x

Iklan

Mohammad Shihab

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Cara Mudah Deteksi Kabar Hoax

Dalam sebuah wawancara, mahasiswi Korut percaya Kim Jong-il, ayah Kim Jong-un sebagai penemu hamburger, mengapa demikian?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

‘Miss Kim,’ seorang mahasiswa di Korea Utara percaya bahwa hamburger ditemukan oleh warga Korea Utara. Dalam sebuah wawancara dengan Eric Lafforgue yang dikutip dari Sindonews, mahasiswi Korut itu percaya Kim Jong-il, ayah Kim Jong-un sebagai penemu hamburger. Bahkan, Miss Kim juga tidak percaya fakta-fakta lainnya. Mengapa demikian?

Korut membatasi penggunaan internet di negaranya. Salah satu fakta yang dikumpulkan Internet Sehat di tahun 2014 dari The Telegraph adalah hanya sedikit yang bisa mengakses internet.

“Satu-satunya orang yang memiliki akses internet yang benar adalah pemimpin politik dan keluarga mereka, mahasiswa di universitas elit dan anggota unit perang cyber negara. Jumlahnya diperkirakan hanya beberapa ribu orang,” tulis Internet Sehat dalam situsnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sebagai gantinya, pemerintah Korut menyediakan akses Kwangmyong, sejenis intranet, jaringan internal kecil seperti yang digunakan di tempat kerja. Akses ini terdiri dari mesin pencari, email, liputan berita dan browser. Dengan terbatasnya akses informasi, pemerintah dengan mudah menyisipkan pesan-pesan propaganda kepada warganya. Selain informasi hamburger di atas, pemerintah juga menayangkan video propaganda yang menggambarkan bagaimana Korut mengalahkan Amerika Serikat, seperti diberitakan Kompas.

Apa yang terjadi bila terus menerima informasi bohong?

Tingginya terpaan (exposure) media mampu mengubah pandangan audiens. Hal ini seperti yang disebutkan Profesor George Gerbner dalam Cultivation Theory–nya. Teori Kultivasi, dalam tulisan Nurudin di artikel ini menjelaskan bagaimana hubungan antara persepsi audiens dan media, khususnya televisi. Nurudin menguraikan temuan Gerbner bahwa para pecandu berat media televisi (heavy viewers) akan menganggap bahwa apa yang terjadi di televisi itulah dunia senyatanya. Artinya, bila kita terus mengikuti situs-situs serta akun-akun provokatif, maka kita akan menjadi audiens media tersebut dan menganggap bahwa tidak ada yang benar kecuali informasi dari media tersebut. Oleh karenanya, kita harus menjadi audiens yang aktif mengkritisi kebenaran isi berita dan meningkatkan kemampuan literasi media (selengkapnya tentang literasi media ada di sini).

Bagaimana cara mengetahui informasi hoax?

Informasi hoax biasanya disebarkan melalui media-media yang kredibilitasnya kurang. Ketika membagikan berita tentang Miss Kim di Facebook, saya menambahkan pandangan saya.

“Seperti ini jadinya kalau kita memandang sebuah realitas hanya dengan ‘kacamata kuda’. Korea Utara mengisolasi warganya dari berita global, disuguhi informasi-informasi propaganda secara terus menerus, jadilah ia percaya penemu hamburger adalah orang Korea Utara. Selagi di Indonesia bebas mengakses informasi, budayakanlah memeriksa kebenaran setiap informasi. Tingkatkan literasi media anda karena di era ‘tsunami informasi’ setiap orang bisa menulis dan melaporkan kejadian apa saja sesuai keinginannya. Kalau langganan situs-situs yang kurang kredibel, ya jadilah opininya juga kurang kredibel. Everyone can be their own publisher, be aware. Anda pun bisa menjadi masyarakat global yang melek media dan melek internet. Salam komunikasi!“

Sesaat kemudian, seorang kawan bertanya bagaimana caranya kita meyakini informasi tertentu yang sifatnya kredibel? Pertanyaan ini saya komentari dengan jawaban berikut.

“Gampang, bila ingin menjadi audiens aktif, bisa terus cross-check informasi. Dalam istilah penelitiannya ‘triangulasi data.’ Bila mau santai saja, tinggal tunggu apakah informasi tersebut diberitakan di media bereputasi atau tidak. Media bereputasi akan cepat tanggap apabila ada kejadian yang menyangkut kepentingan orang banyak.“

“Kredibilitas media terlihat dari usahanya mengkonfirmasi informasi yang diterima, tidak hanya satu sisi saja. Apakah nanti berat sebelah atau tidak, itu persoalan lain. Kedua, kredibilitas juga bisa dilihat dari segi kontak media. Media terpercaya akan mencantumkan alamat redaksi. Tujuannya apa? Agar bisa kita kritisi informasi yang menyimpang atau memperbarui informasi yang diberitakan melalui kontak media.“

Mengapa kontak redaksi begitu penting? Media yang memiliki kontak redaksi yang jelas adalah perusahaan yang berbadan hukum PT. Dengan mencantumkan informasi redaksi dan alamat redaksi, perusahaan media tersebut berani bertanggung jawab atas kebenaran informasi yang diberitakannya. Media yang berbentuk badan hukum juga akan mendapatkan pembelaan dari Dewan Pers bila terjadi sengketa. Sementara itu, perusahaan media tidak akan mendapatkan bantuan advokasi apabila perusahaannya hanya berbentuk CV atau firma karena dianggap milik perorangan pribadi (selengkapnya simak dalam artikel ini).

Selain itu, sesuai Pasal 12 UU Pers, Perusahaan Pers diwajibkan untuk mengumumkan nama, alamat dan penanggung jawab secara terbuka melalui media yang bersangkutan; khusus untuk penerbitan pers ditambah nama dan alamat percetakan (selanjutnya baca di sini). Lalu, bagaimana dengan pemberitaan media yang tidak bereputasi namun informasinya kredibel? Saya meresponnya dengan jawaban berikut.

“Beberapa media yang baru berdiri tentu belum punya reputasi sebaik media-media nasional ternama, tetapi mereka harus menyajikan informasi dan berita yang kredibel, bukan anonim. Karena media berbisnis dengan informasi, kredibilitas akan menumbuhkan reputasi dengan sendirinya.”

Mari budayakan ‘saring sebelum sharing‘ agar tidak merugikan orang lain dan membuat kita menyesal.

 

Sumber: https://shihab.my.id/2016/12/19/cara-mudah-deteksi-kabar-hoax/

Ikuti tulisan menarik Mohammad Shihab lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler