x

Iklan

firdaus cahyadi

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Surat Terbuka untuk Walikota Bogor Bima Arya

Pak Bima Arya, sudahlah...jangan lakukan bunuh diri ekologi di Kota Bogor.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Saat ini pembangunan jalan tol Bogor Outer Ring Road sedang dimulai. Pohon-pohon di taman jalur hijau pun mulai ditebangi. Jalur hijau di sepanjang jalan Sholeh Iskandar itu pun kini hancur berantakan.

Dalam sepanduknya, perusahaan pemrakarsa pembangunan jalan tol tertulis bahwa pohon yang ditebang akan diganti secara berlipat dan direlokasi. Dan itu kemudian diamini oleh Walikota Bogor Bima Arya. Seperti ditulis di sebuah media online, Bima Arya sang Walikota Bogor mengatakan bahwa Pemkot Bogor siap melakukan relokasi pohon-pohon yang ditebang ke lokasi lain.

Pak Bima Arya, relokasi pohon dengan jumlah berlipat tidak akan bisa mengembalikan fungsi ekologis dari jalur hijau di sepanjang jalan Sholeh Iskandar.  Relokasi pohon menjadi tidak relevan bila dijadikan pembenaran atas penghancuran jalur hijau di kawasan itu.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pak Bima Arya, jika kemudian pohon-pohon di jalur hijau direlokasi, tetap saja akan mengorbankan hak warga yang tinggal dan berjalan di sepanjang Jalan Sholeh Iskandar Bogor untuk menikmati lingkungan hidup yang sehat. Pohon-pohon di jalur hijau sepanjang jalan Sholeh Iskandar yang semula dapat menahan polusi dan menyerap air hujan kini sudah tidak ada lagi. Artinya, orang-orang yang tinggal dan lewat di sepanjang jalan Sholeh Iskandar pun kehilangan hak atas lingkungannya. Bahkan mereka juga semakin rentan menjadi korban bencana ekologi.

Bencana ekologi, kok bisa? Lebay ah..

Ya mungkin Pak Bima Arya dan para pendukung pembangunan Bogor Outer Ring Road akan mengatakan lebay bila mengkaitkan pembangunan jalan tol itu akan memicu bencana ekologi. Padahal itu tidak lebay. Itu berdasarkan fakta empiris di lapangan dan pengalaman di berbagai daerah terkait pembangunan jalan tol.

Pak Bima Arya, sekali-kali berjalan-jalanlah di sepanjang Jalan Sholeh Iskandar Kota Bogor, saat terjadi hujan lebat. Jika itu Bapak lakukan, Bapak akan menemukan kenyataan bahwa sepanjang Jalan Sholeh Iskandar seperti berubah menjadi sungai. Air tertumpah di jalan. Beberapa kendaraan bermotor pun mogok. Hanya itu? Tidak.

Bergeserlah terus hingga ke Perumahan Tamansari Persada, Bogor. Di perumahan itu hampir selalu terjadi banjir jika turun hujan lebat. Penyebabnya, sistem drainase tidak menampung lagi banyaknya volume air kiriman dari air di sepanjang jalan Sholeh Iskandar.

Lantas, apa hubungannya dengan pembangunan jalan tol Bogor Outer Ring Road? Itu mungkin pertanyaan yang akan Bapak dan para pendukung pembangunan Jalan Tol Bogor Outer Ring Road ajukan.

Pak Bima Arya, semua kejadian banjir di sepanjang jalan Sholeh Iskandar dan perumahan Tamansari Persada pada setiap kali hujan lebat turun itu terjadi sebelum ada jalan tol Bogor Outer Ring Road. Nanti setelah jalan tol itu jadi, seiring dengan dihilangkannya jalur hijau di sepanjang jalan oleh proyek tol, akan memperbesar air larian/run off di sepanjang jalan Sholeh Iskandar. Apa itu artinya? Artinya, banjir akan semakin rentan terjadi di sepanjang jalan Sholeh Iskandar dan perumahan Tamansari Persada Bogor. Siapa yang akan bertanggungjawab atas bencana ekologi itu Pak? Bapak atau perusahaan pemrakarsa proyek tol itu yang mau bertanggung jawab?

Pak Bima Arya, bukan hanya banjir. Pengalaman di berbagai negara dan juga kota Jakarta, setiap pembangunan jalan baru akan merangsang orang untuk menggunakan kendaraan bermotor pribadinya.

 Sebuah penelitian yang dilakukan di California Amerika Serikat menunjukkan bahwa setiap 1% penambahan panjang jalan dalam setiap satu mil jalur akan menghasilkan peningkatan kendaraan bermotor sebesar 0,9% dalam waktu lima tahun (Hanson, 1995)

 

Di Mumbai, India misalnya, ketika panjang jalan diperpanjang dua kali lipat antara tahun 1951 and 2007, jumlah kendaraan bertambah 43 kali. Sebuah studi di University of California di Berkeley antara 1973 dan 1990 didapatkan bahwa untuk setiap 10% penaikkan kapasitas jalan raya (termasuk jalan tol), lalu lintas juga naik sekitar 9% dalam waktu 4 tahun. (1 Carol Jouzatis. “39 Million People Work, Live Outside City Centers.” USA Today, November 4, 1997: 1A-2A).Studi kelayakan pembangunan jalan tol dalam kota Jakarta (PT. Pembangunan Jaya, Mei 2005) justru menyatakan bahwa setiap pertambahan jalan sepanjang 1 km di Jakarta akan selalu dibarengi dengan pertambahan kendaraan sebanyak 1923 mobil pribadi.

Nah, hal itu juga pasti akan terjadi di kota Bogor dengan pembangunan jalan tol Bogor Outer Ring Road. Apa itu artinya, Kota Bogor, utamanya sepanjang jalan Sholeh Iskandar akan semakin macet. Dan seiring dengan kemacetan yang semakin parah itu, emisi gas beracun knalpot-knalpot mobil pribadi milik orang-orang kaya itu, akan mencemari udara kota. Apakah Bapak atau pemrakarsa proyek Jalan Tol Bogor Outer Ring Road akan mau bertangungjawab atas meningkatnya biaya kesehatan warga kota Bogor akibat polusi udara?

Pak Bima Arya, sudahlah...jangan lakukan bunuh diri ekologi di Kota Bogor.

Ikuti tulisan menarik firdaus cahyadi lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB

Terkini

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB