Kedatangan seorang buah hati tentunya merupakan anugerah yang tak terhingga bagi setiap ibu di dunia. Tentunya tidak ada seorang ibu pun yang menginginkan hal yang buruk terjadi pada janinnya, apalagi sampai sang janin tertular penyakit berbahaya. Bila seorang ibu Terkena HIV, bagaimana dengan janinnya yang dikandungnya ? Bagaimana mencegah agar janin yang dikandung tidak tertular HIV ?
" Tujuh tahun yang lalu ketika saya melahirkan anak pertama kami yang bernama Bless. saya menjalani operasi caesar. Dua bulan sebelum operasi, dokter melakukan tes HIV dan di luar dugaan hasilnya positif. Saya dalam keadaan tegang karena akan menghadapi operasi, sekarang ditambah kenyataan saya HIV positif. Bagaimana sikap suami saya ? Bagaimana pula nasib anak saya nanti, apakah akan tertular ?" ungkapan seorang ibu yang mencoba menceritakan kembali kisahnya.
" Awalnya terjadi perdebatan antara aku dan suami. Siapa yang menularkan virus HIV ini. Namun akhirnya suamiku berterus terang bahwa dia pernah menggunakan narkoba sewaktu kuliah, tetapi hanya setahun dan sejak itu tak pernah memakai narkoba lagi. Suami saya terlihat dalam keadaan sehat, tetapi dokter menganjurkan suami saya untuk menjalani tes HIV, ternyata hasilnya positif. Sekarang saya mengerti bahwa saya tertular HIV dari suamiku, tetapi bagi saya itu tak penting. Yang lebih mengkhawatirkan ialah anak saya, adakah upaya agar janinku tidak tertular HIV ? " tambahnya.
Sang Ibu terdiam sejenak tanpa suara..................................
"Lalu bagaimana cara dokter menjelaskan agar sang buah hati tidak tertular virus ?," tanya saya dengan suara lembut kepada ibu itu.
“Sebelum aku menjelaskan kepada Max, tentang apa yang dikatakan dokter, apakah Max tahu, bagaimana seorang bayi dapat tertular virus HIV ?" lanjutnya sambil menghela nafas.
Dengan singkat saya menjawab; "Maaf bu.....,saya tidak tahu, boleh jelaskan ?”
"HIV ditularkan lewat cairan tubuh. Cairan Tubuh yang dimaksud ialah darah, cairan sperma, cairan vagina, dan air susu ibu ( ASI ). Jadi jika seorang ibu hamil terinfeksi HIV, ia dapat menularkan HIV kepada bayinya selama proses kehamilan, persalinan, dan atau saat menyusui bayi,” penjelasnya.
“Karena itu dokter menganjurkan beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah bayiku tertular HIV. Pertama-tama saya harus melakukan operasi cesar saat bersalin. karena penelitian menunjukkan bahwa operasi caesar dapat menurunkan risiko penularan virus terutama jika ketubannya pecah. Pada persalinan normal, saat ketuban pecah, risiko penularan HIV meningkat."[1]
Kedua, operasi ceaser harus dikombinasikan dengan terapi minum obat HIV. Ibu hamil harus memulai pengobatan pada awal trimester kedua dan melanjutkan pengobatan selama kehamilan dan persalinan. Bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi HIV harus menjalani terapi selama 6 minggu pertama kehidupannya untuk mencegah transmisi virus. Dosis pertama diberikan 12 jam setelah bayi lahir. Terapi ini dapat menurunkan risiko infeksi pada bayi sebesar 99%.
Ketiga dokter menjelaskan bahwa kurang lebih 14% bayi terinfeksi HIV melalui ASI yang terinfeksi. Risiko ini dapat dihindari jika bayinya diberi pengganti ASI yang disingkat dengan PASI. contohnya susu formula.
Semua telah kami jalani. Aku dan suami sudah minum obat antiretroviral. Anak saya berumur 7 tahun yang sekarang menjadi pengingat kami untuk minum obat itu. Bless merupakan berkat dari Tuhan. Semoga semua pertanyaan dari Max sudah terjawab.
[1] Http://www.ACOG.org/U.S. Public Health Service dan American College OF Obstetricians and Gynecologists/publications_education/bp113.c7m
Ikuti tulisan menarik Max Andrew Ohandi Ohandi lainnya di sini.