x

Iklan

Erri Subakti

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

H. Rasyidin yang Dipecat dari Masjid di Pondok Pinang

Mengungkap kebenaran pemecatan H. Rasyidin sebagai pembina di Masjid Darussalam Pondok Pinang, Kebayoran Lama.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Sapaan salam yang hangat terucap dari ujung telepon ketika saya mengontak H. Rasyidin, seorang pembina masjid di daerah Ponok Pinang, Jakarta Selatan.

Kemarin viral di media sosial sebuah foto surat pemecatan H. Rasyidin sebagai pembina di Masjid Darussalam Pondok Pinang, Kebayoran Lama.

Dalam surat tersebut tercantum jelas kata-kata "Pemecatan secara tidak hormat" yang diberlakukan kepada H. Rasyidin selaku pembina atau penasehat dalam kepengurusan masjid tersebut.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pemecatan ini dipicu oleh sikap H. Rasyidin yang menyatakan keprihatinannya atas peristiwa ditolaknya jenazah Ibu Baniyah di masjid Darussalam, Pondok Pinang, untuk disalatkan. Ia menekankan perlu adanya penegakkan hukum dari peristiwa tersebut.

H. Rasyidin membenarkan bahwa dirinya memang dipecat dari kepengurusan masjid yang selama ini ia berperan selaku penasehat/pembinanya.

Beliau lalu menceritakan bahwa, para pengurus masjid memang masih muda-muda. "Mereka tidak tau bahwa saya adalah ahli waris dari masjid Darussalam," ungkapnya.

"Jadi masjid itu merupakan wakaf dari kakek saya," tambahnya.

Mendengar pengakuan H. Rasyidin saya merinding membayangkan seorang 'ahli waris diusir' dari masjidnya oleh anak-anak muda pengurus baru masjid tersebut.

Sebelum menutup pembicaraan, saya menanyakan kenapa dalam surat tersebut ditandatangani di Bogor, H. Rasyidin menjawab, "Ya itu ditandatangani di Bogor karena lagi rapat kerja para pengurus masjid."

Seperti diketahui bahwa akhir-akhir ini marak pemasangan spanduk di masjid-masjid mengenai penolakan jenazah pendukung salah satu paslon gubernur DKI Jakarta. (Baca: Agitasi Politik di Rumah Tuhan, Bibit Koyaknya Tenun Kebangsaan)

Sampai siang tadi, Pemprov DKI bersama jajaran Satpol PP DKI telah menurunkan 206 spanduk tolak menyalatkan jenazah dan spanduk serupa yang bernada provokatif.

Masyarakat kita sudah kebablasan dalam mencampuradukkan masalah politik dengan agama. Politik apabila dimasukkan ke dalam kehidupan beragama memang bukan saja ruwet namun juga akan sangat berbahaya. Begitu banyak negara-negara yang hancur lebur kehidupan masyarakatnya, ekonomi dan pemerintahan jatuh terpuruk, akibat isyu terkait agama yang di-blow up dengan hasutan ke arah perpecahan bangsa dan negara.

Jangan sampai ada 'Suriah' di NKRI.

(ES)

Ikuti tulisan menarik Erri Subakti lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler