x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Momentumnya Anak Muda Digital

Karakteristik ekosistem digital cocok dengan kecenderungan kreatif anak muda sekarang.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Di arena bisnis kreatif digital, anak Indonesia semakin berkibar. Mulai dari peranti lunak aplikasi untuk mobile phone, game, video grafis, animasi, hingga online store; anak Indonesia menunjukkan pertumbuhan positf. Karya-karya mereka kreatif dan, yang juga penting, layak jual secara ekonomi.

Dorongan agar pegiat kreativitas digital semakin eksploratif semakin diperlukan. Salah satunya ialah dengan mengembangkan ekosistem digital yang bisa menjadi lingkungan hidup yang nyaman bagi mereka. Beberapa upaya sudah dilakukan, seperti membuat ajang kompetisi bagi digital start-up. Beberapa perusahaan juga menyediakan wahan inkubasi bisnis digital. Investor juga semakin berminat menanam modal di digital start-up.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Agar semua itu bermanfaat secara optimal, pendekatan ekosistem layak diterapkan. Seperti halnya ekosistem biologi, ekosistem bisnis digital ditopang oleh beragam ‘organisme’ yang hidup di dalamnya. Organisme adalah anggota komunitas bisnis yang menghasilkan barang dan jasa. Misalnya saja, dalam ekosistem bisnis kesehatan terdapat dokter, apoteker, rumah sakit, klinik, perusahaan farmasi, perawat, produsen peralatan medis, dan banyak lagi. Mereka saling berinteraksi tak ubahnya jejaring.

Secara umum, organisme yang menjadi anggota ekosistem bisnis mencakup para pemasok, produsen, kompetitor, dan stakeholder lainnya. Secara bersama-sama, mereka mengembangkan kapabilitas dan peran mereka. Dengan memanfaatkan apa yang dihasilkan di dalam ekosistem, masing-masing organisme tumbuh. Mereka berkompetisi secara sehat, bukan saling mematikan sebab pada dasarnya mereka saling membutuhkan.

Setiap ‘organisme’ (perusahaan maupun individu) dalam ekosistem mengambil manfaat melalui relasi dan kerjasama dengan pemasoknya, pelanggannya, bahkan dengan kompetitornya. Sesama kompetitor juga saling memerlukan. Misalnya ketika mereka dihadapkan pada regulasi yang berkaitan dengan bisnis mereka; jika regulasi itu dipandang tidak menguntungkan, sesama kompetitor dapat bersatu untuk menentang regulasi itu.

Dalam upaya meraih keberhasilan, organisme yang hidup di dalam suatu ekosistem bisnis saling bergantung. Pandangan ini berbeda dengan pemikiran konvensional yang memandang perusahaan lain semata sebagai rival, saling bertempur untuk memperebutkan dominasi dan keuntungan.

Dalam konteks mengembangkan bisnis kreatif digital, pengembangan ekosistemnya sangat diperlukan. Mengapa? Sebab ada sejumlah karakteristik yang sangat mendukung pengembangannya.

Pertama, watak kolaboratif. Melalui jejaring dan kolaborasi, perusahaan berbagi pengetahuan, keahlian, dan sumber daya untuk tumbuh bersama. Mereka berkompetisi secara sehat, bukan menonjolkan rivalitas yang berujung pada kematian. Bila sebuah perusahaan anggota ekosistem ambruk, ini dapat berakibat buruk terhadap ekosistem. Misalnya, jika sebuah perusahaan pemasok suku cadang merugi besar karena sesuatu hal, maka perusahaan yang memanfaatkan suku cadangnya akan kelabakan mencari pengganti yang sesuai.

Kedua, terbuka dan transparan. Ekosistem didasarkan atas prinsip keterbukaan (open knowledge) dan transparansi. Tidak ada organisasi tunggal yang bisa mendominasi atau mengendalikan suatu ekosistem. Dominasi tunggal hanya menjadikan ekosistem bisnis tidak sehat. Konsumen tidak memiliki pilihan-pilihan. Pelaku bisnis memerlukan kompetitor agar ia terpacu untuk berkembang.

Ketiga, self-organizing. Ekosistem bisnis digital memungkinkan penggunanya (khususnya bisnis berskala kecil) untuk berinteraksi satu sama lain dengan cara-cara yang lebih efektif dan efisien. Melalui kerja kreatif yang terus-menerus, perusahaan akan menyesuaikan diri dengan perkembangan ekosistem, termasuk kebutuhan konsumen yang selalu tumbuh maupun cara transaksi yang semakin maju.

Keempat, jejaring dinamis. Struktur bisnis tidak lagi monolitik, besar, dan vertikal. Interaksi di antara ‘organisme’ di dalam ekosistem bisnis membentuk jejaring. Gagasan-gagasan bisnis baru berkembang berkat interaksi antar ‘organisme’ ini. Mereka akan saling merespons kebutuhan konsumen. Dalam format jejaring, bila terjadi masalah pada satu titik jaringan, titik-titik lain masih bisa saling menopang.

Bila karakteristik ini terpenuhi oleh ekosistem kreatif digital di Indonesia, niscaya pertumbuhan ekonomi kreatif digital akan pesat. Akan semakin banyak anak muda yang mampu menghasilkan aplikasi sejenis PicMix yang diminati oleh puluhan juta pengguna dari berbagai belahan dunia. (Sumber foto: tempo.co) ***

 

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terkini

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB