x

Iklan

Mohamad Cholid

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

#SeninCoaching: Apa yang Menghebatkan Anda ?

Behavioral Change for Leadership Growth: Tim Anda Minta The Best of You. Perbaikan corporate culture dibutuhkan agar perusahaan aman, tidak ambruk

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Tim Anda Minta The Best of You

Perbaikan corporate culture dibutuhkan agar perusahaan aman, tidak ambruk

Mohamad Cholid

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Certified Business and Executive Coach at Marshall Goldsmith Stakeholder Centered Coaching

Ini cerita sebuah perusahaan di Jakarta dengan revenue tahun lalu sekitar Rp 200 miliar. Sebagai perusahaan yang sudah dua puluh tahun lebih ikut mewarnai sektor industri yang dikelolanya tentu diharapkan well managed.

Ternyata tidak, bahkan belakangan seperti kehilangan ruh, berjalan tanpa corporate culture yang kuat. Direksi sibuk mencari-cari konsultan untuk membangun budaya perusahaan. Sementara komisaris utama curhat, profit beberapa tahun terakhir ini tak lebih dari Rp 1 milliar.

Apa yang terjadi? Ini mengherankan, masak perusahaan yang dikenal masyarakat dengan reputasi baik tersebut labanya cuma 0,5%? Apalagi lima tahun lalu dan tahun-rahun sebelumnya mampu meraih profit rata-rata 20%.

Berdasarkan business health check lewat penggalian yang intensif, dapat diketahui beberapa hal mendasar yang mempengaruhi performance usaha. Antara lain, regenerasi kepemimpinan atau pemilihan dewan direksi seleksinya berdasarkan “urut kacang” (dan pesanan mantan direksi lama).

Pertimbangan lain dalam seleksi direksi tersebut adalah “faktor bintang”, karena si Anu dan si Fulan pernah sukses di beberapa pos.

Apa yang kemudian terjadi? Para “bintang” ini saat naik jabatan di level direksi kehilangan fokus, sibuk menjaga popularitas di pergaulan sosialnya dan kurang memperhatikan dinamika tim yang dipimpinnya, apalagi mengantisipasi munculnya front-front baru dalam kompetisi bisnis.

Itu memang akibat seleksi direksi bukan berdasarkan kemampuan leadership mereka. Ternyata para “bintang” itupun enggan berubah dan menumbuhkan efektivitas kepemimpinannya, karena merasa sudah sukses, lumayan top pula.

Faktor-faktor internal lain penyebab bisnis melempem meliputi: proses rekrutmen melalui konsultan yang itu-itu saja (karena relasi lama) telah menimbulkan beban baru, karyawan kurang memiliki kualitas prima untuk menghadapi dinamika pasar. Plus, sebagaimana akhirnya diakui oleh direksi, corporate culture melemah, maka perlu dibangun ulang agar jadi kuat lagi.

Apakah Anda kenal dengan situasi perusahaan sebagaimana tergambar diatas? Atau itu mirip di perusahaan Anda? Ya, itu memang cerita nyata, yang juga sering dialami oleh banyak perusahaan lain, dengan variasi berbeda pada faktor-faktor penyebab utama profitabilitas menurun. (Demi menjaga etika profesi, saya tidak menyebutkan nama perusahaan, kendati hanya inisialnya).

Hal positif dari kasus diatas adalah direksi mengakui, untuk perbaikan bisnis diperlukan antara lain perubahan corporate culture. Anggaran pun mereka siapkan. Mereka bukan melulu menyalahkan pihak lain, seperti kondisi pasar, peraturan pemerintah, situasi ekonomi makro, etc.

Blaming (menyalahkan pihak lain), excuses (cari-cari alasan), dan denial (menyangkal fakta) merupakan ciri-ciri orang yang “kalah sebelum bertempur”. Menurut Anda, dengan mindset dibawah garis itu apakah layak jadi pemimpin?

Para direksi di perusahaan dalam kasus diatas kan pernah sukses juga, mereka masih ada ownership, accountable, dan responsible – maka bersedia untuk memperbaiki keadaan. Itu namanya sikap hidup diatas garis (above the line).

Melakukan perubahan untuk meningkatkan performance perusahaan atau untuk meraih prestasi institusi melalui pengembangan corporate culture memang lazim dilakukan, di Indonesia maupun di negara-negara yang lebih maju. Ini adalah langkah strategis yang sangat diperlukan.

Satu hal penting dalam proses panjang ini adalah, direksi diminta siap terlibat di dalamnya, bukan melakukan abdication atau menyerahkan prosesnya ke tangan konsultan sementara mereka berada di luar program. Dimulai dengan sikap rendah hati mereka untuk melepaskan ego dan membuka pikiran.

Unless leaders truly believe that their own behaviours have substantial impacts on the culture and they have a desire to question those behaviours in a constant search for improvement, culture change will be superficial at best,” kata Steve Simpson, konsultan sejumlah perusahaan di banyak negara untuk memperbaiki corporate culture mereka.

Apa jadinya kalau perusahaan atau institusi sudah bayar konsultan tapi perubahan budayanya hanya superficial atau sebatas kulit?

Maka direksi dan para pemimpin lainnya sangat disarankan berada di dalam proses penguatan budaya perusahaan. Dimulai dengan melakukan perubahan perilaku mereka untuk meningkatkan efektvitas kepemimpinan masing-masing. “This is the core, the essence of culture change,” kata Steve Simpson.

Berbagai interaksi dalam kegiatan kerja sehari-hari secara terus-menerus antara para leaders dan tim mereka merupakan lahan uji terbaik bagi perbaikan perilaku untuk meningkatkan efektivitas kepemimpinan Anda.

Tim Anda berhak memperoleh yang terbaik dari Anda, di setiap interaksi, day in day out. Dari hasil interaksi itu para pemangku kepentingan akan menilai kepemimpinan Anda, sudah hebat dan efektif atau masih perlu ditingkatkan. 

 

Tujuannya agar budaya perusahaan tidak berhenti hanya sebagai slogan di ruang rapat, di lobi kantor, atau di buku peraturan perusahaan. Ia terwujud dalam tindakan, action.

Untuk memperoleh hasil optimal sehingga action tersebut memberikan impact positif bagi tim, dapat dicapai melalui progam coaching berdasarkan metode yang transparan, terukur, dan customized melibatkan stakeholders.

Berdasarkan survei terhadap 11.000 pemimpin bisnis di empat benua terungkap bahwa 95% leaders menggunakan Stakeholder Centered Coaching berhasil meningkatkan efektivitas mereka. Hasil survei dikutip dari Leadership is a Contact Sport, ditulis Marshall Goldsmith.

 

Mohamad Cholid adalah Head Coach di Next Stage Consulting.

Alumnus The International Academy for Leadership, Jerman

 

 

Ikuti tulisan menarik Mohamad Cholid lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB