x

Iklan

Ranang Aji SP

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Yahudi Tua dan Tulang Onta

Islam mengajarkan dan memerintahkan untuk bersikap adil. Penguasa pada rakyatnya. Manusia pada sesamanya.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Syahdan, seorang tua Yahudi merasa terzalimi oleh Amr bin Ash. Seorang Gubenur Mesir di masa kepemimpinan Umar bin Khatab. Gubuk reyotnya hendak dirobohkan dan lahannya akan dibangun sebuah masjid yang megah. Perihnya tidak saja merambati kemiskinannya tetapi juga pada rasa keadilan yang mejadi haknya. Ini tanahku, katanya dalam hati. Kekuasaan telah merampasnya tanpa adil.

 

Gubenur Amr bin Ash, barangkali, ia sudah merasa bertindak tepat dan adil atas nama kepentingan publik. Membangun masjid besar yang megah atas nama legitimasi agama. Istananya yang megah berhadapan langsung dengan masjid yang tengah dibangun. Ia, seperti pemimpin-pemimpin lainnya di setiap zaman yang memiliki kuasa besar dan menutupi secara samar hati nuraninya, bertindak dengan kuasa dan khilaf.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 

Yahudi tua itu –yang terpojok sendiri dalam kepedihan hati, terluka dan meratap. Sebagai seorang Yahudi, tentu ia merasa dipeluk kecemasan sebagai minoritas diantara kekuasaan mayoritas Islam di masa itu. Tetapi ia tidak putus asa. Ia bertekad berjuang sebagaimana kehidupan yang bergerak.

 

Ia mendengar nama Umar bin Khatab, Khalifah yang tegas dan adil. Maka, ia betekad menemuinya ke istananya di Madinah. Ia menempuh jarak ribuan kilometer ke Madinah. Melewati padang pasir yang kering dan kuning dengan harapan mendapatkan keadilan dari penguasa Islam.

 

Di Madinah, ia tak mendapati istana penguasa Umar bin Khatab seperti Gubenur Amr bin Ash di Mesir yang megah. Umar bin Khatab ternyata seorang yang zuhud. Kekuasaannya tak membuatnya membangun kekayaan dan istana yang megah lazimnya para penguasa.

Rumahnya sederhana dan tidak besar. Yahudi tua itu bertemu Umar tengah berteduh di bawah pohon kurma di halaman Masjid Nabawi.

Umar menyambut orang tua non-muslim itu dengan ramah. Seramah angin yang semilir sejuk diantara pohon-pohon kurma. Matanya yang tajam, lembut bersinar.

 

Lantas merekapun berdialog. Antara rakyat yang nestapa dan pemimpin yang menderma. Dialog berakhir dengan kemarahan Umar bin Khatab setelah mendengar cerita Yahudi tua itu. Ia mengambil sebuah tulang belikat onta dan menggoresnya lurus vertikal dengan pedang. Sebuah abjad pertama. Alif. Lalu, di tengahnya disilangnya dengan satu goresan.

 

Pulanglah,katanya. Berikan tulang ini kepada penguasa Mesir. Orang tua itu tak mengerti. Ia kembali merasa tersudut di pojok dunia sunyi. Sendiri dan tak memahami. Misi keadilannya merasa telah ditamatkan dan menggelantung. Ia memandang tanpa cahaya pada Sang Pemimpin, namun ia tak berani membantah. Ia pulang ke Mesir dengan hati yang nanar.

 

Ketika sampai di Mesir, di rumahnya. Masjid sudah dibangun, megah dan mewah di atas tanah miliknya yang tak pernah ia ikhlaskan. Ia pun marah dan segera menuju istana gubenur.

 

Di istananya, di suatu senja yang merah, Amr bin Ash menerima Yahudi tua itu dan menerima  tulang belikat onta dari tangan Yahudi tua. “Dari Umar bin Khatab”, katanya pelan. Sang Gubenur tiba-tiba terdiam. Wajahnya tegang. Ia melihat tulang itu dengan seksama dan segera menyuruh orang tua itu pergi. Amr bin Ash pun segera memerintahkan merubuhkan masjid dan mengembalikan hak Yahudi tua itu.

 

Dalam sebuah kesempatan, Amr bin Ash, Sang Penguasa Mesir menjelaskan. Sang Khalifah Umar bin Khatab mengingatkannya bahwa manusia akan kembali pada asalnya seperti tulang onta itu. Maka, bersikap lurus dan adillah kamu seperti huruf alif atau kutebas batang lehermu. Itulah mengapa ia memberikan kembali haknya si Yahudi. Karena Islam memang memerintahkan sikap demikianl.[]

Ikuti tulisan menarik Ranang Aji SP lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Establishment

Oleh: Taufan S. Chandranegara

Rabu, 10 April 2024 09:18 WIB

Terkini

Terpopuler

Establishment

Oleh: Taufan S. Chandranegara

Rabu, 10 April 2024 09:18 WIB