x

Pegawai Kementrian Agama Kantor Wilayah Provinsi Yogyakarta membersihkan tempat ibadah Klenteng Fuk Ling Miau, Yogyakarta, 3 Januari 2017. TEMPO/Pius Erlangga

Iklan

Pakde Djoko

Seni Budaya, ruang baca, Essay, buku
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Sang Rohaniwan: Tidak Beriman Itu Komunis!

Badai:”Terserah kau menamai apa, tugas badai adalah membuat kenyamanan manusia terusik. “

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Di negeri ini  komunis sedang dikipas-kipas untuk bangkit berdiri lagi, apakah ada orang yang kangen dengannya?dari bisik-bisik angin yang berembus saya mendengar Lesus dan badai sedang berdialog. Ulama, pastor, pendeta, gelisah dengan  isu yang merebak tersebut. Berikut dialog yang sempat kudengar, gosip tentang peran rohaniwan.

Badai: “Hei sus apa kabar denganmu, sukseskah kamu memporak-porandakan rumah-rumah di negara ini?”

Lesus: “Terlalu mudah, untuk merobohkan rumah-rumah di sini, Bad. Lihat saja merek mendirikan rumah tanpa pondasi yang kuat, asal yang penting bisa berdiri. Mereka sih rata-rata tidak mengindahkan kekuatan bangunan, asal kelihatan mewah dan bisa menjadi kebanggaan keluarga bahwa mereka sudah punya rumah. Seperti negara ini yang hanya melihat baik buruk dari permukaan saja. Bahkan lebih percaya pada suara-suara lantang yang menggema hampir tiap hari di layar kaca. Kau bagaimana Bad, adakah masalah yang kau temui.”

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Badai:” Sama, tidak ada kesulitan aku di sini malah aku lebih sering sibuk sendiri. Sepanjang hari selalui kutiupkan badai masalah karena orang-orang di sini memang suka bergunjing dan membuat masalah sendiri.”

Lesus:”Maksudmu apa Bad?”

Badai: “Aku pikir rohaniwan di sini yang seharusnya menjadi penenang umatnya agar tidak gaduh dan tenang menghadapi isu-isu yang berkembang, e... malah memihak. Rohaniwan yang seharusnya bisa meluruskan jalan bagi pemikiran-pemikiran sesat umatnya malah ikut arus dan terjebak dalam ku-kubuan, ada like and dislike. Dan Mereka amat nyaman dengan pencitraan bahwa rohaniwan tidak pernah salah dan tidak mau disalahkan. Bahkan mereka boleh kok membuat fatwa bahwa seseorang salah dan menistakan hanya karena  afiliasi politik, perkoncoan, sepaham , se keyakinan dan lebih menyukai pemimpin seburuk apapun yang penting satu ideologi.

Lesus; “Kalau aku sih tidak datang untuk masuk dalam ranah politik, peranku murni hanya sebagai pengingat pada manusia untuk waspada. Bencana itu sebagai pengingat bahwa harta benda, kekayaan, kepandaian,tidak ada artinya jika sudah berhadapan dengan bencana alam.”

Badai:”Mulanya aku memang begitu, tapi aku terseret dalam arus politik praktis. Kadang lebih asyik, sebab manusia goblok itu lebih mudah diadu domba. Dan akhirnya mereka berperang sendiri dengan sesama saudara. Lucu!”

Lesus: “Jadi kau sekarang menjadi provokator ya.”

Badai:”Terserah kau menamai apa, tugas badai adalah membuat kenyamanan manusia terusik. “

Lesus:”Tadi kau bicara tentang rohaniwan, boleh tahu dari agama apa?”

Badai:”Bicara rohaniwan tentu bicara tentang baik dan buruk, ajaran yang baik dan sesat. Tapi menurut aku jika Si rohaniwan itu sudah mencampuradukkan kepentingan iman dan politik berarti Rohaniwan itu sudah tidak benar.”

Lesus:”Benarkah banyak rohaniwan berdiri tidak sesuai fungsinya sebagai penjaga netralitas, penjaga moral manusia untuk tidak berbuat dosa, melakukan pembedaan pada orang perorang hanya karena beda keyakinan.”

Badai: “Namanya masih manusia Mas Brow, jika mereka masih memikirkan dunia, mau tidak mau meskipun punya pengetahuan agama amat tinggi jika masih memiliki kepentingan tetap saja bisa terjebak dalam pemikiran pendek untuk menangguk untung dari situasi kisruh itu.”

Lesus:”Siapakah mereka”

Badai:”Tidak usah menunjuk terlalu sensitif untuk mengatakan secara jujur, yang jelas jika Rohaniwan masih lebih mementingkan perut dan kedudukan aku tidak menjamin Rohaniwan itu benar-benar meresapi perannya sebagai penjaga moral. Bisa saja dia sendiri moralnya sudah jebol karena tarik menarik kepentingan.”

Lesus:”Jadi Rohaniwan bisa saja salah.”

Badai:”Sekali lagi aku katakan namanya masih manusia. Manusia itu sumbernya dosa. Begitu juga badai datang karena manusia sendiri yang menyemainya.”

Lesus:”Kenapa masih banyak orang membela”Sang Rohaniwan”  ,malah menggerakkan massa untuk menjaga rohaniwan, meskipun rohaniwan bisa saja salah?”

Badai:” Nah itu masalahnya kadang di negara ini apapun perkataan Rohaniwan itu seperti amanat kitab suci yang harus ditaati. Padahal sekali lagi manusia masih bisa salah.Logika kadang disisihkan hanya untuk membela sang patron. Kalau patron selingkuh atau menistakan orang lain tetap saja dibela mati-matian.

Lesus:”Siapakah Rohaniwan itu?”

Badai:”Tidak usah dijawab, barangkali ini akan menjadi perkara sensitif. Aku tidak akan menjelaskan rinci. Jika mengatakan langsung dikira malah menyebarkan berita bohong. Sebutlah anynomuslah yang mengembuskan isu itu.

Lesus:”Menurutmu bagaimana seharusnya Rohaniwan yang baik”

Badai:”Rohaniwan itu menurutku berdiri dalam posisi netral tidak memihak. Dia hanya bicara masalah baik buruk, mengingatkan siapapun mau Presiden, mantan Presiden, politisi masyarakat, jemaat, umat maupun jemaahnya untuk menjauhkan diri dari perilaku korupsi, tidak jujur ,menjauhi dosa, kalau tidak akan terjadi badai jika rohaniwan ikut campurtangan urusan politik.”

Lesus:”Sepertinya kau cocok menggantikan peran menjadi Rohaniwan.”

Badai:”Hahaha…aku khan tidak mempunyai agama…namanya saja badai…”

Lesus:”Berarti kau komunis dong….kata Rohaniwan Tidak beriman itu komunis!"

Badai:”Memang masih ada komunis sekarang?jangan jangan hanya isu yang dihembuskan selama pergelaran Pilkada serentak saat ini.”

Lesus:”Ada…kata orang-orang masih ada…!”

Badai:”Yah…okelah saya tunggu sampai lebaran kuda…buktikan  bahwa komunis masih tumbuh subur di negeri  ini..!”

Lesus:”….”

 Maaf ini hanya percakapan imajiner, yang kudengar saat rintik hujan dan dingin menyergap hingga membuat tubuhku menggigil. Aku ingin menyesap minuman yang hangat serta mie rebus panas. Sudah ya... Salam damai.

Jakarta, 3 Februari 2017

 

 

Ikuti tulisan menarik Pakde Djoko lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler