x

Iklan

Pakde Djoko

Seni Budaya, ruang baca, Essay, buku
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Berpikir dulu Sebelum Menulis Status di Media Sosial

Saya kok merasa aneh dengan para penulis yang rajin diskusi di media sosial.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Dinding Fesbuker bergetar, suara-suara sumbang penuh kebencian datang silih berganti. Kebencian yang sengaja digosok, dipelihara dan diperlihatkan akhirnya mampu membuka dengan lugas siapa dirimu yang sebenarnya. Tidak perlu anjing pelacak, cukup misuh-misuh pada lambang negara, dengan modal kata-kata yang hanya patut diucapkan ular beludak yang merayu adam untuk makan buah larangan, setelah itu mansuia mesti bergelimang dosa dan malu tubuh polosnya terlihat. Semula Adam tak pernah terbayang akan bernafsu melihat kemontokan Hawa, tapi karena setan telah memperlihatkan kelicikannya apa yang tersemai di mata adam menjadikan Adam ingin menyentubuhinya. Penisnya berdiri dan ia meradang oleh syahwatnya yang tiba-tiba diluar kendali.

 

Kini syahwat “ngember” di dinding facebook seakan tak terkendali, bahkan ketika wajah dan tubuhnya terbalut oleh simbol kesucian. Ternyata mulut tetap mengaum seperti harimau lapar dan nafsu kata-kata tak pernah bisa terbungkus oleh apapun  karena manusia tetaplah manusia yang masih terwariskan oleh nafsu Adam dan naluri menggoda dari Hawa.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Oh, angin malam dingin hawamu membuat masuk angin, dunia telah memasukkan angin jahat dalam jiwa-jiwa manusia, mengumpat semaunya, tanpa etika, tanpa sadar hidup manusia itu harus saling toleransi, menghormati dan mengakui keunikan masing-masing. Mengapa harus mengumpat “Raja Kodok” dengan penuh kebencian, mengapa melihat sosok kurus dengan pandangan hina seakan-akan jijik melihat  bangsat-bangsat yang menyusup di antara jahitan Kasur.

Inikah hasil pendidikan dari bangsa yang di setiap kilometernya penuh dengan rumah ibadat. Yang selalu mendengarkan kata-kata ulama yang rajin menggosok mental bangsa dengan rasa benci. Tanpa adat dengan entengnya mengatakan simbol negara Raja Kodok. Bagus. Bagus padahal melihat mukanya tampak dari kalangan terpelajar, taat agama dan dari keluarga santun ternyata…. Jarinya  dan otaknya belum sekolah dengan benar.

 

Baiklah kalau sering membaca diskusi tentang agama, ideologi  dan dan ceramah ndakik-ndakik  yang bikin gila. Mending bikin tulisan sendiri. Biar edan tapi moral masih sadar bahwa menghormati orang lain itu adalah yang utama.

Saya kok merasa aneh dengan  para penulis yang rajin diskusi di media sosial. Okelah saya juga seorang yang suka menulis status, tapi untuk nggoblok-nggoblokkan orang atau misuhi siapapun entah Riziek, Ahok, Jokowi, Prabowo, Trump saya harus berpikir berkali-kali. Nanti akan ketahuan dong sampai tingkat mana daya intelektual saya. Meskipun saya bodoh tapi tidak akan nekat bunuh diri dengan  membunuh karakter sendiri dengan misuh-misuh di dinding Facebook.

 

Ya Sudah Bukan ingin menjadi Begawan, Pastur, ulama atau siapapun jaga diri untuk tidak mengeluarkan kata-kata jorok apalagi mendiskreditkan seseorang dengan dilandasi kebencian sebaiknya  tidak usah dituliskan. Cukup di bathin. Kalau tidak suka pada Presiden karena kalah pemilihan, ya sudah toh sekarang mau tidak mau ia presiden kita. Jika tidak legowo dengan rekam jejak Ahok yang sering ngomong kasar jangan dengar kata-katanya tapi hargai pekerjaannya. Jika tidak memilih tidak apa-apa yang penting jangan  melahirkan ujaran kebencian yang membuat suasana panas, emosi meninggi dan orang menjadi terpantik untuk memelihara permusuhan. Boleh misuh  asu, bajingan tapi pada teman akrab saja pada kalangan terbatas yang tahu bahwa makian itu hanyalah tanda keakraban. Jika sudah akrab mau dimaki-maki apapun akan diterima karena kita sudah tahu bawa itu ahanyalah ungkapan sayang tidak lebih tidak kurang.

Para penulis media sosial yang terhormat terutama anda yang hobinya kotbah dan misuh misuh ,

Mari kita kursus mengarang, bisa dengan Gunawan Mohammad atau Bre Redana tentang menulis yang baik dan tidak melanggar undang-undang ITE. Jadi wajah anda yang cantik imut imut itu sayang jika ternodai oleh kata-kata yang ternyata dipungut dari comberan dan akhirnya harus masuk got-got kotor  dan menjadi injakan tikus-tikus werok.

Kalau bisa menulis yang baik apalagi bisa hits bukannya anda bisa bernasib baik seperti J.K Rowling. Sudah untung dapat uang banyak, masuk sejarah dan Menjadi legenda. Beda kalau anda menulis ujaran kebencian. Sudah nasibnya dimaki-maki orang, dikejar kejar polisi karena melanggar undang ITE dan nama anda terkubur karena takut di kejar-kejar dosa. Oke. Pikirkan saja, pilih yang terbaik menurut anda.Peace. salam damai buat semuanya.

Ikuti tulisan menarik Pakde Djoko lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler