x

Iklan

firdaus cahyadi

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Di Balik Hobi Posting Ibadah di Media Sosial

Salah satu kegemaran kelas menengah perkotaan saat ini adalah mempublikasikan ibadah ritualnya.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Sepasang foto anak muda perkotaan terpampang di facebook. Kedua anak muda itu sedang berpose saat sedang ibadah umroh di Arab Saudi sana. Jarak antara Indonesia dan Arab Saudi tidak seperti jarak antara Jakarta dan Bogor. Tentu untuk sampai kesana membutuhkan biaya yang mahal. Tidak sekedar kartu komuter line yang berharga Rp.5000,-

"Wah, udah tajir dia sekarang, udah bisa umroh," ujarku dalam hati begitu melihat foto seorang teman itu. Dan mungkin itu pula yang diucapkan dari setiap orang yang melihat foto orang itu.

Bukan hanya ibadah umroh. Saya pernah mendapati status seorang kawan di facebook, yang mengatakan sebentar lagi akan sholat Dhuha."Wah rajin banget orang ini ibadahnya," ujarku dalam hati begitu membaca statusnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Mempublikasikan ibadah ritual bukan hanya monopoli umat Islam. Teman saya yang beragama non-muslim juga pernah mempublikasikan saat beribada di sebuah gereja.

Ibadah adalah cara kita berhubungan dengan Tuhan. Menurut saya itu adalah masalah privat. Hanya orang beribadah itu yang akan merasakan nikmatnya. Orang yang membaca status dan melihat foto orang yang sedang beribadah tidak ikut merasakan nikmatnya. Lantas apa tujuan seseorang mempublikasikan ritual ibadahnya?

Jawaban pastinya, tentu saja hanya dia dan Tuhan yang tahu. Namun, bila boleh menebak, mungkin tujuannya adalah pengakuan. Seseorang yang mempublikasikan ibadah ritualnya di media sosial mungkin memerlukan pengakuan bahwa dirinya adalah seorang yang religius.

Di Indonesia, pengakuan religius pada seseorang masih penting. Pencitraan religius ini bisa jadi merupakan tiket untuk menggapai kepentingan ekonomi-politik dari yang bersangkutan. Lihat saja, hampir di setiap musim pilkada dan pilpres, beredar foto seorang kandidat yang lagi beribadah atau sedang meresmikan tempat ibadah.

Mungkin banyak orang tidak menjadikan persoalan kegemaran kelas menengah, terutama dari perkotaan, yang mempublikasikan ibadah ritualnya di media sosial. Namun, saya termasuk yang memprihatinkan munculnya kegemaran baru itu. Keprihatinan itu tidak terkait dengan persoalan riya' (pamer ibadah dalam ajaran Islam), karena itu persoalan pribadinya dengan Tuhan. Dasar keprihatinan saya adalah, kegemaran kelas menengah ini bisa jadi bergesernya agama dari sesuatu yang suci menjadi sekedar komoditas. Ya, komoditas untuk branding dan pencitraan terkait kepentingan ekonomi dan politik individu.

Apakah anda memiliki keprihatinan yang sama?

 

Ikuti tulisan menarik firdaus cahyadi lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler