikalau perusahaan ternyata memberi penghargaan, apakah karyawan merasa bahwa jenis penghargaan itu yang ia inginkan? Ada karyawan yang memperoleh penghargaan atas kinerjanya yang bagus. Ia memang memperoleh bonus yang terbilang cukup besar, tapi sebenarnya ia menginginkan promosi.

Dengan prestasi bagus, karyawan mungkin berharap akan memperoleh tugas baru yang lebih menarik dan menantang, sebab inilah cara untuk mengasah kemampuannya. Sayangnya, ia hanya mendapat kata-kata pujian. Sungguh tidak tepat apabila mengasumsikan bahwa semua karyawan atau manajer menginginkan penghargaan serupa. Karena itu, penting untuk memperhatikan efek motivasional dari pemberi penghargaan dengan memperhatikan individu penerimanya.

Jadi, perhatian yang serius terhadap koneksitas ketiga hal tadi niscaya akan membantu para manajer (maupun manajer senior) dalam meningkatkan motivasi anggota timnya. Salah satu saja di antara ketiga keyakinan tersebut lemah, karyawan akan cenderung ‘kurang berenergi’. (Sumber ilustrasi: strategies.com) **

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terkini

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB