*Beberapa pembelajaran dari Putaran 1 PILKADA GUBERNUR DKI:*
1. Isu SARA rasanya sudah tidak laku karena kurang efektif menembak para pemilih rasional. Eletabilitas tidak menukik jauh hanya karena hembusan SARA.
2. Meme dan hujatan fitnah black campaign juga tidak efektif. Hanya ramai di medsos tanpa cukup kuat menggerus minat pemilih.
3. Isu uang dan "BLT" yang laku di Pilpres 2009 tidak cukup menggiurkan untuk mengajak pemilih menentukan di Pilkada DKI pada thn 2017 ini.
4. Mesin partai masih perlu dibuktikan efektifitasnya, karena besaran pemilih tidak sesuai dengan besaran pemilu legislatif di DKI Jakarta.
5. Kecerdasan TS paslon mengemas kampanye kreatif masih menjadi pilihan untuk bisa melakukan efek rebounce, secara khusus paslon 2
6. Pemilih DKI sudah bisa memilih dengan cerdas bukan karena iming-iming politik uang. Terimakasih kepada semua relawan yang berjuang keras untuk mengawasi proses sampai hari H.
7. Keributan di Medsos bukan gambaran asli peta kekuatan paslon, karena aktifis yang cerewet tidak mesti warga DKI yang mempunyai hak pilih.
8. Leluasa dan merdekanya media sosial bisa menjadi bumerang yang menghantam elektabilitas paslon ketika ungkapan yang diudarakan rawan terkena perundungan (bully) kolektif.
9. Warga DKI sudah membuktikan bisa memilih dengan cerdas. Bahkan swing voters (pemilih hari ini dan pemilih minggu terakhir) cukup signifikan mau memilih. 42% di paslon 1, 22% di paslon 2 dan 34% di paslon 3.
10. Perlu lebih kreatif menggarap pemilih pemula (17-20 th) karena mereka menduduki porsi paling sedkit dalam memilih ketiga paslon. 10% Paslon 1, 7% Paslon 2 dan 10% Paslon 3.
Semoga bisa menjadi bekal masuk ke Putaran 2 timses Koh Ahok dan Bang Anis
Pengamat Politik Othak Athik Gathuk,
Victor Rembeth
Ikuti tulisan menarik Victor Rembeth lainnya di sini.