x

Iklan

Erri Subakti

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Peluang Ahok-Djarot Masih Besar untuk Menang

Tidak ada yang lebih dinamis daripada Pilkada DKI Jakarta Tahun 2017 ini. Trend elektabilitas petahana naik turun dan rebound atas riuhnya berbagai isyu.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Kemarin (8/2/2017) di Rumah Lembang seorang wartawan dari media Taiwan mewawancarai saya. Berikut ini petikannya.

Bagaimana perkembangan kampanye Ahok-Djarot saat ini?

Saya jawab, bagus. Angka-angka hasil survei dan polling berbagai lembaga memperlihatkan trend peningkatan kembali elektabilitas Ahok-Djarot di masyarakat DKI Jakarta.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Apakah aksi-aksi pada Bulan November dan Desember 2016 lalu mempengaruhi elektabilitas Ahok-Djarot?

Tentu saja, tapi seiring waktu publik akhirnya melihat bahwa isyu yang dituduhkan kepada Ahok mengenai dugaan penistaan agama hanyalah manipulasi isyu oleh kelompok yang memiliki kepentingan politik.

Kenapa umat muslim di Indonesia yang dikenal dunia sebagai muslim yang lebih ramah (dibanding muslim di wilayah Timur Tengah) merespon isyu ini (dugaan penistaan agama oleh Ahok) sedemikian besar lewat aksi di Bulan Desember lalu?

Saya jelaskan bahwa, masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang relijius. Karena itu apapun isyu yang dihembuskan apabila menyangkut soal agama tentu akan ada reaksi yang bergolak di masyarakat. Saya contohkan pada peristiwa tahun ’65, dimana sesungguhnya hal yang terjadi adalah konflik antar ideologi komunisme dan musuh dari komunis (yaitu kapitalisme) namun negara kapitalis seperti Amerika Serikat berkepentingan untuk membuat Indonesia membenci komunisme dengan cara Indonesia, bukan dengan cara Amerika.

Cara Indonesia membenci komunis adalah dengan membenturkan ideologi tersebut dengan agama. Maka jadilah komunisme vs agama. Isyu seperti ini juga yang sekarang tengah digunakan oleh lawan politik Ahok kepada dirinya.

Apakah mudahnya isyu terkait agama ini juga karena tingkat pendidikan masyarakat yang masih rendah?

Mm.... tidak juga. Begini…, dalam agama lain misalnya Kristen ada juga muncul aliran agama yang berisi orang-orang yang terpelajar dan memiliki status sosial ekonomi yang mapan. Namun mereka bergabung dengan aliran agama tersebut karena ada kegelisahan dalam diri mereka. New Born Christian, saya menyebutnya. Nah, di agama Islam juga begitu, mulai bermunculan kalangan terpelajar dan memiliki status sosial ekonomi yang mapan, namun ada kegelisahan di dalam diri mereka. Jadi kalau disebut bergolaknya isyu agama karena tingkat pendidikan masyarakat yang rendah, tidak juga.

OK, saya mengerti maksudnya. Saya lihat di sini (di Rumah Lembang) para pendukung Ahok tidak saja berasal dari etnis Tionghoa tapi juga dari etnis Indonesia lainnya. Seberapa besar dukungan etnis Indonesia lainnya dalam mendukung Ahok di Jakarta?

Saya jawab sangat besar. Begini…. Kalangan yang paling terkena dampak dari siapa Gubernur DKI Jakarta yang akan datang adalah mereka yang berasal dari status sosial ekonomi bawah. Kalangan bawah ini yang paling merasakan dampaknya. Setelah Jokowi menjadi Gubernur DKI Jakarta dan Ahok menjadi wakilnya, banyak kalangan dari kelas bawah yang merasakan bantuan pendidikan dengan KJP, bantuan kesehatan dengan KJS, dan mencicipi bagaimana rasanya memiliki kehidupan yang lebih baik.

Berbeda dengan kelas menengah. Mereka sudah memiliki pendidikan yang bagus, memiliki pekerjaan yang baik, dan perekonomian keluarga mereka bisa bertahan siapapun yang akan menjadi Gubernur DKI Jakarta selanjutnya.

Nah besarnya dampak yang dirasakan oleh masyarakat kelas bawah inilah dukungan terhadap Ahok berasal, yang tentu saja mereka berasal dari berbagai macam etnis di Indonesia.

Kemarin saya ke Pasar Ikan, saya bertanya-tanya di sana. Mereka banyak yang menyukai Ahok, namun karena isyu soal agama, banyak dari mereka yang akan memilih calon yang beragama sama dengan mereka. Bagaimana melihat fenomena ini menurut Anda?

Saya tidak khawatir, saya masih percaya dengan angka dan data hasil survey dan polling. Dari analisa saya terlihat bahwa setelah Debat Cagub berlangsung, perubahan pilihan masyarakat terjadi signifikan. Dan angka-angka itu terus menggerus jumlah persentase pasangan calon lain dan meningkatkan elektabilitas dari Ahok-Djarot. Bahkan angka swing voter setelah Debat Cagub semakin menipis dan elektabilitas Ahok-Djarot bertambah.

Bagaimana apabila hasil dari pemungutan suara 15 Pebruari 2017 nanti ternyata Pilkada harus berlangsung 2 putaran?

Ya tentu saja kita para relawan dan para pendukung Ahok lainnya harus bekerja lebih keras lagi untuk menang.

Ikuti tulisan menarik Erri Subakti lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler