x

Sejumlah awak media saat mengikuti hasil survei Lingkaran Survei Indonesia, di Jakarta, 20 Desember 2016. Hasil survei LSI memprediksi, Pilkada DKI Jakarta akan berlangsung dua putaran karena belum ada calon gubernur dan calon wakil gubernur DKI Jaka

Iklan

Hossy Juntak

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Ingat, 15 Februari 2017 Bukan Pilkada Jakarta Saja

Daripada sibuk mengomentari visi misi kandidat kepala daerah lain, mending kita banyak-banyak cari tahu sosok kandidat kepala daerah di daerah kita.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Percakapan dengan ibu saya beberapa jam menjelang debat kedua Pilkada DKI Jakarta.

“Mamak lagi ngapain?”

“Ini lagi nonton berita. Eh kek (kayak) mana menurutmu, masih bisanya si Ahok jadi gubernur?”

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dengan setengah hati saya menjawab, “Yah Mak manalah aku tahu, aku udah ga ngeliput berita kayak gitu lagi. Mamak ini lho sibuk aja ngurusin urusan orang Jakarta. Emang Mamak udah tahu siapa calon bupati di Tebo?”

“Ya tahulah, tapi Mamak masih belum tahu mau milih siapa.” Lalu saya pun segera mengalihkan pembicaraan.

Ibu saya yang tinggal di Kabupaten Tebo, Jambi ternyata lebih antusias mengikuti jalannya Pilkada DKI Jakarta dibandingkan Pilkada di kampungnya. Hampir di setiap momen percakapan via telepon dengan Ibu saya selalu ada pertanyaan mengenai kampanye atau sepak terjang salah satu dari tiga kandidat gubernur Jakarta. Berulang kali saya tegaskan ke ibu saya bahwa saya sudah tidak lagi meliput isu politik dan hukum. Saya tidak bisa mengatur-ngatur orang tua saya untuk tidak menonton ini dan itu. Dan tidak bisa pula memaksa mereka untuk membaca koran lokal. Kenyataanya televisi swasta (nasional) terus menayangkan berita Pilkada DKI Jakarta. Bahkan tak jarang menjadikannya sebagai berita utama dan itu menjadi konsumsi orang tua saya dan mungkin banyak orang tua lainnya di luar sana yang sudah tak lagi bekerja. Seringnya mereka menghabiskan waktu dengan menonton televisi. Tambahan lagi, ada tiga stasiun televisi yang menayangkan secara langsung debat Pilkada DKI dan semua tahu acara debat itu tayang di jam prime time. Walhasil, banyak mata di Indonesia tertuju ke tayangan tersebut.

Tak jauh berbeda dengan percakapan saya dengan Ibu saya, di dunia media sosial pun riuh dengan Pilkada DKI, tagar debat Pilkada DKI dan meme para kandidat gubernur mendominasi jagat maya. Saban hari portal berita online yang saya dan banyak orang ikuti terus membagikan berita seputar tiga kandidat gubernur Jakarta dan persoalan yang membelit mereka. Teman-teman saya yang saya tahu pasti bukan warga DKI Jakarta pun tak ketinggalan menulis status atau membagikan berita yang berkaitan dengan Pilkada DKI. Pilkada DKI benar-benar terasa seperti Pemilihan Presiden. Semua orang merasa perlu bersuara.

Padahal Pilkada serentak pada 15 Februari 2017 bukan hanya DKI Jakarta saja. Masih ada 100 daerah (7 provinsi, 76 kabupaten, 18 kota) yang juga turut serta. Bisa jadi sebagian dari kita lupa karena terlalu asyik menyimak plus minus kandidat gubernur Jakarta, seperti Ibu saya.  Daripada sibuk mengomentari visi misi kandidat kepala daerah lain, mending kita banyak-banyak cari tahu sosok kandidat kepala daerah di daerah kita. Sudah bebas korupsikah? Berpotensi menciptakan dinasti politik atau tidak? Jangan sampai kecolongan seperti Provinsi Riau. Tiga gubernurnya berturut-turut terjerat kasus korupsi dan nepotisme. Tentunya ini jadi pelajaran buat kita untuk lebih selektif memilih kepala daerah. Mengingatkan sanak saudara untuk tidak terpengaruh iming-iming uang atau materi dan jabatan dari kandidat kepala daerah. (link berita: https://m.tempo.co/read/news/2014/09/26/078609868/musibah-besar-3-gubernur-riau-berakhir-di-kpk). Buat warga non-DKI, alihkan perhatian pada calon kepala daerah di tempat kita tinggal. Kelangsungan daerah ada di tangan kita sebagai warga bukan kepala daerah DKI Jakarta.

Ya, tak bisa disangkal tiga kandidat gubernur Jakarta benar-benar menyedot perhatian banyak orang. Ada anak mantan presiden, sosok kontroversial, dan mantan menteri. Jadilah mereka mendominasi pemberitaan di media arus utama berita online. Saya coba perhatika tiga portal berita online yang memiliki banyak pengikut atau pembaca. Portal berita Detik.com bahkan memiliki kolom khusus untuk Pilkada DKI. Kompas.com dan Tempo.co memiliki kolom untuk Pilkada 2017, sayangnya berita Pilkada di daerah lain sangat minim. Provinsi Aceh yang menggelar pilkada paling banyak pada 15 Februari nanti pun masih kalah tenar dibanding Pilkada DKI.  

Sangat disayangkan ketika media arus utama memusatkan pemberitaannya di kota-kota besar saja. Saya yakin kampanye dan debat calon kepala daerah di 100 daerah lainnya di Indonesia tidak kalah menarik untuk diliput (tak haruslah siaran langsung) dan diketahui masyarakat luas. Agar kita semua sama-sama tahu bahwa Indonesia bukan Jakarta saja.  

Sekedar tambahan informasi saja, kandidat bupati di kampung saya Kabupaten Tebo, Jambi ada dua, yakni  Hamdi-Harmai dan Sukandar-Sahlan. Selamat memilih pada 15 Februari nanti! Salam senyum lima jari.

Ikuti tulisan menarik Hossy Juntak lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler