x

Pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta nomor urut 3, Anies Baswedan dan Sandiaga Uno usai mengikuti salat subuh berjamaah di Masjid Sunda Kelapa, Jakarta, 12 Desember 2016. Tempo/Vindry Florentin

Iklan

edriana noerdin

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Pemilih AniesSandi adalah Pemilih Rasional

Dari hasil exit poll, ternyata hanya 15% dari pemilih Anies di putaran pertama yang mengatakan mereka memilih karena agamanya.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Hasil Real Count KPU menunjukkan bahwa :

*Paslon No. 1 memperoleh 17.05% = 936.609 suara.

*Paslon No. 2 memperoleh 42.91% = 2.357.587 suara.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

*Paslon No. 3 memperoleh 40.05% = 2.200.636 suara.

Data masuk : 13.023 dari 13.023 TPS (sudah masuk seluruhnya )

Artinya Paslon #2 hanya menang dgn 156.951 suara.

Mari kita telaah lebih lanjut kecenderungan pemilih. Berbagai tuduhan bahwa warga Jakarta memilih paslon berdasarkan pertimbangan SARA, sektarianisme dan primordialisme ternyata tidak terbukti.

Dari hasil exit poll yang dilakukan lembaga Survey Indikator, ternyata hanya 15% dari pemilih Anies di putaran pertama yang mengatakan mereka memilih karena agamanya. Jadi kalau dihitung hanya 6% dari total pemilih sah. Yang memilih AHY karena agamanya juga hanya 3% atau hanya 0,54% dari total pemilih. Berarti hanya 6,54% dari total suara sah yg memilih berdasarkan agama, sementara 93,36% memilih karena hal2 lain seperti program yang ditawarkan dan karakter kepemimpinan yang ditunjukkan. Artinya pemilih Anies dan AHY adalah pemilih rasional dan tidak sektarian.

Di lain pihak, data hasil pemungutan suara menunjukkan bahwa ternyata ada kantong2 daerah dimana suara Paslon no.2 sampai 100% seperti di TPS2 di bawah ini.

1. TPS 47, Kelapa Gading Barat, Suara # 1 : 4, # 2 : 432 dan # 3 : 9.

2. TPS 90, Sunter Agung, Suara # 1 : 2, # 2 : 461 dan # 3 : 2.

3. TPS 015, Kembangan Selatan, Suara # 1 : 0, # 2 : 461 dan suara # 3 : 2.

Data di atas dikuatkan oleh hasil survey SMRC yg dipublikasikan oleh Kompas sbb:

Pemilih dengan agama:

Islam ada 85,50% dari jumlah pemilih dan mereka memilih:

# 1 : 26,72%

# 2 : 38,50% dan

# 3 : 23,70 %

sisanya 11,70% tidak tau.

Kristen/Katolik dari 11,40% dari total pemilih memilih

# 1 : 0,

# 2 : 95,70% dan

# 3 : 0

sisanya 4,30% tidak tau

Hindu, Budha, Konghucu dari 3,10% pemilih, memilih

# 1 : 0,

# 2 : 51,10%,

# 3 : 14%

sisanya 34,70% Tidak tau.

Jadi data-data dari Survey Indicator dan dari SMRC menunjukkan bahwa pemilih Islam pada umumnya dan pemilih AniesSandi pada khususnya bersifat rasional. Dari total pemilih Islam, persentasi yang memilih No 2 paling tinggi, yaitu mencapai 38,50%. Yang menunjukkan tingkah laku "sektarian dan primordial" justru pemilih Kristen/Katolik yang semuanya memilih Paslon No 2.

Tapi sebetulnya saya tidak setuju kalau pemilih Kristen/Katolik yang semuanya memilih No 2 itu diberi label sektarian. Saya juga tidak setuju kalau pemilih etnis Tionghoa yang hampir semua memilih No 2 juga dilabel sebagai sektarian, primordial dan tidak rasional. Karena dimana-mana kaum minoritas, apalagi yang dobel minoritas, memang mengidentifikasi diri dengan figur pemimpin minoritas karena mereka

dianggap lebih paham dan bisa melindungi hak2 mereka sebagai kelompok minoritas. Jadi mereka sebetulnya memilih secara rasional juga, yaitu memilih paslon yang mereka anggap bisa melindungi hak-hak mereka, dan bukan semata-mata krn Paslon #2 beragama dan berasal dari etnis tertentu.

Marilah kita keluar dari jebakan label-label sektarian dan primordialisme ini. Ayo para paslon di putaran kedua berkompetisi berdasarkan program dan kualitas kepemimpinan. Jangan lagi kobar-kobarkan isyu sektarian berdasarkan agama dan etnisitas. Ayo tarung di arena program dan kualitas kepemimpinan.

Selama ini yang memulai dan yg selalu memakai isu SARA, sektarian dan primordial adalah Ahok dengan framing bahwa dia adalah korban dari isu SARA tsb. Para buzzers Ahok juga menyerang pendukung Anies, termasuk saya dan BW, dengan tuduhan sebagai kelompok yg mendukung sektarianisme. Menghiba-hiba kepada publik sebagai korban SARA dan menuduh paslon lain sektarian adalah teknik Ahok untuk memperoleh simpati publik, dan teknik ini sangat membahayakan kebangsaan Indonesia.

Mari memilih secara rasional.

Ikuti tulisan menarik edriana noerdin lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terkini

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB