x

Iklan

Putu Suasta

Politisi Demokrat
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Agus-Sylvi dalam Agenda Reformasi

Pasangan Agus-Sylvi menekankan pentingnya untuk membangun jiwa dan roh sebuah kota

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Menyimak pidato politik SBY yang disampaikan kemarin, saya tertarik untuk memahami kembali kiprah Agus-Sylvi dan progam-program mereka dalam Pilkada DKI sehubungan dengan kontinuitas agenda Reformasi.

SBY adalah presiden yang menjabat paling lama di era Reformasi. Maka tak bisa dipungkiri, SBY memiliki peran paling besar dan paling penting dalam berbagai pencapaian bangsa ini sejak era Reformasi. Ada banyak indikator yang dapat diajukan untuk menunjukkan bahwa kita telah bergerak jauh ke arah yang lebih baik sebagai bangsa dan negara sejak babak Reformasi dimulai. Tapi, mesti juga diakui bahwa masih banyak agenda yang belum tuntas seperti pemerataan kesejahteraan dan beberapa agenda lain.

Pidato SBY kemarin menyiratkan adanya keinginan besar untuk memastikan bahwa agenda-agenda yang belum tuntas tersebut mendapat perhatian serius dari pemerintah agar kemajuan di bidang pembangunan benar-benar dapat dinikmati seluruh warga negara ini. Dalam kaitan ini, DKI Jakarta berperan penting baik sebagai role model maupun sebagai pusat kendali kehidupan ekonomi-politik negeri ini. Kegagalan pembangunan DKI Jakarta akan menjadi kegagalan seluruh Indonesia dan, sebaliknya, keberhasilan pembangunan DKI akan menjadi stimulus penting bagi keberhasilan di daerah-daerah lain.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Memimpin Indonesia selama 10 tahun, adalah pengalaman yang lebih dari cukup bagi SBY untuk memahami pentingnya kontinuitas kebijakan untuk menyukseskan agenda Reformasi. Dalam konteks inilah kita dapat memahami kemunculan Agus Yudhoyono dalam Pilkada DKI. Jakarta sebagai role model Indonesia mesti dipimpin oleh sosok yang bisa dipercaya akan setia pada garis besar agenda Reformasi yang telah dijalankan SBY selama 10 tahun. Siapakah sosok yang bisa lebih dipercaya lagi selain putranya sendiri?

Selain itu, tentu AHY sebagaimana telah kita saksikan, memenuhi segala syarat untuk tampil sebagai pemimpin ideal Jakarta: muda, energik, latar belakang militer yang ketat dalam displin dan integritas pribadi serta didukung pengalaman internasional yang memadai (bukan dari kalangan politisi tradisional). AHY memiliki modal mumpuni untuk ditempa menjadi pemimpin yang sesuai dengan harapan warga Jakarta. Sylviana Murni dengan pengalaman panjangnya dalam birokrasi Jakarta dipilih sebagai pasangan ideal yang akan membantu AHY memetakan secara tepat dan konkrit kebutuhan Jakarta sebagai kota metropolis dan juga sebagai pusat kehidupan masyarakat dari berbagai strata sosial ekonomi.

Dengan latar belakang pemahaman di atas, kita dapat memahami secara lebih baik program-program Agus-Sylvi dan arti penting kehadiran mereka di DKI Jakarta, dengan garis besar sebagai berikut.

Pengentasan Kemiskinan dan Pemerataan Kesejahteraan

Salah satu agenda penting dari Reformasi yang masih membutuhkan penanganan lebih serius adalah pengentasan kemiskinan untuk memangkas disparitas (kesenjangan) tingkat kesejahteraan antara kelas ekonomi menengah ke bawah dan kelas ekonomi menengah ke atas. Jakarta dalam beberapa tahun terakhir telah mengalami kemajuan pembangunan dalam berbagai sektor, tapi masih terus bergelut dalam isu pemerataan kesejahteraan. Statistik menunjukkan peningkatan kelas menengah di Jakarta cukup signifikan dalam 5 tahun terakhir, tapi tidak diikuti oleh penurunan signifikan populasi keluarga miskin. Jurang antara kaum miskin dan kaum berpunya semakin lebar.

Agus-Sylvi mengidentifikasi penyebab utama tingginya kesenjangan ekonomi di Jakarta adalah semakin sulitnya akses kaum miskin terhadap sumber-sumber ekonomi baik karena faktor eksternal (persaingan makin sengit dengan aturan yang ketat) maupun faktor internal (minimnya sumber daya). Agus Sylvi menawarkan solusi dari sisi internal (penguatan sumber daya).

Konsep bantuan langsung yang dicetuskan pasangan Agus-Sylvi adalah langkah pertama dalam penguatan sumber daya masyarakat miskin. Dalam pengamatan pasangan ini, kaum miskin bukan hanya tidak mampu bersaing, tapi lebih dari itu, memenuhi kebutuhan hidup sehari-haripun belum mampu. Maka langkah konkrit pertama yang harus dilakukan adalah membantu mereka memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari sehingga mereka memiliki kapasitas untuk turut dalam persaingan menggapai taraf hidup yang lebih baik melalui dunia usaha, pendidikan dan berbagai bidang lain. Dengan logika ini kita dapat memahami mengapa pasangan Agus-Sylvi terus menerus mendengungkan perlunya bantuan langsung sementara yang sering disalahpahami orang tersebut. Dengan adanya bantuan langsung sementara yang akan dikucurkan secara terukur, orang-orang miskin tidak lagi hanya disibukkan oleh urusan perut tapi mulai dapat berkreasi untuk menciptakan peluang-peluang baru untuk menggapai taraf hidup yang lebih baik.

Selain itu, pemberitan bantuan langsung akan meningkatkan daya beli masyarakat yang merupakan prasyarat mutlak pertumbuhan pasar dan investasi. Lowongan kerja akan semakin banyak. Karena itu pasangan ini juga memprogramkan berbagai pelatihan dan penyediaan modal usaha masyarakat kecil yang akan berkcimpung dalam bidang usaha (UKM).

Penguatan sektor pendidikan dapat dilihat sebagai penguatan sumber daya masyarakat dalam jangka panjang. Pasangan ini memprogramkan pendirian sejumlah sekolah unggulan berbiaya murah dan gratis termasuk boarding school untuk menampung anak-anak dari keluarga miskin di samping tetap memperbaiki dan meneruskan program-program Pemda yang telah berjalan seperti KJP.

Kohesi Sosial dalam Smart City

Tak bisa dipungkiri, Pembangunan masif di Jakarta dalam beberapa tahun terakhir mendapat kritik tajam dari berbagai kalangan dan menyebar kecemasan bagi banyak masyarakat karena kurangnya sentuhan humanis terutama dalam penataan pemukiman-pemukiman padat penduduk.

Dalam berbagai kesempatan, pasangan Agus-Sylvi menekankan pentingnya untuk membangun jiwa dan roh sebuah kota, yakni manusia. Tidak cukup hanya membangun secara fisik dengan menggenjot perbaikan infrastruktur. Dengan bahasa yang lebih sederhana, pasangan ini membedakan istilah tinggal (tempat tinggal) dengan bermukim. Tidak cukup hanya menyediakan tempat tinggal mewah bagi masyarakat, tapi mesti juga dipertimbangkan tempat bermukim di mana jiwa dan raga mereka merasa nyaman, di mana mereka bisa melanjutkan interaksi sosial yang telah mereka bangun selama puluhan tahun dan telah menjadi bagian dari identitas mereka. Mencerabut masyarakat dari komunitas sosialnya, menurut Agus-Sylvi, adalah sebuah bentuk pelanggaran terhadap nilai kemanusiaan yang tidak bisa dikonpensasi dengan tempat tinggal yang mewah.

Konsep tersebut dijabarkan Agus-Sylvi dalam program mereka di bidang pembangunan infrastruktur, pembangunan smart and creative city dan peningkatan keterlibatan masyarakat dalam pembangunan, terutama melalui peran RT-RW sebagai unit terdepan dalam pelayanan pemerintah terhadap rakyat.

Pemberdayaan Perempuan dan Kesetaraan Gender

Pematangan kehidupan demokrasi merupakan amanat Reformasi yang terus digaungkan hingga saat ini. Indonesia dalam berbagai indikator telah mengalami perkembangan siginifikan di bidang demokrasi. Tapi dengan menggunakan indikator kesetaraan gender, terutama di bidang politik, masih banyak agenda yang belum terealisasi. Dalam kaitan ini, Pilkada DKI Jakarta memiliki arti penting untuk membuka jalan lebih lebar bagi peran signifikan perempuan dalam kehidupan politik.

Salah satu cara paling efektif dalam pendidikan dan sosialisasi kesetaraan gender adalah dengan memunculkan tokoh-tokoh perempuan yang akan menjadi panutan, rujukan dan contoh nyata bagi masyarakat bahwa perempuan juga dapat diadalkan untuk kerja-kerja politik dan birokrasi.  Dalam kaitan inil, Pilkada DKI Jakarta memiliki peran penting. Keberhasilan perempuaan berjuang di jalur Politik dan Pemerintahan Jakarta akan menjadi bahan pendidikan, sosialisasi dan promosi penting ke seluruh Indonesia bahwa perempuan memiliki kapasitas yang sama dengan laki-laki di bidang politik dan pemerintahan. Inilah yang menjadi salah satu keunggulan pasangan Agus-Silvy dari pasangan lain.

Arti penting pasangan Agus-Sylvi dalam pemberdayaan perempuan bisa kita telisik secara lebih konkrit dengan melihat kiprah Sylviana Murni selama masa kampanye ini. Dia tidak hanya berwacana di media massa, tapi juga turun ke lapangan, menjumpai masyarakat dan melihat keseharian ibu-ibu di pemukiman-pemukiman miskin Jakarta. Dalam pertemuan-pertemuan seperti itu, dia memberi dorongan moral agar ibu-ibu dapat mengembangkan usaha dan menjanjikan bantuan modal agar ibu-ibu  turut menjadi pencari nafkah bagi keluarga, tidak hanya mengurus rumah tangga. Kaum ibu tentu lebih mudah merasakan empati dari seorang tokoh perempuan daripada tokoh laki-laki.

Jika Sylviana kelak berhasil menjadi Wakil Gubernur dan berhasil mewujudkan janji kampanyenya, kita akan melihat kembangkitan ekonomi masyarakat di mana kaum perempuan berperan sebagai motor penggeraknya. Maka pemahaman masyarakat yang bias gender pelan-pelan akan diluruskan. Perempuan, jika diberi peluang dan kesempatan, dapat menjadi tulang punggung ekonomi sama seperti laki-laki. Langkah konkrit ini juga akan membuka wawasan masyarakat tentang kapasitas peremuan untuk berpartisipasi dalam bidang sosial-politik dan di bidang itu Sylviana Murni dapat dijadikan sebagai role model.

Good Governance

Tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) merupakan prasyarat mutlak sekaligus cara paling efektif dalam penanggulangan kemiskinan, pemerataan pembangunan dan peningkatan taraf hidup masyarakat dengan berbagai aspeknya. Tanpa good governance, agenda-agenda pembangunan dan segala upaya perbaikan kehidupan masyarakat akan kehilangan arah kemudian menemui jalan buntu.

Penekanan Agus Sylvi untuk menerapkan good governance dalam program-program mereka didukung oleh modal kepemimpinan yang dimiliki oleh pasangan ini. Dengan latar belakang disiplin militer yang ketat, AHY tak perlu diragukan lagi dalam komitmen, integritas, keteguhan prinsip dan disiplin kepemimpinan. Good governace hanya dapat terwujud di bawah kendali pemimpin dengan kepribadian yang kuat. Tanpa kualifikasi itu, seorang pemimpin akan kesulitan menghadapi tingginya tarik menarik kepentingan, tensi politik dan dinamika sosial di sekitar pemerintahan DKI Jakarta. AHY dengan perjalanan karier militernya yang cemerlang telah membuktikan diri memiliki kualifikasi tersebut.

Sylviana Murni memiliki pengalaman panjang dan kaya dalam tata kelola Pemerintahan Jakarta. Dia telah mengabdi selama 32 tahun di bawah pemerintahan 7 Gubernur dan menduduki 11 Jabatan dalam birokrasi Jakarta. Pengalaman panjang tersebut akan menjadi modal tak ternilai dalam membangun komunikasi dan kerja sama antar  instansi, penglolaan birokrasi, memetakan kebutuhan masyarakat Jakarta dan berbagai tugas penting lainya. Sosok seperti inilah yang paling tepat untuk mendampingi AHY untuk mewujudkan pemerintahan yang transparan, akuntabel dan efektif.

Ikuti tulisan menarik Putu Suasta lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler